3. Rahasia Telah Dibagi

362 65 67
                                    

Percetakan Dikey tidak pernah seramai ini sebelumnya. Terbilang gaduh juga penuh dengan suara tawa yang bersahutan. Bukan ramai karena banyak pelanggan yang mengantri, atau kegaduhan yang terjadi tepat di depan toko. Ramai, sebenarnya sepi. Baru saja dibuka. Bahkan belum ada satu orang pun pelanggan yang datang. Ramai, karena sudah diabsen oleh seseorang yang beberapa hari terakhir ini menjalin hubungan pertemanan akrab dengan Dikey.

Shua tertawa-tawa mendengarkan lelucon Dikey. Laki-laki yang awalnya terlihat jaim saat rombongan organisasinya bertandang ke Panti, kini nampak menerima kedatangan Shua dengan senyuman lebar di wajah. Tidak segan membagi kisah masa lalu. Mulai dari yang menyedihkan, hingga yang paling menyenangkan.

Namanya panti, tentu bukan hanya Dikey yang tinggal di sana. Silih berganti. Datang dan pergi. Untuk saat ini, ada duabelas orang anak menunggu kehadiran orangtua baru. Dua orang dewasa, yaitu Dikey dan Septi, lalu beberapa anak usia sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Dan yang terakhir dua orang bayi perempuan kembar. Baru saja ditemukan di halaman panti, entah siapa pelakunya. Dugaan kuat memang disengaja. Namun pertanyaannya adalah, kenapa mereka tega melakukannya? Mereka, tentu tertuju pada kedua orangtua si bayi. Tanpa nama. Bu Maya dan Pak Ilyas sudah mengaqiqahkan dengan nama Dina dan Dini.

"Aku juga tidak habis pikir. Di saat banyak pasangan yang mati-matian ingin mempunyai anak, kenapa masih ada saja yang tega melakukannya?"

Topik berubah menjadi serius. Bukan lagi candaan yang bahkan membuat Shua memegangi perut. Sakit karena tertawa. Sudah cukup hiburannya. Sekarang waktunya kembali ke dunia nyata. Dikey mengangkat bahu sekali sebagai jawaban. Ia sendiri pun belum bisa memahami situasi. Komputer yang tadi dinyalakan, kini layarnya telah mati. Lampu power berkedip-kedip. Terlalu lama dibiarkan. "Seperti Bu Maya dan Pak Ilyas. Hingga sekarang mereka belum memiliki anak. Karena itulah mereka mendirikan Panti."

Diam-diam Shua menjerit ngeri. Tidak jarang ia menemukan berita mengenai pembuangan bayi dan menggugurkan janin. Sungguh tidak manusiawi, pikirnya. Agama mana pun tidak ada yang mengampuni dosa besar ini.

"Beruntung aku ditemukan mereka." Dikey melanjutkan kalimatnya. Membuat Shua semakin membungkam mulut. Sejak lama Dikey hendak mengeluarkan keluh-kesahnya. Hingga detik ini pun belum mendapat waktu yang tepat. Selain itu, juga belum mendapat tempat yang tepat. Tapi entah kenapa rasanya Dikey sungguh gatal mulut. Hendak melampiaskannya sekarang juga. Seperti sudah mendapat waktu dan tempat yang tepat. "Sepertinya orangtuaku dulu tidak benar-benar mengharapkan seorang anak. Saat aku masih TK, aku dibuang di kereta. Mereka bilang hendak mengajakku jalan-jalan tapi nyatanya aku dibiarkan menaiki kereta itu sendiri dan turun di kota yang tidak pernah aku kunjungi sama sekali."

Darmagi Kiwani Umar. Bukan tanpa alasan Dikey mengubah nama panggilannya menjadi cukup dengan singkatan D dan K. Dibaca Dikey. Bukan tanpa alasan pula kenapa nama Umar lenyap selamanya dari nama belakangnya. Bahkan di rapot sekolah sekalipun. Umar adalah nama besar keluarga. Berkat nama itu, rasanya Dikey akan dengan mudah mencari keberadaan keluarganya. Sempat ditawari Pak Ilyas. Tapi Dikey menolak. Dengan nama baru, ia berharap dapat mengubur seluruh masa lalunya. Meski tentu tidak bisa benar-benar dikubur. Masih ada begitu banyak luka yang ia bawa hingga detik ini. Mungkin akan selamanya. Meski rajin ibadah, Dikey tidak mau munafik. Ada rasa benci yang kuat di dalam dirinya.

"Dikey..." Shua memanggil pelan. Nyaris berbisik. Kesedihan yang Dikey sampaikan berhasil merasuk ke tubuhnya. Ikut merasakan betapa mencekamnya hari Dikey saat itu.

Mata Dikey berkaca-kaca. Tertawa. Menertawakan diri sendiri. "Aku menjadi penghuni pertama panti. Sempat pula beberapa kali hendak diadopsi. Tapi aku berulah. Melakukan segala cara agar adopsi dibatalkan atau setidaknya mereka memilih anak lain saja. Aku tidak percaya dengan kata orangtua. Aku takut dibuang untuk yang kedua kalinya."

Cinta di Ufuk Barat (✓)Where stories live. Discover now