4. Sebelum Melampaui Batas

373 58 92
                                    

Jika benar, Dikey tidak tahu harus menyalahkan siapa. Ia percaya bahwa semua ini sudah sesuai dengan ketentuan yang maha kuasa. Tertulis sebelum ia dilahirkan ke dunia. Sebelum dapat berpikir dan menarik kesimpulan bahwa dunia yang kecil ini sebenarnya sangatlah kejam. Jadi, bukankah akan sangat memalukan jika Dikey mengajukan protes?

Siapa dirinya? Apa haknya? Dikey sadar. Dirinya hanya seorang manusia biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Memiliki terlalu banyak dosa untuk sekadar minta keringanan.

Beberapa bulan berlalu sejak pertama kali Shua menampakkan diri di Panti. Bukan seorang diri. Rombongan tidak sampai duapuluh orang. Juga tidak ada tegur sapa diantara keduanya. Akan tetapi, bagi Dikey, perempuan inilah yang berhasil menarik perhatian berkat penampilan yang sedikit berbeda. Dikey kira, mereka sama. Shua hanya belum mendapat alasan yang tepat untuk mengikuti perintah-Nya. Jika benar begitu, Dikey siap membimbing. Dari awal ia akan mendampingi Shua hingga akhirnya Tuhan mengatakan sudah waktunya untuk berhenti.

Tapi, bagaimana dengan kenyataannya? Semua jauh lebih dari apa yang dibayangkan.

Dikey teringat dengan ucapan Septi begitu kedekatan antara dirinya dan Shua tersebar. Hinggap di telinga seluruh penghuni panti. Tidak sampai di situ, Pak Ilyas pun ikut ambil bagian karena sudah menganggap Dikey seperti anak kandungnya sendiri. Seperti seorang putra yang terlahir dari rahim istri tercinta. Melakukan hal yang memang seharusnya seorang ayah lakukan terhadap anaknya.

"Tidak apa-apa. Bertemanlah dengan siapa pun, tanpa melihat latar belakang. Tapi harus ingat batasan, untuk menghindari risiko. Kamu sudah dewasa, Shua juga begitu. Bapak mengerti. Sampai detik ini pun Bapak yakin kalau kalian berdua hanya sebatas teman akrab. Tidak lebih dari itu. Tapi kita semua tidak ada yang tahu bagaimana kalian ke depannya. Apakah akan terus seperti ini, atau malah ada hal lain bermunculan seiring berjalannya waktu.

"Jika itu benar terjadi, selesai sudah. Tidak ada yang bisa mengalah. Ayah Shua adalah salah satu tokoh agama. Bapak sering bertemu dengan beliau dalam pertemuan antar tokoh agama. Dari sana, bapak juga jadi tahu. Shua mewarisi. Dia aktif di Gereja, mengikuti banyak kegiatan kemanusiaan di sana. Rasanya mustahil jika dia mau mengalah dan akhirnya menjadi makmummu."

Napas Dikey mendadak terasa memendek. Bukan karena ia sudah mulai menyukai Shua. Perasaan seperti itu masih sangat samar di hatinya. Dikey tidak yakin, juga tidak berminat untuk meyakinkan. Biarkan semua ini berjalan apa adanya. Mustahil pula untuk menghindar. Tentu saja. Bagaimana dengan pertemanan mereka? Menghindar tentu bukanlah cara yang baik. Agama mana pun tidak ada yang memerintah pemeluknya untuk saling bermusuhan. Dikey jadi semakin takut. Bagaimana jika ucapan Pak Ilyas benar?

Syukur terucap dalam hati Dikey begitu beberapa orang pelanggan terus berdatangan hingga menjelang salat asar. Untuk mengakhiri pekerjaan hari ini, lebih dulu Dikey memasangkan papan bertulisan kata 'tutup' di depan pintu. Meski masih ada satu orang pelanggan lagi di dalam sana. Hanya untuk menghentikan pelanggan yang akan datang. Tepat. Pelanggan terakhir beranjak pergi, azan asar berkumandang nyaring. Air wudu selalu berhasil menenangkan hatinya. Lantunan ayat suci Al-Qur'an tidak pernah gagal membuyarkan masalahnya.

Beranjak dari Masjid, barulah Dikey menghadapi masalah baru. Shua mengirimkannya pesan. Meminta pertolongan. Dikey, kamu sudah tutup? Bisa tolong aku? Sepeda motorku mogok, dekat toko kamu. Dikey menarik napas dalam-dalam. Tidak mungkin ia tega dan membiarkan Shua bersusah payah menyeret sepeda motornya seorang diri.

Dikey membalas pesan. Memasang helm dan jaket. Kirimkan lokasinya, aku langsung ke sana.

 Kirimkan lokasinya, aku langsung ke sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cinta di Ufuk Barat (✓)Where stories live. Discover now