ADISA | 10

3.3K 118 6
                                    

Helloo~ 🙋

Jangan lupa untuk tekan tombol 🌟 yaa, guise... Agar ADISA semakin di depan 💃

Selamat membaca~

.

Dalam keremangan cahaya, Adisa mengendap-endap di ruang tamu. Memutar anak kunci dengan pelan, lalu keluar dari rumahnya. Tatkala dirinya bersiap-siap untuk tidur, matanya tak bisa memejam. Sampai akhirnya, ketika jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam, pikirannya berkelana pada benda kotak yang sempat dibelinya tadi sepulang sekolah. Tersimpan di salah satu pot pohon bonsai di halaman rumah. Dan sekarang, jiwa nakalnya ingin berulah kembali.

"Untung masih ada," gumamnya sembari mengantongi kotak putih ke dalam saku baju tidur. Tubuhnya kemudian berbalik, memasuki rumahnya kembali. Sesampainya di kamar, ia mengunci pintu sampai dua kali. Membiarkan jendela kamar terbuka dan membuat angin malam menyambangi kamarnya.

Adisa menimang-nimang kotak putih berisi dua belas batang rokok dalam kegamangan. Antara yakin untuk membakar satu batang atau membuangnya ke halaman rumah tetangga. Melihat korek gas di meja, Adisa akhirnya mengeluarkan satu batang rokok.

Setelah tiga kali tarikan napas, perempuan itu mendekatkan ujung rokok ber-filter ke bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tiga kali tarikan napas, perempuan itu mendekatkan ujung rokok ber-filter ke bibir. Merasakan rasa pahit manis yang bercampur aduk di belahan bibirnya, Adisa menyalakan korek gas hingga ujung rokoknya membara.

Asap dan aroma nikotin yang kuat, memenuhi rongga dadanya. Membuatnya terbatuk kecil dengan napas sedikit sesak. "Sial! Sesak banget," gerutu Adisa kesal. Telunjuk dan jempol kanannya menjauhkan batang rokok dari bibir. Hidungnya menghirup udara malam dengan rakus. Dengan dahi mengernyit mengandung kebimbangan, Adisa mencuri pandang pada rokok yang tergeletak di kusen jendela.

"Haaahhh..."

Adisa mendesah, ragu antara melanjutkan hisapan kedua atau membuangnya ke luar jendela. Berpikir selama beberapa saat, Adisa memilih untuk menuruti setan kecil di bahu kirinya. "Udah dibeli, sayang kalo nggak dihabisin," gumamnya sambil meraih batang beracun itu dan menghisapnya untuk kedua kalinya. Sekalipun membuat sesak rongga paru-parunya, perempuan itu justru akhirnya bisa menikmatinya setelah beberapa saat. Asap yang keluar dari mulut dan hidungnya, membumbung ke langit-langit kamar. Tersapu oleh angin malam dan menyisakan aroma kuat di sekitar kamar.

"Gila, sih! Sinting!"

Untuk ketiga kalinya, Adisa kembali menghisap batang bernikotin dalam hening malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk ketiga kalinya, Adisa kembali menghisap batang bernikotin dalam hening malam. Sebagian dirinya merutuki tindakan nekatnya ini. Entah setan dari mana yang membuat pikirannya teracuni. Pulang diantar Reza, ia meminta diberhentikan di minimarket dekat rumahnya. Memesan satu bungkus rokok untuk pertama kalinya. Lalu karena tak berani membawa ke kamar, Adisa menyimpannya di halaman rumah. Dan sepertinya, perempuan itu jadi terbiasa. Karena nyatanya, sudah satu batang terbakar habis dalam sepuluh menit.

Sedari menyandang status sebagai anak SMA, Adisa acapkali nongkrong di warung dekat sekolahnya. Biarpun sang ayah bukan perokok aktif, nyatanya tubuh Adisa sudah terbiasa menjadi perokok pasif.

Di tempat Mpok Mi, paru-paru Adisa terkontaminasi oleh teman laki-lakinya yang suka sekali menghembuskan napas bernikotin. Namun tak pernah sekalipun, mereka menawarkan bahkan memaksa dirinya untuk mencoba kegemaran mereka. Bahkan, tak jarang pula, ada yang meminta ijin padanya untuk merokok di dekatnya.

Puntung rokok dibuang Adisa ke luar jendelanya. Lalu perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi dan berkumur-kumur. Mulutnya terasa pahit dan asam, jadi ia memutuskan untuk menyikat giginya kembali. Setelah selesai dengan urusannya, Adisa kembali ke kamarnya yang beraroma rokok. Membuatnya bergegas mencari-cari pengharum ruangan. Setelah aroma lemon menguar, Adisa menutup kembali jendela kamarnya. Menyalakan AC dan menjatuhkan tubuh ke ranjang.

Suasana hening dan hembusan AC membuat Adisa tiba-tiba merasakan kedinginan. Menarik selimut, tubuh rampingnya masuk ke dalamnya mencari kehangatan. Berusaha mencari kenyamanan, Adisa semakin menenggelamkan diri. Sembari menahan perih di kedua matanya. Perempuan itu bingung dengan dirinya sendiri, tatkala setetes air mata mengaliri pipi.

Adisa bertanya-tanya, mengapa dadanya semakin sesak seiring dengan lelehan air matanya yang semakin mengucur? Apakah ini efek dari mencoba satu batang bernikotin? Atau karena rasa sepi yang terus menerus menderanya?

"Gue kenapa, sih?!" gumamnya kesal dengan tangan mengusap pipi. "Kenapa sesak banget?"

Adisa semakin meringkuk dalam kungkungan selimut. Dengan dada semakin terasa menyesakkan, perempuan itu memukuli dadanya keras-keras. Isakan tangisnya membuat seluruh tubuh bergetar.

"Ayah..." gumamnya lirih. Ia pun semakin menenggelamkan wajah ke bantal. Membuat suara tangisnya teredam. Dan sebelum lelap mengambil kesadaran, bibir Adisa menggumamkan isi hatinya.

"Mama... Disa kangen..."

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC...

AN: besok kemungkinan tidak update sebesar 50%. Karena harus PP solo trip ke Semarang, demi menjemput masa depan. Kalau sempat pasti update! 💃💃

------------

Note:

Merokok itu tidak baik bagi kesehatan tubuh si perokok maupun orang-orang di sekitar yang menghirup asapnya. Tetapi, ada banyak orang yang sengaja mencari-cari alasan atau penyangkalan untuk membenarkan diri, bahwa merokok atau tidak itu adalah hak prerogatif manusia. Jadi, semuanya kembali lagi ke pribadi masing-masing.

Oh iya, cerita ini tidak bermaksud untuk memandang buruk image perempuan perokok, ya...
Saya hanya ingin menyampaikannya dari sudut pandang lain.

Terima kasih...

Bonus pict :

Bonus pict :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan spaneng, dong! Hepi-hepi aja, kita!" 🤗

ADISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang