5.

2.6K 481 33
                                    

M A H A S I S W A

Seventeen Lokal!AU

By moonwonie

.

Jarum jam menunjukan pukul 06:30 pagi. Hari ini adalah hari Minggu, dimana Gian dan Wira sudah sepakat untuk pergi ke event car free day bersama. Gian memarkirkan sepeda motor miliknya yang sering di sebut kendaraan idaman para wanita di luar sana. Iya, motor Kawasaki Ninja berwarna hitam yang sekarang sudah terparkir rapih di halaman rumah megah berlantai dua dengan cat dinding berwarna putih gading itu adalah milik Gianandra.

Sambil tersenyum tipis, Gian berjalan ke arah pintu utama rumah si saudara kembar Wiratama itu. Menekan bel pelan, Gian menunggu kedatangannya di sambut oleh salah satu penghuni rumah tersebut.

"Lah, Gi? Udah dateng aja lu."

Gian mengangguk pelan saat sang tuan rumah yang juga sahabatnya sendiri itu membuka pintu berwarna coklat itu.

"Yo! Janjian jam 7." Ucapnya kalem.

"Hah? Si Wira belum bangun by the way. Lu masuk dulu gih, ikut sarapan sama gue. Bibi udah masak nasi goreng."

Garda berjalan lebih dulu meninggalkan Gian yang mengekorinya dari belakang setelah menutup pintu utama rumah Keluarga Wiratama itu.

Rumah megah ini sebenarnya tidak asing bagi Gian. Beberapa kali dirinya pernah mampir untuk sekedar menjemput Garda atau bermain playstation di kamar pemuda berhidung lancip itu. Tapi Gian juga heran, kenapa baru beberapa hari lalu dirinya tau, sahabat semenjak masa kuliah awalnya itu memiliki saudara kembar semanis Wira? Entahlah, Gian malas memikirkannya.

"Sini Gi, duduk. Sarapan bareng. Gue udah minta tolong Bibi bangunin Wira. Kebo emang dia."

Gian duduk di salah satu kursi dan mulai mengambil sedikit porsi nasi goreng yang cukup menggugah selera, bahkan hanya dari aroma khas mentega dari nasi goreng itu.

"Dan, emang Wira sering bangun telat?" Tanyanya sembari menyuapkan nasi goreng ke mulutnya sendiri.

Garda mengangguk dan menelan nasi gorengnya, lantas meneguk air putih dari gelas bening.

"Iya. Cuma kalau hari libur doang sih. Biasanya rajin, jadi sorry ya kalau lu harus nungguin."

"Oh, nggapapa sih kalau gue. Masih pagi juga."

"Hmm.." terlalu malas membalas ucapan Gian dan melanjutkan sarapan nasi goreng favorit buatan Bibi di rumah itu.

.

Sedangkan di lantai dua rumah megah ini, tepatnya di kamar dengan hiasan dan pernak pernik kucing itu terlihat gundukan selimut di tengah ranjang berukuran king size itu. Wanita paruh baya yang di panggil Bibi itu berjalan perlahan mendekati sang Tuan Muda yang masih terlelap dalam dunia mimpinya.

"Den Wira, bangun. Udah siang loh ini, Den."

"Eungh~~"

Pemuda berambut hitam legam itu perlahan menggeliat tak nyaman saat merasakan sentuhan di bahu kanannya. Menurunkan selimut yang menutupi seluruh badannya dan mata rubahnya menangkap refleksi wanita yang sudah menemaninya dari umur belasan tahun itu di sampingnya.

"Bentar lagi Bi~~"

"Aduh, Den. Itu udah ada temennya loh yang nungguin."

"Hng? Temen?"

Tangannya terulur mencari kacamata bulat miliknya di atas meja nakas kecil, lantas memakainya dan bangun perlahan mendudukkan badannya di atas ranjang.

"Ayo, Den. Mandi terus sarapan."

"Temen siapa sih Bi?" Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kayaknya sih temennya Den Garda juga. Soalnya ngobrol sama Den Garda sambil sarapan."

"Oh, temennya Gar-HAH?!! TEMENNYA GARDANA BII??!!!!"

"Astaghfirullah! Den Wira! Kenapa teriak? Aduh Bibi kaget jadinya."

Dengan terburu terburu pemuda kurus itu turun dari kasur dan berlari menuju kamar mandi yang sudah di setting jadi satu dengan kamar besarnya. Matanya membulat lucu ketika menatap jam dinding berbentuk kepala kucing dengan jarum jam menunjukan pukul 06:45 pagi.

"Aduh! Gimana sih Wira! Kan Gian jadi nungguin aduh! Bibi!! Siapin susu coklat Wira yaa!!" Teriaknya berbarengan dengan badannya yang menghilang dari balik pintu kamar mandi.

Wanita yang masih berdiri di samping ranjang milik Tuan Mudanya itu hanya tersenyum maklum sambil mulai membereskan ranjang bersprei Pororo itu.

.

"Nah, lu denger kan? Pasti tuh anak kaget udah mepet jam janjian."

Gian tertawa kecil saat sayup sayup mendengar teriakan panik dari saudara kembar sahabatnya itu.

"Udah lah, biarin aja. Gue tungguin kok."

"By the way, Gi. Lu suka Wira ya?"

"Uhuk uhuk!!"

Gian terbatuk karena tersedak setelah mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Meminum rakus air putih di gelasnya kemudian menepuk pelan dadanya sambil melirik tajam ke pemuda lain di ruangan itu yang saat ini tertawa puas.

"Hahaha astaga Gi hahaha gue nanya biasa loh. Reaksi lu sampai kesedak gitu."

Garda tertawa puas melihat reaksi sahabatnya itu. Sebenarnya tanpa di tanya pun dia tahu, Gian menyukai saudaranya. Bukan bagaimana, karena Gian yang dia kenal itu tidak pernah mau di ajak pergi berdua apalagi dengan alasan tidak jelas seperti halnya makan lontong opor. Gian itu cuek, tidak berperasaan, dingin dan, malas bersosialisasi kecuali untuk urusan basket. Dan pada saat dirinya meminta tolong Gian untuk mengantar pulang Wira dan di sanggupi oleh pemuda tinggi itu, Garda tahu sahabatnya itu memiliki ketertarikan ke saudara kembarnya sendiri.

"Brengsek lu."

"Sorry, Gi hahaha tapi serius, kalau lu suka Wira jangan buat dia sedih apalagi nangis. Gue ngga pandang bulu buat siapapun yang nyakitin Wira sekalipun itu lu, sahabat gue sendiri."

Garda menatap lekat kedua mata elang Gian. Dia sayang saudaranya, sayang sekali. Dirinya berjanji akan menjaga pemuda manis itu dengan raganya sendiri. Tidak akan dia biarkan satupun orang berani menyakiti Wira. Dan tidak ada pengecualian, bahkan untuk Gian.

Pemuda dengan mata elang itu balas menatap kedua netra coklat tua milik Garda. Mengangguk pelan dan tersenyum tipis.

"Lu bisa percaya gue, Dan."

.

Halooo!! Mumpung libur, update dulu hehe
Makin gaje ngga sih alurnya? :(
Aneh ngga sih gaya tulis ku? Huhu

𝐌 𝐀 𝐇 𝐀 𝐒 𝐈 𝐒 𝐖 𝐀 - (Meanie Lokal!AU) Where stories live. Discover now