K.D 13.0

7.6K 1.1K 107
                                    

"JD, please." Bartender tampan itu mengerutkan kening. Jacob dengan wiski? Sungguh tidak bisa dipercaya.

"What's happen?" Walaupun heran, bartender itu tetap membuat pesanan Jacob.

"Talk to my hand." Sambil mengangkat telapak tangannya, Jacob menerima wiski tersebut.

"Hey, you know what, I'm in a mess too."

Jae menghela napas, "I dont fuckin' care!"

"You are my last customer."

"What's happen?" Jae menenggak wiskinya.

"Talk to my hand." Dengan nada usil, bartender itu mengulang kembali perkataan Jacob.

"C'mon, Harry. You're not serious, right?"

"Those bastards... wait." Pria bernama Harry itu meninggalkan Jae untuk membuat minuman orang lain.

"Kemarin ada perempuan half high, dateng kesini, pake pakaian kantor. Dan yah, lo tau, she was an easy target. Seharusnya gue bersikap ga peduli seperti biasanya. Tapi waktu itu, entah kenapa gue gabisa. So.."

"You took some actions?"

"Yes. Just a lil bit, honestly. But those fucking cowards, told my boss and... yeah."

Jacob mulai merasakan reaksi dari wiski tersebut, "Now it's my turn, I don't get it why people always say that Karina doesn't love me. Shes always love me!"

"Well, i guess we had different ideas bout' what love meant. So, jangan pikirin yg orang lain bilang and live your life."

"I know right. And hey, can you make coffee?"

Harry mengangguk, sebelum menjadi bartender ia adalah barista.

"I think I know where you can put your CV."

***

"WHAT?!"

"I know, i know. You shocked, Imma shocked too. But, you still love me right?"

Karina hanya tersenyum sebagai jawaban. Serius, ini diluar dugaannya. Sepertinya ia harus banting stir.

Jae yang melihat Karina tersenyum mengartikan hal itu sebagai 'ya'. See? Karina-nya selalu mencintainya! Bahkan setelah ia menjelaskan kalau ia tidak akan mendapat 'uang saku' lagi dari Mami nya.

Malam itu, Karina menolak diantar pulang karena alasan ia harus langsung flight ke luar kota. Walaupun kecewa, Jae menurut.

Jacob bersiul kecil saat parkir di coffeeshop yang amat familiar dengannya ini. Jae terkejut karena coffeeshop ini cukup ramai, ia lupa bahwa malam ini adalah malam minggu. Ia sepertinya tidak bisa mendapatkan kursi malam ini.

"Jacob!"

"Aji!" Beruntung, hari ini Aji— pemilik kedai kopi ini, sedang berada disini.

"Nyanyi?"

"Boleh, deh. Daripada gue ga dapet tempat duduk."

Aji tersenyum, pasalnya setiap Jae bernyanyi di kedai kopinya, keuntungannya selalu lebih tinggi dari biasanya. Pelanggannya memesan minuman atau makanan lebih untuk mendengarkan Jae bernyanyi.

Riuh tepuk tangan penonton langsung terdengar begitu Jae menyiapkan alat musiknya di panggung mini itu. Dalam beberapa jam kedepan, atensi semua orang di kedai kopi tersebut tertuju pada Jae.

Jae membungkuk, memberi salam penghormatan terakhir untuk penampilannya. Jae menghampiri Aji yang meluncurkan kata kata pujian untuknya.

"Istri lo mana?"

[1] karet dua • parkjaeWhere stories live. Discover now