K.D 14.0

8K 1K 118
                                    

Nat syok. Apart nya sudah hampir sama seperti kapal pecah.

Pecahan kaca dimana-mana, sofa yang sudah tidak terbentuk. Bahkan perabotan di ruang tengah nya tak ada yang berada di tempatnya. Ini artinya, Jae sudah pulang.

Sambil menghindari pecahan pecahan kaca, Nat mencari Jae ke seluruh ruangan. Tidak ada Jae dimanapun,

Ah, studionya.

Hanya itu yang belum ia periksa. Nat ragu, terakhir kali ia masuk ke studionya, Jae tidak mau berbicara dengannya selama berhari-hari.

Tapi rasa penasaran nya menang. Dengan berhati-hati Nat berjalan ke studio Jae. Sedikit panik karena ada bercak darah di lantai.

Benar saja, Jae tergeletak di studionya. Dengan mata bengkak, dan tangan dipenuhi warna merah. Darah  tergenang di dekatnya.

***
Setelah memakaikan perban ke tangan Jae, Nataya melapiskan selimut ke atas tubuh Jae. Dan berjalan ke ruang tengah, menatap kekacauan yang dibuat suaminya.

Baiklah, mari kita bersihkan ini semua.

Nataya memungut pecahan piring antik yang diberikan presiden suatu negara pada Jae. Tapi Nataya kehilangan fokusnya hingga pecahan itu menggores tangannya.

Nataya meringis, kejadian saat perjalanan pulang tadi terlintas di pikirannya.

"Sakit, kan?"

Nataya menoleh, "Apa?"

"Berjuang untuk orang yang ga cinta sama kamu. Sakit, kan?"

Nataya menghirup napas dalam-dalam. Perkataan Raffael benar adanya.

"Ada saya, Nat."

Nataya kembali menoleh, menatap Raffael yang fokusnya sedang tertuju ke depan, mengamati detail wajah Raffael. Membuat yang ditatap sedemikian rupa, menoleh.

"Cinta kamu pantas untuk bersemi. Kalo Jacob terus bikin kamu layu, ada saya yang bisa bikin kamu bersemi." Raffael tersenyum hangat, kembali menatap ke depan.

"Emangnya saya bunga?"

"Bukan. Kamu lebih indah dari bunga." Nat memalingkan wajah, menyembunyikan pipinya yang merah. Sekaligus memikirkan perkataan Raffael.

'Kamu kuat' bilang Nat pada dirinya sendiri.

***
Nat memutuskan untuk tidak datang ke florist dahulu. Ia membuatkan sarapan untuk Jae, kemudian mengantarkannya ke studio Jae.

Tentu saja Jacob masih di studionya. Walaupun kurus, mustahil Nataya bisa mengangkat Jae.

Ia membuka pintu,

"Gapunya sopan santun, ya?" Nataya berjengit, ia kira Jacob belum bangun.

"M-maaf, ini gue bawain sarapan buat lo."

"Ga laper."

"Tapi, lo mesti—"

"Lo tuli? Gadenger tadi gue bilang apa?"

Nataya menciut, "Gue taro sarapannya depan pintu ya, in case lo laper."

Jae hanya mendengus sebagai jawaban.

Nataya berjalan ke balkon, menatap pot bunga Daisy yang ditutup plastik. Lama ia menatap bunga tersebut, Nat berjalan masuk ke dalam kembali.

Berpapasan dengan Jae yang baru saja keluar dari kamar, dengan pakaian yang telah berubah. Jae meraih sepatunya,

"Ganti baju cepet. Gue mau beli bunga."

"Buat apaan?"

"Bacot lo ya, sana pergi ganti baju!"

[1] karet dua • parkjaeWhere stories live. Discover now