Chapter 9

404K 24.5K 434
                                    

Alena berdiri di balkon membiarkan tubuhnya di terpa angin malam. Alena memejamkan kedua matanya mengingat ucapan mamanya.

"Masih banyak orang jahat yang menginginkan nyawamu, apakah kamu tidak tahu kita tidak bisa mempercayai satupun tetangga jika kamu masuk ke dalam rumah ini dan melihatmu?"

Bagaimana Alena tidak lupa akan hal itu, tentang siapa dirinya sebenarnya yang selalu di incar banyak orang di luaran sana. Tiba-tiba Alena teringat kejadian yang menakutkan itu.

Flashback On

Seorang wanita yang seumur dengan mamanya memasuki tempat di mana dirinya di sekap dan diikat dengan tali. Ada beberapa orang berpakaian serba hitam yang mengelilinginya.

"Aku berencana membunuh mama dan kakekmu, bahkan seluruh keluargamu kalau bisa," ucapnya dengan senyum jahat.

"Mereka tidak ada hubungannya dengan aku!!!" Teriak Alena.

"Kau tidak tahu kejahatan apa yang telah mereka lakukan, ini tidak hanya akan berakhir denganmu,"

"Tidak!! Mereka tidak bisa mati karena aku, jadi tolong bunuh saja aku!! Bunuh aku dan biarkan mereka hidup, tolong bunuh aku!!!!!" Teriak Alena dengan air matanya memohon.

"Nak, kau kecil dan lemah, yang lemah tidak dapat memilih mati atau hidup," ucap wanita itu berjongkok lalu memegang dagu Alena.

Wanita itu berdiri dan meninggalkan ruangan Alena di sekap "Nasib mama dan kakekmu tergantung padamu."

Flashback Off

Alena tersentak tak sanggup mengingat kejadian mengerikan selanjutnya itu. Alena bernafas tersenggal-senggal dan di banjiri keringat dingin.

"Astaga!!!" Alena terpekik ketika sebuah tangan menepuk bahunya.

Ternyata itu adalah Sonya mamanya, sebenarnya sejak tadi Sonya sudah berada di belakangnya.

"Kenapa kamu melihat saya seolah saya hantu?"

"Alena kaget mama ada di sini," ucap Alena dengan bibir yang pucat.

Sonya memperhatikan wajah Alena yang pucat dan sedikit berkeringat itu, Sonya tau pasti Alena sedang mengingat kejadian itu.

"Jika kamu mengingat kejadian itu lagi maka kamu tak seharusnya muncul di sini, kamu tau apa alasan saya sebenarnya melarang kamu datang ke sini, umur kamu sudah cukup untuk mengerti masa lalu itu,"

"Alena ngerti ma, tapi apa salah jika Alena rindu dengan mama? Alena juga ingin berkunjung dan melihat keadaan mama,"

Sonya menatap Alena "kedatangan kamu ke sini malah membuat keadaan saya tambah rumit jika kamu mau tau keadaan saya sebenarnya,"

Alena memalingkah wajahnya tak mau jika air matanya akan jatuh di depan sang ibu.

"Mama dan papa sama saja, selalu saja membuat hati Alena tidak bisa merasakan tenang dan senang," lirih Alena.

"Jika kamu ingin hidup tenang pergilah jauh, pergi sejauh mungkin dan jangan muncul di hadapan kami, itulah satu-satunya cara kamu tidak makan hati setiap hari dan kamu bisa senang karena tidak mendengar ucapan kami,"

Sakit. Itulah perasaan Alena, bahkan niatnya ingin selalu dekat dengan orang tuanya malah di suruh menjauh.

"Ternyata mama lebih kejam dari yang Alena pikir, Alena sakit tapi Alena di paksa pulang sama papa, Alena butuh kalian tapi kalian tidak butuh Alena, andai saja wanita itu membunuh Alena, mungkin Alena sudah hidup tenang tanpa menyusahkan kalian," ucap Alena.

Sonya menatap Alena tajam seolah tak suka dengan kalimat terakhir Alena.

"Tapi sepertinya takdir Alena belum datang saat itu, mungkin tuhan masih ingin Alena berusaha untuk membuat mama dan papa sekali saja melihat Alena, memeluk Alena, mencium Alena," lanjut Alena.

"Jangan berharap banyak jika kamu tak ingin hatimu lebih sakit," balas Sonya.

"Mah, apa Alena tidak mempunyai tempat di hati mama? Mama yang melahirkan Alena, apa mama tidak punya rasa iba sedikit pun terhadap Alena?" Ucap Alena menatap Sonya.

Sonya terdiam cukup lama dan menjawab Alena "Tidak ada," ucap Sonya lalu berbalik hendak keluar dari kamar Alena.

Tapi langkahnya terhenti dan menatap Alena sekali lagi "Jangan melakukan hal yang sama kepada saya seperti yang kamu lakukan terhadap papa kamu,"

Alena menatap Sonya "Maksud mama?"

"Jangan memperkenalkan diri kamu di pesta nanti sebagai anak saya, kamu akan tau sendiri resikonya jika kamu melakukan itu, meskipun kamu sudah menyebut nama saya di malam acara papa kamu tapi wartawan tidak akan mengenal saya dan mencari tau tentang saya," ucap Sonya.

"Tapi tak bisa di pungkiri jika sudah ada pihak yang akan mengincar kamu lagi, kamu sudah melakukan satu kesalahan di malam itu," lanjut Sonya.

"Dan apakah tamparan papa kamu sangat sakit?" Tanya Sonya meskipun dia berusaha tidak menanyakan itu.

Alena terkejut bukan main jika mamanya tau apa yang dia lakukan malam itu di restoran dan juga ternyata tamparan itu di saksikan oleh mamanya.

Alena senang karena melihat raut wajah khawatir Sonya ketika bertanya tadi.

"Tidak ada tamparan yang tidak sakit ma, setidaknya tamparan itu membuka pikiran Alena," jawab Alena.

Sonya berdehem "Makanya jangan melakukan hal yang tidak di sukainya," ucap Sonya dan menutup pintu kamar Alena.

♡♡♡





02 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang