Prolog

4.7K 156 2
                                    

#HappyReading!

"Ceroboh membawa petaka!"

Senin pagi. Hari yang sangat dibenci oleh hampir seluruh murid di dunia, iya hampir karena hanya murid yang teladan yang tidak membenci hari Senin.

"Ya Allah, Ma! Kok nggak bangunin aku sih!" Kata suara gadis disusul sosoknya yang muncul dari arah tangga.

"Mama udah teriak-teriak ya bangunin kamu, emang kamunya aja ngebo. Udah tahu ini hari pertama masuk SMA habis MPLS kemarin." Ucap seorang perempuan berumur empat puluh tahunan itu sambil sibuk mengoleskan selai ke lembaran roti.

"Nggak kapok-kapoknya ya, lo. MPLS kemarin telat sampe dijemur di lapangan gara-gara telat bangun. Nah, ini mau diulangi lagi?" Kata seorang laki-laki yang nampak lebih tua dua tahun dari gadis itu. Laki-laki itu sedang sibuk menyuapkan roti bakar buatan sang Mama ke mulutnya.

"Bawel lo, Bang." Ketus gadis itu seraya mendudukkan dirinya di kursi makan, seraya menatap tajam laki-laki di depannya.

"Jangan galak-galak lo sama gue. Udah baik gue mau nungguin lo dan rela berangkat telat." Oceh laki-laki yang notabene-nya adalah kakak dari gadis tersebut.

"Udah-udah, daripada berantem mending kalian berangkat. Udah mau jam tujuh lho." Kata mama dari sepasang kakak beradik itu. Lantas si adik langsung membelalakkan matanya melihat jam tangan yang melingkar pas di tangannya.

"Mampus, bang! Sepuluh menit lagi masuk!" Kata gadis itu seraya mengikat tali sepatunya dengan terburu-buru. Sedangkan sang Abang? Laki-laki itu segera berpamitan dan langsung pergi ke garasi untuk mengambil motor.

"Eh, ini dibawa bekalnya, kamu belum sempat sarapan kan?" Ucap sang Mama seraya menyodorkan sebuah kotak makan dan segera diambil oleh gadis itu.

"Anna berangkat dulu ya, Ma." Ucap gadis itu seraya mencium punggung tangan Mamanya.

******

"Ya ampun, Vianna Shaqueela! Kenapa sih Lo selalu berangkat pas mepet banget waktunya mau masuk. Kenapa sih, Lo nggak kapok-kapoknya dihukum karena telat?" Ucap seorang siswi yang mengomel sahabatnya ketika gadis itu melihat Vianna, atau yang sering disapa Anna itu berlari menuju barisan kelasnya.

Dengan tampang tidak berdosanya, Anna malah meletakkan tasnya yang tak sempat ia letakkan di kelas ke atas lapangan basket yang hari itu dipakai untuk upacara. Lalu mengambil botol minumnya dan menegak hingga isinya tinggal setengah. "Aduh, gue lelah banget nih, habis lari dari parkiran cowok sampai ke sini. Lo ngomelnya nanti aja deh di kelas."

Gadis yang mengomel pada Anna itu menggelengkan kepalanya, "Heh, gue enek kali ngelihat lo dihukum terus karena telat. Sekali-kali kek berangkat pagi gitu."

"Apalah daya, Van. Gue nggak bisa menolak pesona kasur dan teman-temannya." Ucap Anna seraya membayangkan ia berbaring di atas kasur yang dingin dan nyaman dengan guling, boneka, dan bantal.

"Kelihatan banget, lo muka-muka kebo." Ketus gadis yang dipanggil Van itu.

Upacara dimulai, suasana pun hening dan penuh hikmat. Hingga Vanya, nama gadis yang tadi dipanggil Van oleh Anna itu menepuk bahu Anna saat bagian amanat pembina upacara yang merupakan bagian upacara di mana kegiatan itu lama.

"Apaan?" Bisik Anna melirik ke arah Vanya yang ada di sampingnya.

"Lo lihat cowok paling tinggi itu?" Tanya Vanya seraya mengedikkan dagunya ke arah yang dimaksud.

My Sixpack SeniorWhere stories live. Discover now