Bagian 8

746 137 7
                                    

Rubi sedang melatih dirinya di depan akuarium mini miliknya. Dia berlatih untuk presentasi besok. Dia akan melakukan presentasi di depan Arvin dan dia benar-benar harus mendapatkan proyek itu. Selain untuk tujuan pribadinya, proyek ini juga bisa membawa dia menjadi pegawai tetap dan bisa dipastikan masa depannya akan cerah. Dia tak lagi harus khawatir diberhentikan kapan saja, terlebih sebelum cicilan apartemennya lunas.

"Cing, doain mama ya! Semoga presentasi mama besok lancar," ujarnya pada si Kucing yang asyik berenang dan mengabaikannya.
"Kamu mah gitu, tiap diajak ngomong suka nggak ngerespons. Dasar anak durhaka, mana kutuk jadi ikan tahu rasa!"

"Sampai Oh Sehun nikahin gue, itu ikan juga nggak bakal ngerespons!" celetuk Mita yang sedari tadi hanya mengawasi kelakuan ajaib sahabatnya itu.

"Mita, lo itu mau nikahnya sama Yuta bukan Oh Sehun," ujar Rubi santai, "Dan namanya dia itu Kucing bukan ikan," lanjutnya yang membuat Mita ingin melempar sahabatnya itu dari jendela apartemen. 

"Bodo ah! Ngomong sama lo bikin tensi gue naik," ujar Mita yang di sambut tawa cekikikan dari Rubi. "Tapi ya Bi, lo yakin mau ngelakuin ini?"

"Dua ribu persen yakin!"

"Nggak takut patah hati?"

"Jujur gue takut, tapi rasa penasaran gue lebih besar Ta. Doain aja semoga gue tetep baik-baik aja."

"Ya udah kalau itu keputusan lo, tapi inget lo punya gue. Kalau dia macem-macem bilang ke gue, biar gue patahin anunya!"

"Anu-nya? Itu apa Ta, jangan ambigu deh!"

"Mikir apa sih lo, maksud gue itu lehernya. Emang kotor deh otak lo. Ketularan Yuta pasti!"

"Yang, kok jadi aku yang dibawa-bawa!" protes Yuta tidak terima.

"Emang kamu mesum."

"Mita sayang kalau aku nggak mesum, nanti kita nggak bisa punya baby yang lucu kaya di Instragram dong."

Rubi menguap bosan dengan obrolan sejoli itu. "Kalian lanjutkan obrolan dewasa kalian, anak kecil yang masih di bawah umur dan polos ini mau pergi bobo," ujar Rubi lalu meninggalkan mereka

"Eh lupa!" Tiba-tiba Rubi keluar dari kamarnya lagi dan dia menyaksikan adegan  dua puluh satu plus yang sedang dilakukan oleh Yuta dan Mita.

"Ada apa?" tanya Mita yang otomatis menarik diri dari Yuta.

"Kalau kalian pulang tutup pintunya kunci dari luar aja, kalian punya kunci cadangannya kan?"

"Iya iya."

"Ya udah silahkan lanjutkan, kalau mau di kamar, kamar tamu kosong kok. Tapi saran gue sih jangan, kan belom sah!" ujarnya lalu berlari ke kamarnya sambil cekikikan.

Sementara Mita hanya menatap Yuta tajam, wajahnya memerah antara malu dan kesal. Bagaimana bisa obrolan yang kata Rubi dewasa, bisa berujung adegan dewasa dan ketahuan oleh Rubi pula. 

***

Setelah kembali dari konsultasi dengan psikiater beberapa hari yang lalu, Arvin terus memikirkan apa benar dia menyugesti dirinya untuk alergi terhadap perempuan. Namun jika dipikirkan lagi, hal itu terlalu mustahil. Saat bersama Rubi dia bahkan beberapa kali berselingkuh dari Rubi, yang berarti rasa cintanya pada Rubi tidak sebesar itu hingga dia menyugesti dirinya setelah putus darinya.

"Permisi Pak!" Suara itu menyeret Arvin dari pemikirannya.

"Ada apa?"

"Orang dari perusahaan iklan datang untuk mempresentasikan konsep mereka pak!" jawab pria yang sudah lebih dari dua tahun menjadi sekretarisnya itu.

Missing Between UsWhere stories live. Discover now