Bab 13

2.1K 419 346
                                    

Borin terbangun dalam sebuah kurungan berteralis besi. Udara dingin dan lembap segera menyapa paru-parunya dalam sebuah tarikan napas yang kasar.

"Ugh ... di mana ini?" Borin bergumam sambil meringis menahan sakit akibat bekas cakaran harimau di punggungnya. Sekuat tenaga, ia berupaya mengangkat kepalanya yang terasa begitu berat. Netranya beredar menyapu sekitar guna mendapatkan informasi mengenai lokasi keberadaannya.

"Tuan Ramos?" Anak itu terkejut melihat seseorang yang dulu dilayaninya setiap hari, kini tampak begitu berbeda. Perawakannya kurus dan penampilannya berantakan.

"Nona Gladys?" Gadis bangsawan yang dulu begitu cantik dan bersih pun kini tampak seperti gelandangan penuh luka memar. Rambut panjangnya yang indah tampak kotor tidak terawat. Tatapannya pun kosong, tanpa semangat. Sepertinya sesuatu yang amat buruk telah menimpa keduanya.

"Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Borin dengan mata membulat.

Selama beberapa saat, tak ada jawaban yang ia dapatkan. Hanya kesunyian memekakkan telinga yang membuat Borin merasa amat gelisah.

"Kita semua akan mati," lirih Ramos tiba-tiba. Ia duduk di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututnya sendiri. Sorot matanya tampak begitu ketakutan. Sesuatu yang belum pernah Borin lihat dari tuannya. Ia yang dulu sangat arogan seperti tak memiliki rasa takut sedikit pun kini tampak seperti seekor kelinci yang siap diterkam.

"Tidak, Tuan, kita pasti bisa mencari jalan keluar dari sini," ujar Borin berusaha membangkitkan semangat Ramos dan Gladys.

"Tak ada jalan keluar ... hanya kematian," gumam Ramos sambil menunjukkan jari kelingkingnya yang terpotong. "Ia memotongnya ketika aku mencoba meloloskan diri."

"Ia sangat kejam," sahut Gladys dengan suaranya yang terdengar bergetar.

"Tapi aku yakin, Peter dan yang lainnya akan datang untuk menyelamatkan kita," ujar Borin lagi. Ia masih ingin mempercayai kawan-kawannya. Harapan itu masih ada.

"Kalian tak bisa mengalahkannya. Ia bisa menciptakan harimau besar dari udara kosong dan ada banyak sekali monster buaya." Tubuh Ramos yang gelisah bergoyang ke depan dan ke belakang.

"Kami sudah pernah membunuh harimau itu," ungkap Borin dengan bangga. Ia tak mau kehilangan asa. "Kami bisa mengalahkannya lagi."

"Yah, semoga saja mereka bisa tiba tepat pada waktunya," gumam Gladys lirih hampir tak terdengar. Dalam hatinya ia sulit mempercayai kalau dirinya masih bisa keluar dari situ hidup-hidup. Setelah apa yang dilaluinya bersama Ramos.

Borin pun terdiam dan keheningan tak mengenakkan kembali menyeruak menyesakkan dada. Di luar penjara adalah sebuah gua raksasa berdinding batu. Langit-langitnya sangat tinggi hampir mencapai tujuh meter. Di tengah ruangan itu, ada sebuah meja altar yang terbuat dari batu kasar berselimutkan darah para kurban terdahulu yang telah mengering.

Tak lama kemudian, datanglah sesosok pria berpakaian hitam berlengan panjang. Hidungnya bengkok dan rambutnya yang jarang berwarna keperakan. Tampak empat ekor kobold bersamanya. Mereka terlihat saling berkomunikasi dengan mengeluarkan suara-suara layaknya gonggongan anjing yang tak dapat dipahami.

"Ia datang," desis Ramos ketakutan. Anak muda itu beringsut semakin dalam ke sudut ruangan, seolah berharap tubuhnya bisa terbenam bulat-bulat ke dalam tembok padas di belakangnya.

"Saatnya sudah tiba." Pria tua itu berkata sambil menyeringai dan sesekali menjulurkan lidahnya. "Bawa anak laki-laki itu keluar!" perintahnya pada keempat kobold yang ikut bersamanya. Suara berkelotakan pun terdengar nyaring ketika anak kunci bertemu lubang gembok besar yang tergantung pada rantai besi. Pintu teralis itu pun berayun keluar menimbulkan suara berkeriet yang tidak nyaman. Semua itu terasa bagaikan sebuah simfoni kematian bagi Ramos.

Putra Penyihir : Ritual Kematian [END] - Sudah Terbit (Sebagian Part Dihapus)Where stories live. Discover now