- Delapanbelas

1.7K 104 11
                                    

"Kamu terlalu sibuk mencari cara untuk menjauh, padahal aku selalu yakin kamu tidak akan pernah kemana-mana."

Vote sebelum membaca...
Tinggalkan komentar ya❤

Hari-hari Keana tak ada yang berubah, sama seperti biasanya. Suram dan penuh kesedihan. Beberapa hari ini Keana semakin berbeda, suka cabut, suka absen bahkan tidak ada satupun teman-teman di sekolah yang mau dia ajak untuk berbicara. Keana seolah bisu.

Guru-guru pun tampak kewalahan dengan sifat Keana. Keana yang terlihat baik dan ceria, kini berubah menjadi anak nakal dan dingin. Bukan Keana yang mereka kenal.

"Keana, saya perlu bicara dengan kamu." Ucap Bu Rina tegas menatap Keana. Gadis itu mendesah mengikuti langkah kaki guru Bk tersebut.

Keana duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk di introgasi oleh guru. Bu Rina tampak menghela napas melihat kelakuan Keana yang semakin jauh perubahannya.

Dari suka cabut, telat, bahkan sering absen di kelas. Bu Rina merasa bahwa Keana butuh perhatian. Jika di lihat dari siswi lainnya yang memiliki banyak masalah, maka Keana lah yang paling menonjol dimata Bu Rina.

Bu Rina masih ingat perkataan Mama Keana saat wanita paruh baya itu di panggil ke sekolah karena keterlambatan Keana datang ke sekolah setiap hari.

Ucapan pedas itu di dengar oleh Keana saat Keana menguping di depan pintu. Bu Rina jelas khawatir melihat air muka Keana langsung berubah, sedih dan kecewa.

"Kenapa kamu semakin hari semakin nakal Keana. Lihat, guru-guru yang mengajar memberikan semua nilai kamu yang kosong. Apa kamu tidak takut akan di keluarkan dari sekolah jika kelakuan kamu semakin hari semakin melunjak?!" Bu Rina melempar kertas nilai Keana di atas meja, tepat di sampingnya.

"Kamu itu udah kelas duabelas. Harusnya berubah menjadi lebih baik."

"Kalau saya di keluarkan dari sekolah saya tidak peduli," Ucap Keana tenang. Namun membuat Bu Rina tak percaya.

"KEANA! apa yang ada di pikiran kamu sampai berbicara seperti itu?!" Bentak bu Rina.

"Ingat, orangtua kamu susah payah mencari uang demi menyekolahkan kamu. Apa kamu tidak sedih pada mereka melihat kelakuan kamu seperti ini?"

Keana mendongak menatap Bu Rina. "Bahkan mereka gak peduli sama saya," desis Keana. Bu Rina menggelengkan kepalanya.

"Keana. Saya tahu kamu sebenarnya anak yang baik. Tapi cobalah nak untuk berdamai sama diri kamu sendiri. Mereka itu sayang sama kamu, terkadang Orangtua sangat sulit mengungkapkan kasih sayang mereka pada anaknya.

"Jangan menyalah artikan sikap mereka. Percaya pada saya, Mama kamu, Papa kamu, mereka menyayangimu lebih dari apapun."

Hancur sudah pertahanan Keana. Dirinya sama sekali tidak bisa membenci mereka, Keana merasa dirinya mati. Air mata yang sejak tadi membendung itu akhirnya lolos. "Kalau ucapan ibu membuat saya tenang, maka jawabanya salah. Di sini, semua orang menyalahkan saya tanpa tahu kebenarannya. Bahkan ucapan ibu membuat saya merasa orang paling jahat. IYA! KEANA JAHAT KAN!"

"SEMUA ORANG GAK PERNAH NGERTIIN KEANA!" Ucap Keana berteriak kesal. Keana meluapkan semua emosinya. Meluapkan rasa sesak di hatinya.

Bu Rina menggeleng cepat.
"Bukan begitu Keana. Saya tidak menyalahkan kamu, dan kamu tidak salah sayang." Bu Rina mendekat, Keana semakin mundur.

"Kalau begitu coba jelaskan kenapa Keana enggak salah?"

"Keana begini juga karena mereka! Keana capek."

"KEANA"Where stories live. Discover now