Bab 1: Pagi mendung

1.7K 102 29
                                    

Bertemu denganmu membuatku candu dalam awanmu yang mulai redum.
Velando Pradipta

***

Pada pagi kali ini sangatlah cukup berawan, dan cukup dingin sampai menusuk ke dalam tubuh gadis mungil yang tersimpan rapat dalam selimut tebalnya itu.

Untung saja ia sudah menyelesaikan Sholat subuh, dan melanjutkan tidurnya. "Stella! Udah Pagi, Ayo berangkat sekolah!" jerit Tia---sang Mama. "Bentar lagi! Lima menit deh!" balas Stella menjerit yang kembali memeluk erat guling dan selimutnya.

Hari terasa mulai dingin, ternyata mendung di atas angkasa sana.
"Adekkk! Woi! Bangun ...!" jerit Huda membuat Stella menutup kupingnya dengan bantal.

"Eh! Adek Abang yang cantik, seksi cem Cinta Laura, hayo sini sama abang mandi bersama," goda Huda sambil menarik bantal yang sudah menutupi kuping Stella.

"NDASMU CINTA LAURA, JAUH ... SANA JAUHHHHH!" Stella mengerang hebat sambil mendorong tubuh Abangnya yang sudah ada di atas kasur. "Gak bangun abang cium," ancam Huda sambil menatap Stella dengan lekat.

  Stella mendengus kesal, dan langsung berlari masuk kedalam kamar mandinya, meninggalkan abangnya di kasurnya. "Diancam, baru mau dilakukan," ujar Huda yang mulai meninggalkan kamar Stella dan mulai ke ruang makan.

"Mah! Stella baru mau bangun kalau aku ancam cium. Eheq," lapor Huda yang mulai duduk disamping sang Ayah. "Iya dah, serah kamu aja." Tia mulai menaruh susu cokelat dan roti di atas piring makan mereka masing-masing.

Stella dan Huda pun mulai berangkat bersama, setelah mengahbiskan susu coklat dan sebuah roti yang dimasak mamanya tercinta. Cuaca hari ini sangat tidak bersahabat.

***

Hari Senin kali ini, upacara yang sangat menyenangkan karna gerimis. Stella, Chelsea, Sella, Syera dan Audry pun mulai berbaris di barisan ke dua dekat kelas IX yang dikatakan kelas banyak cogannya.

"Eh! Lo tau gak? Tuh, yang baris di depan Tiger, udah punya doi loh," ujar Chelsea sambil merapikan rambutnya. "Eh bujang! Jangan sembarang kata lo," saut Audry tak percaya. Stella hanya mengabaikan cibiran-cibiran dari mulut para sahabatnya.

Namun, seseorang telah melirik Stella sangat lekat yang membuat Stella sendiri merasa risih. "ANJAYY BAPAK BOTAK KO CURHATNYA RECEH BENER YA!" jerit Sello yang berbaris disamping Huda.

"Khahahahaha, tumben bener lo," timpal Huda sambil tertawa terbahak-bahak yang membuat sang guru yang telah meledeknya itu langsung memanggil nama-nama murid yang emang terkenal berandalnya.

"ITU YANG NGATAIN SAYA TADI, BARIS KEDEPAN. SATU BARISAN SEMUA KENA!" jerit Pak Ginazar sang kepala sekolah botak dan receh itu. "Mampos kita! Mampos!" ujar Cakra sambil menepuk jidatnya repleks.

Barisan yang disuruh pak Ginazar pun mulai satu persatu maju kedepan barisan yang langsung membuat para murid cewek sudah menjerit histeris. Bagaimana tidak, semuanya murid kelas IX Harapan B ini terkenal dengan most wanted, OSIS, dan cogan ablenya.

"AAAAA!! ADUHHHH, Masya Allah ciptaan mu ya tuhan!" ucap salah satu murid yang baris dibelakang barisan Stella.

"Gak nyadar apa, gua adeknya huda. Hedeuh," Stella membatin sambil memutar matanya malas. "Dengerin ya anak-anak, Ini nih yang gak patut dicontoh. Seganteng-gantengnya murid Bapak, tapi kelakuan kaya setan gini. Ya, bapak gak sayang," curhat sang Kepala sekolah, membuat sedikit dari 3 ribu murid pun langsung bersorak.

"Sudah-sudah," ujar Pak Ginazar lagi. Upacaran pun dimulai kembali, setiba pas pengibaran bendera merah putih. Terik mataharu saat ini semakin memanas membuat sebagian murid ceweknya pada kepanasan.

Hiduplah indonesia raya ....

"Lama lagi gak sih, Syer?" tanya Stella kepada temannya yang baris di samping kirinya. Barisan yang di kiri itu, ya barisan Abangnya Stella si Huda. "Kaya biasalah, Dua jam lagi," ujar Syera sambil mengayunkan tangannya yang mulai kesemutan itu.

Stella lagi-lagi mendecik kesal, kenapa hari ini semakin panas? "Gak ada yang peka nih?" tanya Stella sepertinya sedang mengkode sesorang.

Tiba-tiba harinya mulai berubah lagi, menjadi gelap sangat gelap.
"Upacara dapat dibubarkan dengan tertib," ujar Sang pembawa upacara dari kelas 8, si Gemilang.

Akhirnya yang ditunggu. Tetapi, naasnya hujan pun turun dengan bebas membuat seisi lapangan berhamburan masuk dan berteduh di dalam koridor.

Byurrrr




•••••
Jangan lupa kasih notif:)
Komen dan vote ya❤


VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang