Bab 45: Hati Tia.

355 18 21
                                    

Velan dan Stella mulai bergegas untuk menuju bandara internasionla singapura. Saat itu, Stella sudah pulih dari kegugurannya dan ikhlas.

Namun, masih ada gejolak rasa yang ia simpan dan peradaan yang ragu. Ancaman sang mama mertua masih terngiang di pikiran Stella sampai Stella melamun.

"Yang, kamu kenapa heum?" tanya Velan sambil memegang pundak Stella, Stella mulai menoleh.

"Gak apa-apa ko."

Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah sang Mama Stella yang sudah lama tak ia kunjungi, bahkan sudah hampir 3 tahun Stella meninggalkan rumah penuh kenangan.

Mereka sudah berada di Pesawat yang melambung tinggi di udara.

Velan masih sibuk dengan gawainya, ia masih merespon pekerjaannya di singapura untuk mengecek data-data kantornya bersama wanita ular itu.

Stella mulai menoleh ke luar jendela pesawat, pemandangan dari atas sangatlah indah dan memukau pandann Stella.

"Sibuk dengan dirinya sendiri," gumam Stella sambil mengkode Velan yang sibuk dengan leptopnya.

Kali ini mood Stella tak mengenakan, sedari tadi di kodein gimana pun Velan tetap sibuk dengan Leptopnya.

"Kalau loncat dari ketinggian gini, seru kali ya," ujar Stella. Velan langsung menoleh dan menutup leptopnya meninggalkan pekerjaannya.

"Gak usah ngomong gitu, aku gak suka," ucap Velan yang sudah menatap Stella dengan lekat, sedangkan Stella hanya bisa tersenyum.

"Sibuk aja sama kerjaannya, gak apa-apa ko," ucap Stella kembali lagi, membuat Velan memegang kedua pipi Stella sangat dekat.

"Dengerin aku, Aku kerja buat keluarga kecil kita. Kamu cemburu kan? bener kan? maafin aku ya, ia ini udah gak sibuk ko," jelas Velan yang mulai mengecup kening Stella sangat lama.

Sedangkan Stella memacu kecepatan jantungnya, sangat berdebar dan deg degan.

Berjam berlalu, mereka sudah tiba di tanah air bandara samsudin noor, Banjarmasin.

"Astagfirullah udah sampai," ujar Velan yang terkejut, Velan yang melihat wajah lesuh dan ayu Stella pun tak tega membangunkannya. Namun, Stella terbangun dari mimpi indahnya.

"Udah sampai? kita di jemput siapa?" tanya Stella yang sudah beranjak dari kursinya.

"Bang Huda, sama ka Aisyah. Kita bakalan ke rumah Mama kamu," ucap Velan sambil tersenyum, dan Stella juga tersenyum manis.

Akhirnya mereka sudah berada di pintu utama yang di sambut hangat oleh kakak-kakak Stella.

"Kaaaa Aisyahh!" seru Stella yang langsung memeluk Aisyah dengan gembira, sedangkan Velan berjaba tangan ala mereka dengan Huda.

"Apa kabar kamu? kakak udah tau ko," ujar Aisyah yang membuat Stella terkejut, "siapa yang bilang?" tanya Stella.

"Suami kamu, biar kita gak khawatir sama kamu. Mama udah tau ko, cuman awalnya aja gak enak, tapi mama bisa ikhlasin. Karna udah ada Hinayah sama Adam anak kakak," ucap Aisyah, yang kebetulan anaknya gak di bolehin ikut bersama.

"Sayang, ayo udah ih malah rindu-rinduan disini. Kesian mama sama papah lo," tegur Velan kepada Stella yang mulai merangkul pinggang Velan dengan mesra.

"Syukron ya Zauji, udah ngertiin perasaan mama dan aku," ucap Stella sambil bermanja dengan pinggang Velan.

"Udah gede ngapain ih, malu sayang," ujar Velan, ternyata bisa malu juga ya.

"Iya Afwan sayang, nanti aja di rumah bermanjanya ya," goda Velan lagi sambil menyolek pipi Stella yang masih tertutup dengan niqob.

Tak tunggu lama, mereka sudah sampai dirumah besar berwarn putih yang dari dulu gak pernah berubah.

Tia dan Vernon sangat terkejut melihat keadaan sang putri tercinta.

"Masya allah Tabarakallah, Ummiiiiii! Stella rindu, hiks hiks!" ujar Stella yang sudah berlari sambil menitikan air matanya membasah di pipi sambil memeluk tubuh sang perempuan pahlawannya.

"Assalamualaikum, Ummi rindu juga. Tumben manggil Ummi nih," ujar Tia bercanda, "Eh lupa, Assalamualaikum, Ummi, Abi Stella yang tampan," ujar Stella yang mulai mencium tangan Tia dan Vernon.

"Waalaikumsalam sayang anak Abi cantik," sahut Vernon sambil mengecup puncak kepala Stella.

"Assalamualaikum, Ummi, Abi," ucap Velan yang mulai mencium tangan Tia dan Vernon bergantian, Tiba-tiba ada dua bocah berlarian menghampiri sang orang tuanya.

"Abiiii! Ummahhh!" seru Haniyah, gadis kecil dengan gamis dan berbalu khimar yang sangat cocok dengan dirinya.

"Eh-Eh, Kenapa Hani? ABANG!" peringat Aisyah kepada anak tertuanya Adam.

"Abang ngapain adik?" tanya Huda kepada anak lelakinya yang sangat mirip dengannya, Adam mulai menunduk.

"Adam cuman mau mainin keretaan punya Haniyah, Abi," lapor Adam yang sangat lucu sampai membuat Stella dan Velan terpanah.

"Assalamualaikum, cantik. Kita gak pernah ketemu ya? Ini aunty, sama Om," ucap Stella yang sudah mendekat kepada Haniyah yang seketika terkejut dan bersembunyi di balik kaki Aisyah.

"Haniyah, Ini aunty Stella dan Om Velan. Yang Ummah ceritakan kemaren malam, kan Ummah punya kembaran enggak sih. Punya adek cantik mirip sama kaya Haniyah," jelas Aisyah yang sudah bertunduk memperjelaskan siapa Stella dan Vela kepada anak gadisnya.

"Waalaikumsalam, Aunty, Om," salam Adam yang mulai mencium tangan Stella dan Adam.

"Aunty, boleh meluk adam dan Haniyah?" tanya Stella kepada dua bocah yang mulai terdiam. Mereka mengangguk, Adam yang langsung memeluk Stella, sedangkan Haniyah malu-malu.

"Heummm- gantengnya Keponakan aunty yang saleh, Haniyah kenapa malu?" tanya Stella sambil memangku Adam. Masih inget kejadian Stella? Masih kan, wajarin aja ya.

Tiba-tibanya ada seorang bocah seusia anak Smp sedang memanggil Tia.

"Ummi! ada siapa?" tanya Lion, Stella terkejut adik yang dinanti-nantinya.

Velan mendekat, "Khanza Barlion Reyes, hai bro!" sapa Velan.

Lion Terpaku, inikah kakak perempuannya dan kakak ipar yang sering di ceritakan umminya.

"Adek, ini kakak kamu, Ka Stella," ujar Stella sambil menatap lion yang entah kenapa masih diam di tempat. Sekian lama dia gak bisa bertemu dengan sang kakak.

"Masya allah kaaa, Hueeekkk!" Lion menangis, ko cowok nangis.

"Eheh, ko nangis gini? rindu kakak?" tanya Stella sambil memeluk tubuh sang adik.

"Hiks! kan kita gak pernah bertemu, Kakak lama banget sih di Singapuranya. Ajak Lion ke, atau entar deh beasiswa mau naik SMA aja di singapura ya," ujar Lion senang, Stella dan Velan mulai mengangguk.

"Boleh banget, kalau Ummi sama Abi ngizinin," ujar Stella sambil tersenyum.

Hadiah yang sangat di tunggu Tia, kedatanga anak perempuannya yang semakin beranjak dewasa.

"Yang, kenapa?" tanya Vernon yang mulai merangkul pinggang Tia.

"Gak apa-apa, kebahagiaan ku cukup mereka aja Mas," ujar Tia yang mulai menangis, Vernon tersenyum dan mulai mengecup mesra kening sang istri.










Bahagia terusya walau alurnya agak aneh.

Hayok di serbu

bahagia nih!
kasih komen dan vote.

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang