K.D 19.0

9K 1.1K 208
                                    

'Ya, Jeje kangen.'

Kembali Nat teringat kalimat itu, tidak bosan dan terus menerus terngiang. Sebab, karena kalimat itulah Nat menjadi se bahagia sekarang.

Setelah 3 kata itu terlontar, banyak perubahan pada Jae. Tidak ada lagi Jae yang kasar, Jae yang careless, Jae yang semena-mena, walaupun mulutnya masih.

Hubungan mereka pun mulai ada kemajuan. Yah, tidur bersama(secara harfiah) termasuk kemajuan, kan?

Intensitas percakapan mereka juga mulai meningkat, cenderung mengenang masa lalu. Jae tidak pernah menyangka bahwa wanita yang selalu ia panggil kurcaci ini ternyata adalah Yaya, cinta pertamanya.

Wah, kata 'cinta pertama' terdengar lucu di telinganya, terdengar sangat lebay, huh? Jae masih tidak bisa melupakan degup jantung Jeje yang selalu berantakan jika di dekat Yaya.

Kebiasaan Jae mulai berubah. Tidak ada lagi club, tidak ada lagi alkohol. Karena Jae tahu Nat tidak suka asap rokok, jadi ia merokok diluar apart. Pola makannya pun lebih teratur.

Nat mulai terbiasa mendengar dengkuran bahasa asing Jae setiap malam. Jae pun juga mulai terbiasa melihat wajah bulat Nat setiap membuka mata.

Tapi satu hal yang Jae tidak sadari, dirinya sudah mulai terikat pada Nat.

***
Pagi ini adalah pagi pertama Jae berangkat kerja setelah sekian lama cuti.

Setelah menyantap sarapannya, Jae mengambil jas, kemudian bergegas menuju pintu keluar ditemani Nat yang membawa tas kerja Jae.

"Hati-hati ya kamu dirumah."

Entah siapa yang memulai, mereka berganti pola mereka menjadi aku-kamu.

"Kamu yang hati-hati di jalan." Jae tersenyum seraya memakai jasnya. Nat harus mendongak, ketika harus berhadapan sedekat ini dengan Jae. Salahkan Jae yang terlalu tinggi!

Setelah Nat mengulurkan tas kerjanya, Jae pun menuju pintu keluar. Nat yang melihat pintu keluar telah rapat tertutup, berbalik.

Jae tiba-tiba masuk lagi dengan tergesa, membuat Nat menoleh lagi,

"Apa yang keting-" Belum sempat Nat menyelesaikan kalimatnya, Jae sudah memotong,

"Lupa bilang. Aku berangkat kerja dulu, ya." Nat masih mencerna saat tangan besar Jae mendarat di kepalanya, mengusap rambutnya pelan.

Setelah melakukan hal 'gila' tadi Jae dengan tergesa kembali keluar. Meninggalkan Nat yang masih akan mematung dalam 10 menit ke depan.

***
Flo menatap bosnya sekali lagi.

Aneh, pagi ini bosnya selalu tersipu. Menyiram bunga dengan tersipu, melayani pelanggan juga tersipu. Tapi di ujung hari, Flo sepertinya tahu kenapa bosnya bahagia sekali hari ini.

Suami bosnya.

Pria itu hanya berdiri agak jauh dari florist, sesekali melongok ke dalam florist. Awalnya Flo pikir pria tinggi itu ingin membeli bunga Lilac, seperti yang rutin ia lakukan dulu. Tapi, bukankah terlalu terlambat untuk membeli nya sekarang? Florist ini bahkan sudah mau tutup.

Flo berniat menghampiri saat tubuhnya bersentuhan dengan tubuh bosnya, "Eh, Mbak. Mau Flo bikinin buket lilac?"

"Buat siapa?"

"Itu, buat suami Mbak, kaya biasa."

Nataya mengikuti arah jari telunjuk Flo, "Oh, dia bukan mau beli bunga, dia mau jemput Mbak." Setelah netra Nat dan Jae bertemu mereka berdua saling melambaikan tangan.

Flo dengan mulus menutupi keterkejutannya.

"Mbak duluan ya Flo. See you." Nataya mengambil tas nya dan melangkah riang menghampiri suaminya.

[1] karet dua • parkjaeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu