Chapter 17

375K 21.7K 1K
                                    

Happy Reading 💋💋

ig : saniyyahputrisaid


Acaranya telah selesai, Alena meminta izin pulang terlebih dahulu pada semuanya. Di sana ada keluarga dari pihak papanya yang sedang berbincang.

Memang hubungan oma, opa, kakek dan neneknya masih terjalin sangat baik. Hanya mama dan papanya yang berperang dingin seusai bercerai.

"Kamu menginap di mana Alena?" Tanya Oma.

"Alena kembali ke rumah papa oma," ucap Alena melihat Dimas.

"Baguslah, saya senang kamu pulang ke sana, karena keberadaan kamu di rumah saya sangat mengganggu," ucap Sonya membuat membuat Alena diam. Alena tak habis pikir kenapa mamanya mengatakan itu di depan keluarga besarnya.

"Jaga ucapan kamu Sonya!!" Tegur Opa membuat Sonya memutar bola mata jengah.

Dimas dan Sonya saling melemparkan tatapan dingin, sementara yang lain tidak mengetahui jika keduanya saling menatap seolah mengartikan sesuatu.

"Kamu gak mau menginap di rumah nenek atau oma kamu nak?" Tanya nenek.

"Ide yang cukup bagus, sudah lama kamu tidak menginap di rumah kami nak," ucap Oma.

"Emm kayaknya lain kali aja deh, lagian jarak sekolah Alena dekat dari rumah papa," ucap Alena.

"Ya sudahlah, tapi kamu janji ya?" Ucap Nenek membuat Alena mengangguk.

"Kalau gitu aku pulang duluan,"

"Kak aku ikut,"

Alena dan Nayla meninggalkan hotel itu menuju rumah papanya. Sementara kedua keluarga yang sempat mejadi besan itu masih berada di sana.

Kini yang tersisa hanyalah Sonya beserta orang tuanya dan juga Dimas dengan orang tuanya. Sementara Dinda menunggu Dimas di mobil dan Satria menemani Nisa ke toilet.

"Dengarkan saya Dimas, meskipun kamu dan Sonya telah bercerai jangan sekalipun membuat Alena menjadi korban," ucap Opa.

"Benar, kamu dan Sonya itu sama saja, belum bisa menerima Alena sebagai buah cinta pernikahan kalian dulu," lanjut Kakek.

"Kalian pikir kami tidak tau perbuatan kalian pada Alena? Sering kali mulut kalian itu berkata kasar pada darah daging kalian sendiri, apa kalian tidak punya rasa kasih sayang untuk Alena?" tambah Nenek.

"Kami tidak saling mencintai," jawab Dimas.

"Benar, saya dan dia tidak saling mencintai, lalu apa gunanya saya memberikan anak itu kasih sayang?" Ucap Sonya.

Sungguh ucapan mereka berdua membuat para orang tua geram.

"Masih banyak orang di luaran sana mendambakan anak tapi kalian mengabaikan anak kalian hanya karena alasan kalian tidak saling mencintai? Anak adalah titipan tuhan yang harus kalian jaga sebaik-baiknya," ucap Oma.

"Ini semua karena kalian yang selalu mendesak kami memiliki anak, dari awal pernikahan, kami berdua sepakat tidak mau punya anak, toh kami menikah juga terpaksa jadi untuk apa memiliki anak," ucap Sonya marah.

"Benar apa yang dia katakan, sejak awal semuanya hanya karena keterpaksaan," ucap Dimas membenarkan ucapan Sonya.

"Ini memang salah kami karena memaksa kalian menikah atas perjodohan, tapi apa permasalahannya hanya karena cinta? Banyak orang di luaran sana menikah tanpa cinta tapi mereka bahagia seiring berjalannya waktu, kami memaksa kalian punya anak agar cinta itu bisa tumbuh di antara kalian," ucap Kakek.

"Kami senang saat kelahiran Alena kalian terlihat seperti orang tua yang bahagia, kami pikir kalian sudah mencintai, dan saat Alena mulai bertumbuh kalian terlihat antusias dan kompak, lalu masalahnya di mana saat kalian tiba-tiba ingin bercerai lalu menelantarkan Alena hingga sekarang," lirih Nenek membuat Sonya dan Dimas terdiam.

Memang benar Dimas dan Sonya dulu mulai menerima pernikahan mereka dan keadaan mulai berubah ketika Alena ada di antara mereka. Tapi sejak seseorang yang mereka cintai datang, hubungan keduanya kembali merenggang.

Dimas yang selalu pulang larut karena selalu bersama Dinda mengabaikan keberadaan Alena, dan Sonya yang sudah tak mengurus Alena karena Satria kembali dari studynya diluar negeri.

Jangan salahkan Dinda dan Satria, mereka tidak tau jika masing-masing pasangannya sudah menikah saat itu.

"Ini sudah takdir kami untuk tidak bersama, kami berdua sudah memiliki pasangan pilihan kami sendiri," ucap Sonya.

"Masalah kalian berpisah itu sudah tidak kami permasalahkan mungkin memang takdir kalian begitu, tapi ini masalah perilaku kalian terhadap Alena yang sangat keterlaluan, jangan pilih kasih sebagai orang tua," ucap Oma.

Dimas dan Sonya hanya diam tak memberi respon membuat para orang tua menyerah.

"Hah sudahlah percuma menasehati mereka, sampai kapanpun pintu hati mereka tidak akan bisa terketuk, semoga saja kalian tidak terlambat untuk menyesal," pasrah Opa.

"Kami sebagai orang tua hanya ingin kalian tidak salah arah nak, kami hanya ingin yang terbaik, terserah kalian mau bagaimana lagi, kami menyerah karena selama ini omongan kami hanya di anggap angin lalu, tapi jangan sampai kalian yang membuat Alena dalam bahaya lagi," tambah Kakek.

Semuanya meninggalkan ruangan itu, hanya ada Dimas dan Sonya yang masih diam.

"Aku kira kamu gak akan menyakiti Alena," Lirih Sonya.

Dimas diam belum menjawab, dia masih menatap mantan istrinya itu. Orang yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya meski sebentar.

"Ternyata kamu membencinya yah,"

Dimas menghela nafas "Bukan benci, tapi aku masih belum bisa menerimanya,"

"Jelas kamu membencinya, dan kamu sudah pernah menyakitinya secara fisik, menamparnya kan?"

"Dari mana kamu tau?" Tanya Dimas terkejut.

"Meskipun aku ibu yang tidak pernah menghiraukan Alena, tetap saja masih ada rasa tidak rela jika putriku di perlakukan seperti itu, aku kira Alena akan bahagia jika dia tinggal bersama kamu, nyatanya dia malah menderita, kamu papa yang buruk,"

"Lalu apa bedanya dengan kamu? Kamu juga mama yang buruk baginya,"

"Coba bandingkan mana yang lebih buruk aku atau kamu? Kamu sudah berani menamparnya hanya karena kamu marah dia mengungkapkan identitasnya," ucap Sonya.

"Dan harusnya kamu bersyukur jika hak asuh Alena jatuh di tangan kamu, bukannya tujuan kita menghadirkan Alena karena orang tua kamu tidak akan memberikan warisannya sebelum kamu memiliki anak? Alena sudah ada dan kamu mendapatkan semuanya lalu kamu bebas mengabaikan Alena? Tidak ingin mengakuinya putrimu juga? Kamulah papa yang lebih buruk Dimas," lanjut Sonya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf," hanya kata itu yang di ucapkan Dimas.

"Hanya karena aku bersikap jahat pada Alena maka kamu bisa menyebutku ibu yang buruk, kamu tau sendiri alasanku mengapa memperlakukan Alena seperti itu, aku ingin dia membenciku tapi sampai sekarang anak itu tidak pernah membenciku sama sekali,"

"Sedangkan kamu? Kamu tidak mempunyai alasan untuk menjauhi Alena, apa karena kamu tidak mencintai aku sebagai wanita yang melahirkannya? Jika kamu lupa maka aku ingatkan sekali lagi, kamu pernah mengucapkan kata cinta padaku saat mabuk dan berakhir ada Alena di antara kita," ucap Sonya mengusap kasar air matanya lalu meninggalkan Dimas yang diam mematung.









12 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Where stories live. Discover now