Bagian 9

6K 393 49
                                    

Pov:  Ema
.

1 tahun kemudian.

"Halo adeknya Kakak, lagi apa?" tanyaku semringah sembari membuka pintu kamarnya.

Yuda terlihat asik memainkan mainan plastik di tangan sedangkan Mbak Susan setia menungguinya bermain. Namanya Yuda, perpaduan nama Yura dan Danu. Anaknya aktif dan tampan.

Aku biasa menyebut diriku Kakak, awalnya aku ingin anak itu memanggilku Bunda, tapi Mas Yuda melarang. Dia hanya ingin Mba Yuralah yang menjadi Ibu dari anak angkatnya.

Sejak ada Yuda di rumah ini. Mas Danu menyewa baby sitter untuk mengasuhnya. Alhamdulillah Mba Susan baby sitter yang baik dan telaten mengurus anak. Mas Danu menceraikan aku satu tahun yang lalu, seminggu setelah pengurusan adopsi bayi yang di temukannya di jembatan layang itu.

Aku masih menganggapnya keluarga, karena hanya Mas Danu orang terdekatku sekarang. Ia berusaha mengenalkanku dengan rekan sekantor bernama Iqbal. Meskipun Iqbal baik dan tampan, tapi tidak semudah itu memberikan hatiku padanya.

"Mbak Susan, Mas Danu kemana?" tanyaku sembari duduk di hadapan Yuda.

"Ke rumah sakit, Non. Katanya mau jenguk papanya."

"Oh, pergi jam berapa, Bik?"

"Dari pagi, Non." Aku manggut-manggut. Kemudian menggendong Yuda dan mengajaknya bermain di taman belakang rumah.

Sejak cerai dari Mas Danu aku pindah hunian. Mas Danu memberikanku rumah minimalis yang dekat dengan kantor. Sedangkan Papa terkena struk karena perceraian kami. Dia tidak bisa bicara, jika ingin mengatakan sesuatu dia mengatakannya melalui tulisan.

Mbak Yura, sampai kini tak tahu di mana rimbanya. Aku pernah melihat beberapa kali wanita yang mirip dengan Mbak Yura di depan sebuah cafe, tapi saat aku bertanya dengan satpam di sana dia bilang namanya bukan Yura. Tapi Yunita,  penyanyi di cafe itu, mungkin aku yang salah lihat.

"Mba, aku nyusul Mas Danu, ya. Sekalian pengen jengukin Papa," pamitku.

"Iya, Non."

Aku langsung meminta Pak Karso mengantarku ke Rumah Sakit. Mas Danu juga memiliki sopir pribadi sekarang, tujuannya untuk menolong Bik Susan jika Ia mau belanja dan pergi ke suatu tempat.

Sampai di rumah sakit Pak Karso langsung kuminta pulang. Aku langsung menuju kamar di mana Papa di rawat. Dengan langkah santai aku melewati koridor rumah sakit yang cukup panjang dan akhirnya sampai juga di depan kamar Papa. Aku membuka pintu perlahan, terlihat Mas Danu sedang menyuapi Papa makan.

Dia menoleh ke arah pintu ketika aku masuk. Lalu tersenyum.

"Hi, Dek. Dari mana?" sapanya.

"Dari rumah, Mas. Abis lihat Yuda main sama Mba Susan."

Aku meletakkan tas di atas sofa lalu menawarkan bantuan pada Mas Danu. Dia memberikan mangkuk bubur kepadaku.

"Dek, aku cari ke mushola dulu ya. Mau shalat sunnah," pamitnya.

"Iya, Mas."

Mas Danu langsung keluar kamar.

"Non, ini aqua gelas kalau Non haus," kata Mbok menawarkan sambil meletakkan beberapa aqua gelas di atas meja.

"Iya, Mbok."

Aku mencoba menyuapi Papa, tapi dia menolak. Sepertinya Ia ingin mengatakan sesuatu.

"Ehhh, ehhh," katanya kesusahan sambil berusaha menggerakkan tangan.

Aku meletakkan mangkuk ke atas nakas. Lalu mencoba mencerna kalimat Papa.

Dua RanjangWhere stories live. Discover now