BAB 29

9.2K 777 32
                                    

================================================================================

Suara pintu yang akan dibuka membuat Dafyno membuka matanya. Ia diam sejenak untuk mendengar suara itu sebelum memutuskan untuk melangkah mendekati pintu.

Dafyna meletakkan sepiring nasi lengkap dengan lauk dan pauk di lantai. Ia juga memberi air mineral, lalu menutup pintu lagi.

Dafyno berhenti melangkah. Ia diam di tempat. Tampaknya Dafyna marah padanya. Tapi ia pastikan gadis itu belum pergi juga karena belum terdengar suara langkah menjauh ataupun suara pintu yang akan dirantai lagi dengan gembok.

"Rani."

"Dimakan," ucap Dafyna dari luar. "Kata Mama habisin."

Dafyno mengambil piring itu dan mengangkatnya.

"Gue boleh minta tolong?" tanya Dafyno. Lama Dafyna menjawab pertanyaannya.

"Nggak."

Lalu Dafyna memilih untuk kembali mengunci pintu dengan rantai. Sebelum ketahuan oleh papanya.

Dafyno duduk di lantai yang berdebu itu. Seragamnya bahkan masih ia pakai, tapi sekarang sudah sangat kotor karena darah dan juga debu. Akibat ulahnya di sekolah tadi.

Bunyi decitan tikus terdengar. Dafyno langsung menjauhkan piringnya dan hanya mengambil air mineral. Tak lama kemudian beberapa tikus datang mengerubungi piringnya. Ia tak masalah jika tak makan asalkan ada air. Lagi pula bagaimana bisa makan di sini dengan dikelilingi binatang-binatang yang suka bau seperti tikus-tikus itu?

Apa mungkin ia bisa mati dengan digigit tikus di sini?

Suara rantai yang akan dibuka mengalihkan perhatian Dafyno dari tikus-tikus itu. Ia masih duduk di dekat pintu, hanya menoleh tanpa memberikan ekspresi apapun. Memangnya ia berharap apa jika Damian yang membuka pintu itu?

Damian mendapati anaknya duduk di lantai sambil mendongak ke arahnya. Di pangkuan anak itu ada sebotol air mineral yang tak ia tahu dapat dari mana.

"Keluar," ucapnya. Dafyno menurut, ia berdiri dan mengikuti papanya.

"Jangan diulang lagi. Papa nggak pernah main-main soal hukuman," ujar Damian dengan nada datar. Ia menutup kembali pintu gudang. "Ngerti?"

"Ya." Hanya mengiyakan. Dafyno juga tak pernah berencana akan berulah. Ia melakukannya sendiri tanpa tahu kapan waktunya.

Di teras belakang, ada tiga perempuan mengintip diam-diam. Ketika Damian sudah masuk duluan, salah satu dari mereka keluar dan menghampiri Dafyno.

"Reza," ucap mamanya dengan nada khawatir. "Ya ampun anakku." Ia langsung memeluk anaknya. Sudah tiga hari mendekam di gudang itu dan ia hanya bisa memberi makanan dengan mengambil kunci gudang diam-diam. Itupun ia harus berhati-hati melakukannya.

"Sekarang kamu bersih-bersih, ya. Makanannya udah dihabisin? Mau tambah lagi?" tanya Annie cepat. Tapi anaknya itu hanya diam.

"Aku mau tidur." Lalu ia melenggang pergi tanpa memperdulikan mamanya.

Dan besoknya, Mama membawanya ke rumah sakit jiwa. Karena ia menghajar salah satu teman kelasnya sampai pingsan. Itulah mengapa ia diberi hukuman oleh papanya yaitu tidur di gudang tanpa boleh keluar selama 3 hari.

*****

Dafyno terbangun ketika mendengar suara berisik. Ia tak lagi tidur di gudang, melainkan di kamarnya sendiri. Tapi di rumah Damian. Mimpinya malam ini adalah kejadian yang sudah lampau. Dafyno jadi merasakan suasana suram kala itu, saat ia masih berusia 13 tahun.

The Boy Came From The Dark (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang