ADISA | 08

4.3K 141 14
                                    

Jangan lupa untuk tekan 🌟 agar cerita ini semakin ke depan 👀

Happy reading~

.

"Kemarin lo bolos ya, Dis?" tuding Raya.

"Bolos nggak pake surat, bego. Bolos, mah, bolos, kaya biasanya." Celetukan Reza membuat Raya mencibir. Sedangkan Adisa tersenyum kecil di bangkunya sendiri. Kemudian menyetujui celetukan Reza dan berkata, "Ada urusan kemarin. Kenapa, Ay?"

"Nggak papa, kepo aja gue. Hehe..." cengir Raya. Kemudian mencolek kembarannya, Rana yang sedang menulis di buku catatan. "Itu PR ekonomi, 'kan? Gue nyontek," serunya.

 "Itu PR ekonomi, 'kan? Gue nyontek," serunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reza menggaruk pelipisnya. "Emang ekonomi ada PR, beb?" tanyanya pada Adisa. Mendapatkan anggukan dari sang teman satu meja, wajah Reza pias. Kemudian mencari-cari buku tugasnya dan bergerak ke bangku di depannya. "Gue ikutan nyontek dong, Ran." Rayunya.

"Kebiasaan deh lo berdua, pasti nyontek ke gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebiasaan deh lo berdua, pasti nyontek ke gue. Kenapa nggak ke Adisa?" Kesal Rana pada sang kembaran dan sang teman laki-laki. Dua orang itu sedang kompak menyalin jawaban yang baru terselesaikan.

"Mereka tahu kalo jawaban lo lebih meyakinkan daripada punya gue lah," sahut Adisa ringan.

Bangku yang ditinggalkan Reza ditempati Rana. Perempuan berkacamata kotak itu melipat kedua tangannya di atas meja. Menaruh perhatian pada Adisa yang memainkan jempolnya di layar ponsel. "Dis... lo, okey?"

"I am okey, Ran. Why?"

 Why?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang