Bab 12

2K 441 347
                                    

Sementara itu di Kingsfort, Aileen dan Gideon tak dapat lagi tidur. Mereka sangat gelisah karena mengetahui adanya potensi konflik yang kemungkinan akan segera terjadi. Aileen merasa bahwa mereka sebaiknya tidak ikut campur dan kembali ke Fortsouth saja. Namun, Gideon berpendapat lain. Ia berpikir bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk memberitahu sang raja mengenai bahaya yang mengancam putrinya. Apalagi ia dan Agra sudah berteman sejak lama. Tidak memberitahunya dapat dianggap sebagai sebuah pengkhianatan.

Gideon akhirnya memutuskan untuk mengatakan segala yang ia tahu secara pribadi pada Agra. Orang yang paling berkuasa di Ethardos itu pun menjadi sangat murka mendengar berita penangkapan putrinya. "Kurang ajar! Berani sekali dia! Selama bertahun-tahun aku sudah memberikan ijin untuk menyebarkan ajarannya di ibu kota. Bahkan aku bersedia menjadikan kepercayaannya sebagai agama resmi kerajaan!" geram Sang Raja. Wajahnya tampak memerah menahan amarah. "Aku akan memerintahkan pasukan untuk menyerbu kuil!"

"Tunggu dulu, Yang Mulia. Ia memiliki putri Anda. Menyerang secara serampangan hanya akan membahayakan nyawa Isabel," saran Gideon. "Selain itu, menyerang kuil dapat menyebabkan hubungan antara ibu kota dengan wilayah utara merenggang. Hal itu dapat menimbulkan gejolak politik yang tidak perlu. Sebaiknya kita bicarakan dulu dengannya sebelum persidangan."

Karena saran dari kawan lamanya itu, akhirnya sang raja mengurungkan niatnya untuk mengirimkan pasukan. Ia mengajak Gideon beserta beberapa prajurit pergi ke kuil untuk bertemu dengan Karl, sang kepala gerpa. Setelah menunggu beberapa lama, seorang gerpa muda mempersilakan Agra dan Gideon masuk ke dalam sebuah ruangan di sebelah kuil, tempat para gerpa biasa menerima tamu. Karl sudah menunggu di situ.

"Sebuah kehormatan, Sang Raja bersedia mengunjungi kuil sederhana kami." Karl membungkuk hormat lalu berpesan kepada gerpa muda tadi untuk berjaga di luar dan tidak membiarkan siapa pun masuk.

"Langsung saja, apa maksudmu memenjarakan putriku?!" Tanpa basa-basi sang raja langsung mengutarakan niat kedatangannya.

"Dengan segala hormat Paduka Yang Mulia, hamba hanya menjalankan hukum sesuai dengan ajaran agama Herod. Hamba yakin kalau paduka sendiri juga sudah mengetahuinya. Yaitu bahwa melakukan hubungan suami istri di luar ikatan pernikahan adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum Tuhan."

"Tapi dia adalah putriku. Kau harus memberikan pengecualian untuknya," sahut sang raja. "Sebenarnya apa yang kau minta?!" tanyanya lagi dengan nada suara yang meninggi.

"Tidak ada Yang Mulia, hamba hanya menjalankan apa yang menjadi kewajiban hamba. Menegakkan hukum secara adil terhadap siapa pun tanpa memandang status."

"Kurang ajar! Berani-beraninya kau!" Raja Agra pun bangkit dari tempat duduknya sambil memukul meja di hadapannya. Mukanya tampak memerah karena menahan marah. Sementara itu, Gideon berusaha menenangkan rajanya. "Kendalikan dirimu, Yang Mulia. Emosi yang tak terkendali bisa membuat masalah menjadi lebih rumit."

Sang raja pun mendengkus kasar. "Aku ingin melihat kondisi Isabel! Antarkan aku padanya!" ujar Agra kemudian.

"Baiklah, Yang Mulia." Karl lalu memerintahkan gerpa muda yang tadi berjaga untuk menunjukkan jalan. Sang Raja pun segera mengikutinya sementara Karl dan Gideon mengekor di belakang.

"Ia bisa memberimu uang sebanyak yang kau mau," ungkap Gideon pada Karl. Ia berusaha membujuk sang gerpa untuk memberikan kelonggaran bagi Isabel.

"Bukan uang yang aku inginkan, melainkan keadilan bagi setiap orang. Hukum harus adil bagi semua." Karl menjelaskan idealismenya secara singkat.

"Itu sebuah pemikiran yang baik, tetapi rasanya penerapan dengan cara seperti ini terlalu terburu-buru. Aku merasa, butuh waktu lebih lama untuk mengubah sistem yang sudah lama berjalan." Gideon berharap dapat melunakkan pendirian Karl. Namun, pria tua itu keras kepala. Ia tetap kukuh untuk menjalankan tugasnya tanpa pandang bulu.

Putra Penyihir : Ritual Kematian [END] - Sudah Terbit (Sebagian Part Dihapus)Where stories live. Discover now