Chapter 5

466K 27.4K 1.8K
                                    

Alena sudah berhenti menangis sejam yang lalu, tapi dia masih diam sesenggukan di pelukan Devan. Devan juga diam menanti kekasihnya buka mulut.

Selepas membayar tagihan makanan mereka, Devan mencari Alena yang tidak ada di tempat dia menyuruh Alena menunggunya.

Hingga dimana dia menemukan Alena di parkiran dan terkejut melihat seseorang menampar Alena. Devan tidak mendengar apa yang mereka bicarakan lalu dia melihat Alena menangis dan berlari.

"Ka..kamu tau dari mana aku ada di sini?" Tanya Alena melepas pelukannya.

"Kita seperti jarum dan benang gak bisa di pisahkan, aku tau di mana pun kamu berada, sama seperti gembok dan kuncinya," ucap Devan lalu mengusap air mata Alena yang belum kering.

"Gombal,"

"Siapa dia yang ngelakuin itu ke kamu?"

Alena menatap Devan dan mengerti apa maksud pertanyaan Devan. Alena meremas jarinya sangat kuat saat mengingat tamparan pertama yang papanya berikan.

"Papa,"

Devan tau jika papa Alena adalah pengusaha sukses dan cukup terkenal itu, tapi yang jadi pertanyaan Devan adalah mengapa dia menampar Alena dan wajahnya menunjukkan kemarahan yang amat besar.

"Dia marah sama aku,"

"Masalahnya?"

Alena menggigit bibir bawahnya, dia belum mau membuka aib keluarganya meskipun pada pacarnya sekalipun.

"Hanya masalah kecil, tapi bagi papa itu adalah masalah besar," ucap Alena dan tersenyum.

"Ini udah mau jam 10 nanti mereka nyariin, kita pulang yah," lanjut Alena mengalihkan pembicaraan.

Devan menatap dalam mata Alena yang menunjukkan keresahan, dia tau jika Alena menyembunyikan sesuatu. Tapi dia bukan tipikal orang yang pemaksa, biarlah dia terus menunggu hingga Alena menceritakan semuanya.

"Ayo," ucap Devan.

Alena berdiri dan memilih berjalan mendahuli kekasihnya, Alena juga merasa jika Devan tau dia berbohong. Apalagi mereka sudah bersama selama 3 tahun dan saling mengenal satu sama lain.

"Matamu tidak bisa berbohong Alen, andai kamu tau bahwa aku juga merasakan kesedihan itu," gumam Devan.

Entah kenapa setiap Alena bersedih maka hati Devan merasa sakit seolah ada yang menusuknya dan sulit bernafas. Mungkin itu adalah ikatan batin karena cinta mereka yang sama-sama dalam.

♡♡♡

Devan kembali mengingat di mana pertama kali dia bertemu dan saling mengenal Alena. Nama Alena sudah tidak asing di telinganya mengingat gadis itu berprestasi ketika SMP.

"Hiks hiks,"

Devan yang tertidur di rooftop perlahan-lahan membuka matanya saat mendengar isak tangis.

"Alena salah apa sih hiks, doa Alena kenapa gak ada satu pun yang terkabul, Alena juga mau di kasi kue dari papa hiks,"

Devan yang merasa tidurnya terganggu langsung bangun dan mengucek matanya mencari sumber suara. Dia bangun dan bersandar di kursi lalu melihat seorang gadis menangis memeluk lutunya.

"Kalau nangis jangan berisik,"

"Kalau nangis jangan berisik,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Where stories live. Discover now