ADISA | 36

415 38 16
                                    

Uhuy update lebih gasik💃💃💃

Sehari lebih cepet 😂🤘👏

Btw, ini watty versi baru bikin kagok, euy. Posisi beda, iklan muncul di layar baca, nggak ada news feed. Astga, bikin misuh 😑

Dan jangan lupa kuy vote komen dan subret biar gw seneng ✌️

Dah lah, hepi riding 😚

.

Suara motor meraung-raung menambah kebisingan di antara para pengendara sepeda motor yang melintas di jalanan. Beberapa motor berjejer di salah satu sudut garasi, menunggu sang montir untuk menjamah dan memperbaikinya hingga nyaman dipakai sang pemilik.

Seorang laki-laki berkemeja hitam terduduk di meja kasir sembari menghitung uang pemasukan hari itu. Sedangkan di seberangnya ada remaja laki-laki yang masih memakai seragamnya dan sibuk memainkan ponselnya. Selain keduanya, masih ada dua montir yang berjibaku membongkar dan mencari masalah dari motor-motor yang menunggu tangan ajaib mereka untuk membuatnya kembali sehat.

"Lo masih betah nungguin Rina?"

Remaja laki-laki itu mengangguk. "Masih lama?" tanyanya sembari memasukkan ponsel ke saku seragam.

"Cewek kalo dandan emang lama. Maklumin ajalah," ujar laki-laki yang kini sibuk menulis di buku laporan. "Emang mau ke mana?" tanyanya lagi.

"Cuma jalan-jalan ke Mall."

"Oh..."

"Ndu!"

Laki-laki yang dipanggil namanya itu menengok ke arah salah satu pegawainya. Lalu ia mendekat dan berbicara serius perihal masalah motor yang sedang ditangani.

"Kak Alano..."

"Udah?"

Nirina mengangguk lalu menggandeng kakak kelasnya menuju sang kakak. Mereka berpamitan dan meninggalkan garasi motor yang merangkap bengkel itu menuju Mall. Diboncengan Alano, Nirina sibuk menempelkan diri. Membuat sang pengemudi risih bukan main. Berkali-kali Alano mencoba melepaskan tangan Nirina. Namun berkali-kali pula perempuan itu kembali mengencangkan sabuk tangan.

Setengah jam setelah menerobos kemacetan ibu kota, dua remaja itu sudah beriringan masuk ke dalam Mall. Alano sudah melapisi seragamnya dengan hoodie dan memasukkan kedua tangannya ke dalam sana. Enggan menggandeng perempuan di sampingnya.

"Shit," maki Alano dalam hati. Ketika tanpa permisi Nirina mengalungkan lengannya ke lengan Alano. Dengan sangat terpaksa, ia pun membiarkan.

"Ke Niki yuk, Kak..." ajak Nirina bersemangat.

Mau tak mau Alano mengiyakan dan keduanya segera memasuki gerai sepatu tersebut. Banyak sepatu model keluaran terbaru yang sebenarnya cukup mengusik jiwa Alano. Sayangnya harga yang tertera di sana terlalu menguras kantongnya, sehingga ia memilih untuk mundur dan duduk sembari menunggu Nirina selesai memilih.

"Menurut Kak Alano, bagusan yang pink apa yang merah?" tanya Nirina dengan menenteng dua buah sepatu. Meminta pendapat Alano untuk segera memutuskan pilihannya.

"Dua-duanya bagus," jawab Alano malas.

Bibir Nirina mengerucut. "Ih, jawabannya khas cowok banget. Sekali lagi aku tanya, bagusan yang merah atau yang pink?" tuntutnya dengan mata memicing.

Alano menghela napas. "Merah."

"Ih, kita satu hati! Aku juga pikir yang merah ini lebih kece!" pekik Nirina kegirangan. Segera saja ia menghampiri sang pramuniaga untuk melanjutkan transaksinya.

ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang