Epilog

466 65 91
                                    

"Om, bisa anter Egy sebentar, tidak?" Egy berteriak mengagetkan. Melompat tinggi tepat di belakang Dikey. Nampak seratus persen bersemangat. Memeluk kantung plastik hitam besar di depan dada. Seseorang yang dipanggilnya om itu baru saja selesai menutup ruko. Menjawab salam pada dua orang karyawannya terlebih dulu yang hendak pulang, barulah fokus pada si bocah.

Dikey berjongkok di hadapan Egy. Menahan tubuh kecil anak lelaki itu agar berhenti melompat. Tertawa. Semangat Egy selalu berhasil menular kepadanya. "Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Dikey, penuh selidik. "Toko mainan? Tidak... Ingat Bu Maya bilang apa? Mainanmu sudah terlalu banyak. Kak Adan sampai lelah beresinnya."

Egy menggeleng ribut. Mengangkat kantung plastik hitam yang dipeluknya tadi tinggi-tinggi. Besar. Melebihi ukuran kepalanya. "Ada temanku yang ulang tahun. Aku sudah terlambat setengah jam. Paling tidak aku datang dan memberikannya hadiah ini."

Dikey ber-oh ria. Kepala mengangguk teratur. Mengecek jam. Baru pukul lima. "Tidak lama, kan?" Egy mengangguk pasti. Membenarkan. Berjanji tidak akan lama. Setuju, Dikey beranjak dari posisinya. Menggendong tubuh kecil Egy menuju mobil. "Tapi Om tunggu di dalam mobil saja, ya? Kamu tahu alamat rumahnya, kan?"

Dari ruko percetakan Dikey, hanya berjarak kurang dari tiga kilometer. Terbilang dekat dengan sekolah tempat Egy menimba ilmu. Sangat wajar jika anak itu memiliki teman di sekitaran sini. Beberapa saat melintasi jalan raya yang cukup padat, akhirnya mereka berdua masuk ke dalam kawasan komplek perumahan. Tidak terlalu mewah, namun nampak begitu asri dan sejuk. Udara segar seperti menyambut kedatangannya. Penuh pepohonan di sepanjang jalan kiri dan kanan. Setiap rumah pun memiliki kebun di depan rumah masing-masing.

"Teman baru kamu, Gy? Kamu tidak pernah cerita sama Om kalau punya teman yang tinggal di komplek ini."

Egy mengangguk teratur. Memperhatikan setiap rumah dengan jeli. Berusaha mengenali. Rumah di sana bergaya hampir mirip. Hanya dibedakan oleh gaya kebun masing-masing dan perabotan yang sengaja diletakkan di pelataran depan rumah. "Dia baru pindah dari Bandung dua minggu lalu. Ibunya cantik deh, Om! Dekati saja, supaya kami jadi saudara."

Terdengar bercanda. Egy pun tertawa saat mengucapkannya. Namun tetap saja Dikey terkejut. Masih siswa SD sudah bisa bicara hal-hal dewasa seperti tadi. Bocah ini telah tumbuh dewasa sebelum waktunya. Dikey harus memberi pengawasan ketat setelah ini. "Siapa yang ngajarin kamu bicara begitu? Kalau Ayahnya marah, kamu yang tanggung jawab, ya!"

"Om, Om! Rumahnya Jimmy yang di sana, Om!" Egy menunjuk-nunjuk antusias. Jarak tiga buah rumah, terdapat sebuah rumah yang sedikit menonjol dari rumah lainnya berkat keberadaan tenda di depannya. Dipenuhi oleh anak kecil seumuran Egy. Dikey bisa mengenali beberapa orang. Sering bertemu saat ia mengantar atau menjemput Egy di sekolah. Sering pula ikut bermain dan bertandang ke Panti. "Ayahnya sudah meninggal, Om. Gugur saat bertugas. Polisi. Makanya Jimmy mau jadi polisi juga. Katanya mau balas dendam ke penjahat yang sudah bunuh ayahnya."

Seorang anak kecil. Memiliki ambisi yang kuat. Dikey memaklumi itu. Apalagi ini ada hubungannya dengan dua orang terpenting dalam hidupnya. Dikey semakin memaklumi. Mengingat bagaimana kehidupan masa kecilnya yang begitu pahit lalu berdampak hingga sekarang, Dikey tidak bisa membantah lagi. Apa pun yang terjadi sewaktu kita kecil, akan memberi dampak hingga kita dewasa nanti.

Mobil berhenti beberapa meter dari tenda yang berdiri kokoh. Banyak kursi berjejer rapi di sana. Egy sempat menarik tangan Dikey agar ikut turun. Duduk di salah satu kursi. Juga ada beberapa wali murid di sana. Melihat semuanya adalah wanita, Dikey menolak halus. Lebih baik mengurung diri di dalam mobil. Lagipula acara ulang tahun ini akan berakhir sebentar lagi.

Secepat kilat Egy berlari ke tengah kerumunan. Meletakkan kado di atas tumpukan kado lainnya. Mendatangi anak lain, entah bertanya apa. Dikey terus memperhatikan hingga dapat membaca jawabannya. Anak itu menunjuk ke arah dalam rumah. Dikey yakin, Egy pasti mencari teman barunya yang tengah berulang tahun hari ini.

Cinta di Ufuk Barat (✓)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن