"Kalau Tuhan ciptain lo bukan untuk gue, maka gue nggak mau jadi gue." - Abraham Reinendra.
***
Lambat laun rahasia itu akan terungkap tapi Abe tidak menyangka jika itu terungkap secepat ini. Jujur saja Abe belum siap. Setidaknya izinkan sampai Abe mewujudkan apa yang 'dia' cita-citakan.
Dan kini semua kenangan pahit dari kejadian masa lalunya kini terbuka kembali.
'Dasar anak pembunuh.'
'Untung saja dia tidak lari dan tidak menggunakan uang untuk membebaskannya dari tuduhan itu.'
'Apa dia tidak merasa bersalah karena yang meninggal itu seorang ibu yang mempunyai anak seumur dengannya?'
'Kasihan sekali anaknya, masih kecil sudah ditinggal ayahnya ke penjara. Tapi lebih kasihan anak yang ditinggalkan ibunya yang meninggal.'
'Seharusnya dia juga meninggal di waktu yang sama.'
Dan Abe hampir hidup dengan semua caci makian orang-orang yang membuatnya justru jadi sekuat sekarang. Sayangnya mungkin yang ia lakukan lebih terlihat negatif dari apa yang dibayangkan orang-orang.
Abe jadi ingat saat pertama kali ia melihat ayahnya pulang dan menemui ibunya Abe sambil menangis.
Abe kala itu masih berusia delapan tahun. Ia masih duduk di Sekolah Dasar. Dia tidak tahu apa-apa hanya saja ia menangis melihat ayah dan ibunya menangis begitu juga ketika mendengar kata ayahnya yang akan dipenjara.
"Ayah nggak boleh pergi. Ayah harus terus main sama Abe yah..." gumam Abe kecil.
Sang ayah mencoba tersenyum sambil memegang pundak jagoan kecilnya itu. "Ayah harus pergi. Abe harus kuat. Abe harus bisa main sendiri. Abe harus jagain mama. Nanti ayah bakal pulang lagi ya nak. Selama ayah pergi Abe harus jadi anak yang kuat."
Abe memeluk ayahnya erat. Ia benar-benar tidak ingin melepaskan ayahnya pergi. "Ayah jangan pergi ke penjara. Nanti Abe main sama siapa?"
"Abe main sama mama, sama temen Abe yang lain juga. Ayah nanti jadi orang jahat kalau ayah nggak ke penjara. Abe nggak mau kan kalau ayah jadi orang jahat?" gumam ayahnya lagi.
Abe mengangguk sambil menangis di pelukan ayahnya.
Dan beberapa saat kemudian ayahnya melepaskan pelukannya lalu di bawa pergi oleh beberapa polisi.
"AYAHHHHHHH..." teriak Abe yang berusaha ingin merebut kembali ayahnya namun ditahan oleh ibunya. "Ma... kenapa mama biarin mereka bawa ayah Abe ma? Nanti Abe main sama siapa? Nanti yang nemenin Abe main mobil-mobilan sama sepeda siapa?"
Dan ibunya Abe hanya bisa memeluk Abe erat sambil menangis.
Beberapa saat kemudian sang ibu langsung berpakaian rapi hitam-hitam seperti hendak menghadiri pemakaman. Disitu Abe langsung berpikir kalau ibunya akan menemui keluarga orang yang sudah membuat ayahnya dipenjara.
Abe yang memang sudah pintar sejak kecil itu diam-diam mengikuti sang ibu. Ia memutuskan untuk menemui keluarga mereka untuk memohon agar ayahnya dibebaskan dari Penjara. Bukankah biasanya orang-orang dewasa akan luluh dengan anak kecil?
Abe pikir ibunya tidak akan bisa menyelamatkan ayahnya jadi ia memilih untuk ia saja yang akan memohon melepaskan ayahnya.
Dan Abe benar-benar berhasil mengikuti sang ibu tanpa ketahuan. Dan begitu ia sampai di depan pagar rumah yang ada bendera kuning itu ia hanya diam di luar memperhatikan orang-orang yang masuk kesan.
Abe dari jauh memperhatikan mereka yang datang sambil mencoba menerka-nerka siapa keluarga orang yang sudah ayahnya tabrak itu sampai membuat ayahnya mau tidak mau harus masuk Penjara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Fiksi RemajaOdi sudah diam-diam berusaha untuk menyembunyikan hobinya sebagai blogger yang suka membuat cerita romance di blognya tapi justru orang yang pertama mengetahuinya adalah Ketua geng The Devil's yang menjadi musuh The Angel's sekaligus cast Aksara si...