Bule Ganteng | Hueningkai ✔

19. Guru baru

Pagi itu, seisi SMA Tunas Bangsa heboh. Mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang dengan motor gedhe-nya yang tampak macho, lengkap dengan helm fullface juga jaket kulit yang pas di badan atletisnya.

Semua siswi serempak keluar dari kelas, melihat ke arah lapangan upacara sambil berteriak-teriak gaje.

"Uuuu! Macho-nya!

"Manly banget anjir!"

"Tipe fak boy ini mah!"

"AAAAAAA!!"

"Gak salah lagi pasti ganteng!"

Pria itu beberapa kali muter-muter lapangan, berniat tebar pesona. Disambut sorak-sorai dari para siswi centil, termasuk Yeri yang lagi muji-muji tuh cowo sambil teriak di deket Choco, ngebuat cewe itu nutup kupingnya. Dia gak mau budeg di usia muda.

"Apaan anjir modelan fak boi, gak banget!"

Posisi mereka kini tengah tepat berada di teras kelas di depan lapangan upacara. Yeri terus meneriaki pemuda itu. Sementara Bayu bisik-bisik ke Choco.

"Mendingan Bayu lah! Anak alim gini, ya 'kan Cho?"

Rasanya Choco mau muntah aja denger kata alim yang terlontar dari mulut sohibnya.

"Alim dari mananya? Tiap hari gombal sana-sini."

"Ikhtiar lah, cari jodoh."

Anjay

Bayu nyengir.

Pemuda itu menghentikan laju motornya.

Cewe-cewe di sana masih sibuk mengagumi pemuda bermotor gedhe itu. Memandangnya dengan tatapan memuja.

Cowo yang belum diketahui identitasnya itu pun memakirkan motornya tepat di depan teras dimana Choco, Bayu, dan Yeri, serta banyak siswi lain berada.

Dengan gerakan cepat, sang pria pun melepas helm fullface-nya lalu turun dari motornya dan berjalan ke arah Choco, Yeri, dan Bayu.

Ia tersenyum ke arah Choco.
Choco sendiri tampak familiar dengannya.

K-kak Arka?

Ia membenarkan kacamatamya, memperjelas pandangannya. Memastikan apa yang diliatnya itu bener.

Cowo itu semakin ngedeket ke Choco, senyum ke arah gadis berkacamata itu.