- Dua puluh dua

461 50 2
                                    

"Bukan tak sayang, hanya saja menjaga hati itu lebih baik."

Hai aku harap jangan lupa tinggalkan vote dan komentar kalian.

Jauh di ujung sana mata Keana terus terfokus pada Kanaya dan Dito saat ini. Keduanya tampak mesra dihadapan semua orang, senyuman manis Kanaya pun membuat Keana terhipnotis seketika. Apalagi tadi ketika melihat Gafa dan Rio sedang berbicara sesekali tertawa membuat keluarga itu tampak harmonis.

Mata Keana berkaca-kaca, tersenyum tipis melihat kedua orang tua Gafa. Entah kenapa pikirannya melayang pada Ranty dan Adrian. Dada Keana terasa sesak, mengingat Ranty bersikap tak peduli padanya.

"Na," panggil Gafa yang berjalan menghampiri Keana. Keana buru-buru mendongak ke atas menyimpan air matanya yang hampir saja menetes.

Setelahnya Keana menoleh ke arah Gafa, cowok itu datang membawa kue dan juga minuman untuk Keana.

"Mau?" tanya Gafa. Keana mengangguk menerima kue itu.

"Manis," ucap Gafa tak beralih sedikit pun melihat Keana memakan kue itu. Keana menoleh dengan tautan di dahinya.

"Apanya?"

"Kuenya." Keana mengangguk setuju. Kue itu terasa lezat dengan topping kacang dan buah cerry.

Dalam hati bukan itu yang Gafa maksud, tapi Keana. Gadis itu tampak manis malam ini meski tanpa polesan make up.

Keduanya duduk di salah satu kursi yang tersedia. Baik Gafa maupun Keana tak membuka suara. Keana lebih menikmati makanannya tanpa peduli Gafa menatapnya lama.

"Kasian gue lihat lo kayak belum makan setahun aja,"

Keana menggerutu sebal. Menatap potongan kue yang sudah ia gigit. "Demi apa ini tuh enak banget! Gue baru tahu ada kue seenak ini," balas Keana kagum.

Gafa terkekeh pelan melihat Keana.
"Nyokap yang bikin,"

"Demi?" Mata Keana hampir saja keluar mendengar ucapan Gafa. Pasti Mama Gafa tau semua resep kue. Pantas saja kuenya terasa enak, seperti yang dijual di toko kue.

"Demi cinta gue ke lo."
Rasanya jantung Keana mau lepas setelah mendengar ucapan Gafa. Cowok itu menatapnya lama seolah Keana objek yang paling menarik.

Entah itu sebuah ungkapan atau sebuah candaan Keana tak percaya. Ia yakin jika Gafa pasti sedang bercanda.

"Gombalan lo bikin gue malas makan," Gafa mendengus mendengar ucapan Keana.

"Terus kenapa lo lanjut makan tuh kue," sindir Gafa malas melihat Keana terus menyuapi kue ke dalam mulutnya.

Gadis itu menyengir lebar. "Habisnya kue nya enak banget!" Gafa terkekeh pelan. Mengacak rambut Keana gemas hingga membuat Keana terdiam.

Setelah menghabisi kue nya keduanya masih hening.

"Lo berdua doang bersaudara sama Kakak lo?"

"Iya, kenapa?" tanya Gafa tanpa menoleh ke arah Keana lagi. Gafa memilih melihat ke depan menatap keluarga besarnya.

"Keluarga lo harmonis banget. Kayak nggak ada keributan sama sekali. Pasti senang banget ngumpul gitu kan," lirih Keana memandang ke depan.

"Enggak juga,"

"Gue nggak percaya,"

"Kenapa?" Gafa menoleh ke arah Keana. Gadis itu memandang kedua orangtuanya sedang tertawa bersama tunangan Rio.

Dapat Gafa lihat ada kesedihan dimata Keana. Apalagi mendengar lirihan Keana, rasanya Gafa ingin sekali memeluknya. Gafa tidak tahu apa yang sedang Keana rasakan selama ini. Gadis itu tampak tertawa di depan semua orang tapi sering kali menyendiri dengan kesedihan yang selalu Gafa lihat belakangan ini.

"KEANA"Where stories live. Discover now