BAB 21

13.7K 1.1K 62
                                    

================================================================================


Audina memperhatikan sebuah jam tangan yang ia kenakan sekarang. Sejak pertama kali memakai ini banyak yang memuji jam ini karena keindahannya.

Dan juga harganya. Padahal Audina tidak memberitahu mereka perihal harga tapi hanya melihat dari merk, mereka sudah langsung tahu kisarannya.

Jam dengan merk Cartier itu pemberian dari Dafyno di hari ulang tahunnya. Ia jadi sampai berpikir, kelak jika cowok itu ulang tahun ia harus memberi apa? Barang semahal ini bagaimana ia mendapatkannya? Entahlah. Ia tidak tahu mengapa merasa harus membalas ini pada Dafyno nantinya meskipun cowok itu tidak akan meminta.

"Beruntung banget pasti yang jadi pacarnya Kak Dafyno."

"Gila dikasih Cartier! Siapa yang nggak iri anjir?"

"Duitnya berapa ya?"

"Effortnya nggak main-main, ya."

Bisikan-bisikan itu sempat Audina dengar. Dan beberapa Lisa yang menceritakan padanya.

"Audina!" Lisa datang dengan membawa sebuah kertas di tangan. "Udah hapal belum kisi-kisi yang dikasih Pak Redo?"

"Tentang pasal?" tanya Audina. Lisa mengangguk.

Hari ini adalah hari ujian pertama semester 1. Ia tak suka hari-hari dimana ujian berlangsung karena merasa menjadi suram. Entahlah, mengapa suasananya berbeda dengan hari-hari biasa.

"Belum semua."

"Ah elo bilang belum ntar malah dapet nilai gede."

Audina mencebik. "Gue bilang belum semua, bukan nggak hapal!" Audina jadi mengomel. Lisa langsung menyengir.

"Hehe. Kalo gitu jangan lupa kasih tau gue, ya." Lisa mengedipkan matanya. "Ya ya ya?"

"Liat pengawas dulu." Audina lanjut menghafal. Namun konsentrasinya terganggu dengan suara berisik yang masuk ke kelas. Audina berdecak ketika melihat segerombolan adik kelasnya yang tertawa dengan kencang. Berdiri di dekat pintu.

Memang peraturan di sekolahnya, setiap diadakan ujian semester maupun pertengahan semester, isi kelas akan digabung dengan adik kelas, atau bisa menjadi kelas beda jurusan yang ditempatkan menjadi satu kelas. Jadi tak bisa berinteraksi pada teman sebangku.

Padahal menurut Audina itu tidak ada gunanya untuk mencegah siswa menyontek. Malah adik kelas dan kakak kelas akan bekerja sama untuk saling diam.

Audina memperhatikan mereka yang mulai berbisik-bisik. Ia sampai menyipitkan mata karena merasa ada nama yang disebut di antara mulut mereka. Lalu ia mengikuti kemana arah pandang mereka saat ini.

Ke bangku dengan absen nomor 10. Dimana Dafyno berada. Audina langsung bersungut kesal.

"Kenapa, Na?" tanya Audina heran. "Ke kelas sebelah, yuk. Berisik banget di sini," ucap Lisa agar mereka bisa menyusul teman-teman mereka yang kebanyakan ada di kelas sebelah. Ya, mereka terbagi menjadi dua ruangan.

"Lo aja."

"Oke." Lisa tak bisa fokus di sini. Ia memilih untuk ke kelas sebelah karena di kelas ini lebih banyak adik kelas yang sedang berkumpul.

Audina memperhatikan Dafyno. Ia bahkan terang-terangan menghadap ke belakang karena mereka hanya terhalang satu susun meja. Dafyno tumben sekali terlihat sibuk belajar sekarang.

Belajar saat ulangan saja.

Atau ingin mencari perhatian adik kelas saja? Audina tidak tahu harus percaya pada argumen yang mana karena ia rasa, dua-duanya bisa benar.

The Boy Came From The Dark (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang