felix mencium pipi jisung, "iya hannie, hati-hati dijalan ya!"
jisung mengangguk dan melajukan mobilnya meninggalkan apartemen changbin.
felix berjalan masuk ke apartemen dan memasukkan digit pin untuk membuka pintu apartemen.
cklek!
dilihatnya suasana apartemen yang sunyi, tidak ada tanda keberadaan changbin. dia langsung berjalan menuju kamar changbin untuk memeriksa keberadaan pria pecinta gelap itu.
terdengar suara shower dan gemercik air, menandakan seseorang sedang mandi.
felix mengetuk pintu toilet changbin, "kak changbin?"
suara shower berhenti, tidak ada sahutan dari dalam. felix mengetuk pintu itu lagi.
"kak changbin? lagi mandi kah?" tanya felix.
"sebentar sayang, aku lagi pakai baju." sahut changbin.
felix mengerti dan langsung mendudukan dirinya dipinggir kasur king size milik changbin.
cklek!
"maaf sayang, jadi buat kamu nunggu lama." changbin ikut mendudukan dirinya di samping felix.
"gapapa kak. oh iya, kakak mau ngomong apa?"
"hmm-tapi tolong jawab dengan jujur ya?"
felix mengangguk, "aku usahain kak."
"jadi, tadi aku liat kamu di mall. errr-sama orang, itu siapa?"
felix terbelalak kaget, dia pikir changbin tidak melihatnya.
"h-hah? masa? aku daritadi di kampus kok, ngerjain tugas bareng jisung." felix berusaha menghindari tatapan changbin yang sedang menatapnya intens.
"akhir-akhir ini, kenapa kamu jadi deket banget sama jisung?" tatapan changbin semakin mengintimidasi felix.
"emangnya kenapa kalo aku deket? aku gak boleh punya temen gitu?"
"bukan gitu maksudku, kenapa kamu jadi deket-deket sama jisung terus? kamu suka sama dia?"
felix menarik nafasnya, "emang kalo deket, udah pasti suka? gak masuk akal banget pikiran kamu kak."
changbin mencengkram lengan felix, "tapi aku gak suka! udah berapa kali aku bilang ke kamu? kamu gak boleh deket-deket sama orang lain! kamu tau kan orang-orang bisa ngambil kesempatan dalam kesempitan?!"
