Ahzi & Nara

65 3 0
                                    

Dapat merasakan jadi Nadaf sebentar? Melihat sang pujaan hati tengah di gendong orang lain sembari tertawa dan mengalungkan lengannya dengan mesra, padahal semalam Alya masih dipelukannya tapi sekarang, kenapa? Kenapa jadi seperti ini?

Nadaf memandang hamparan air dihadapannya, tampak tenang sekali berbeda dengan Nadaf. Ia mendesah pelan, kenapa jadi begini? Ia menundukan kepalanya, mengapa tiba-tiba dadanya terasa kosong dan sesak? Seakan sesuatu tiba-tiba direnggut tapi apa?

"Apa ini?" lirihnya.

Baiklah Nadaf manusia biasa, ia mempunyai air mata mari manfaatkan hal itu.

Air matanya menetes, untuk pertama kalinya Nadaf kembali menangis setelah kematian Shava, perihal Shava, Nadaf rindu tawanya, matanya, semuanya. Tetes itu berubah jadi tangis menyakitkan, tangisan yang menyayat hati, Nadaf menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang akan keluar. Ini menyesakkan tolong.

Baik, tak apa Nadaf, keluarkanlah. Semua akan baik-baik saja.

Seakan tangisan Nadaf mampu mengundang kesedihan lain, karna tepat saat Nadaf tak kuasa menahan isak tangis petir menggelegar memekan telinga, disusul dengan air hujan dan kawannya yang deras. Tapi Nadaf tak mau menepi, ia membiarkan dirinya diguyur hujan, ia hanya ingin menangis meluapkan semua kekesalan, kekecewaan dan kesedihannya.

Di lain tempat, tepatnya ribuan meter, seorang gadis tengah merapikan pakaian yang akan ia bawa ke rumah neneknya di Ceko sana, neneknya lah yang paling menyayanginya, hanya dia yang mengerti keadaan Alya, hanya dia yang selalu menyetujui semua keputusan Alya. Maka dari itu, hal ini tak ia lewatkan kesempatan ini jarang terjadi. Lagi pula neneknya ini baik sekali, ia sangat bijak, seakan ia mampu memahami semuanya ia selalu memiliki jawaban dari setiap pertanyaan yang Alya keluarkan.

Alya menutup telinganya ketika mendengar petir menggelegar disusul dengan hujan yang turun dengan sangat derasnya, Alya sangat takut dengan petir, bahkan ia mengutuk petir, semuanya terjadi karna petir, keluarganya hancur karna petir!

Alya menutup telinganya dengan kuat, tubuhnya seketika ambruk. Tubuhnya meringkuk kesakitan, sembari tetap menutup telinganya bayangan itu kembali suara-suara itu kembali. Alya semakin menutup telinganya dengan kuat, suara itu tak pernah pergi.

"Pergii..hhh.." lirihnya.

"PERGI!!" teriaknya lebih kencang.

Alya mulai meracau tak jelas, tangannya dengan rakus memukul kepalanya sendiri mencoba mengeluarkan sesuatu yang menggerogoti kepalanya.

"Kumohon.. Pergi.." ucapnya melemah.

Tapi suara-suara itu tak mau pergi malah lebih keras suara-suara yang mengatakan bahwa;

"Kamu tak berguna Alya!"
"A..aa..aku tt..ttau.." lirih Alya.

"Aku menyesal memiliki anak sepertimu!"
Alya memukul tubuhnya ia butuh rasa sakit untuk menetralkan hal ini.

"Seharusnya kamu menjadi nomor 1 bodoh!"

"Alya aku harus mengakhiri hubungan kita"

"Alya kau ini sungguh menjijikan"
"Aku memang menjijikan.." lirihnya.

"Kau tidak boleh egois! Pikirkan orang tua yang membesarkanmu!"
"Nad..daf.. Aku membutuhkanmu..." lirih Alya.

Help MeWhere stories live. Discover now