Bagian 2

8K 345 10
                                    

Pernikahan ke dua Mas Danu

Pov : Danu Assrafi Syafi'i

.

"Bagaimana bisa kau tidak menyentuhnya, Mas! Dia masih muda, suatu saat kau pasti akan tergoda. Mengapa dia mau Mas ajak menikah, apa alasannya?" cecar wanita yang sangat kucintai ini penuh dengan emosi dan air mata.

"Dia butuh banyak biaya untuk mengobati adiknya. Karena itu kutawarkan bantuan dan memintanya menikah denganku. Dan kukatakan sumber permasalahan kita. Dia bisa mengerti dan mau membantu, Sayang. Percaya padaku, hati ini selalu utuh buatmu," Aku kembali memeluk Yura erat.

***

Pulang bekerja aku mampir ke sebuah mushola untuk melaksanakan shalat Magrib dan Isya sekaligus menenangkan hati. Mobil kuparkir agak jauh dari Mushola karena halamannya tidak luas.

Kutengadahkan tangan memohon petunjuk pada yang maha tahu. Suasana rumah sedang sangat kacau. Papa selalu memaksaku menikah lagi, meskipun aku menolak berulang kali. Puncaknya kemarin malam, ketika aku pulang bekerja, Yura menangis sesenggukan di hadapan Papa. Sungguh sakit aku melihat istriku tersiksa batin seperti itu.

Yura kembali ke kamar dan Papa mengancamku akan memberitahu semuanya jika aku tidak segera menikah lagi. Aku tidak mau Yura mengetahui kebenarannya. Jika dia tahu entah bagaimana nanti jadinya. Aku tahu aku salah sudah membohonginya selama ini, tapi semua itu kulakukan hanya untuk menjaga hatinya. Aku tidak mau dia terluka, dia kecewa bahkan bisa jadi dia akan meninggalkanku jika dia tahu semuanya.

Aku berusaha menutup rapat rahasia ini, sayangnya hari itu Papa datang ke kantor tanpa sepengetahuanku. Dia menemukan hasil lab yang asli, karena selama ini aku memberikan padanya yang palsu. Hanya untuk melindungi istriku. Dan tidak ingin membuat wanita yang aku cintai hancur.

Aku tidak punya pilihan. Ema gadis berusia 23 tahun, pegawaiku di kantor menjadi pilihan. Dia butuh banyak uang untuk mengobati penyakit Minginitis yang menyerang adiknya. Dia sholehah dan lembut, aku rasa tidak akan sulit menjadikan Yura dan Ema sebagai sahabat.

Pertama kali kutawarkan kerja sama, dia terlihat ragu, tapi karena keadaan mendesak akhirnya dia menerima tawaranku. Aku berjanji tidak akan menyentuhnya dan hanya akan menganggapnya  saudara saja.

Aku memberanikan diri bicara lagi dengan wanita yang sangat aku kasihi kemarin malam. Memberitahu rencanaku agar Papa tidak lagi mengganggunya. Meskipun awalnya dia terlihat syok ketika tahu siapa gadis yang akan aku nikahi. Namun, kini keadaannya sudah lebih baik.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku mengusap wajahku secara kasar. Kemudian beranjak pulang. Di tengah perjalanan aku melihat tukang sate berjualan di pinggir jalan. Aku ingat istriku sangat suka makan sate. Karena itu aku stop dan membelinya terlebih dahulu.

"Berapa, Mas?" tanya tukang sate.

"Beli dua porsi ya, Bang," jawabku.

"Buat siapa, Mas?"

"Buat istri di rumah, Bang. Dia sangat suka makan sate madura."

"Wah, beruntungnya si Mbak dapet suami seperti Mas. Selalu ingat sama Istri di  rumah," kata Abang sate.

Aku hanya tertawa kecil mendengar pujian yang terlontar darinya. Selesai aku langsung melesat pulang.

***

Sampai di rumah, keadaan seperti biasa. Papa menggedor-gedor pintu memaki Yura. Aku bingung harus bagaimana, di satu sisi tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Terlebih takut Papa akan membongkar rahasia dan akan membuat yura hancur. Di sisi lain aku tidak tahan melihat Yura selalu di sudutkan.

Dua RanjangWhere stories live. Discover now