Bagian 10

702 114 8
                                    

Satu minggu berlalu setelah dia memutuskan untuk meminta Arvin membantu dia mengingat kembali kenangan mereka. Terakhir kali Arvin bilang, jika dia sudah merasa siap dia bisa menghubungi Arvin, namun hingga hari ini Rubi masih ragu untuk memulainya. Terlebih kata-kata Arvin waktu itu dan air matanya yang tiba-tiba mengalir sungguh mengganggunya.

Arvin terlihat sangat terluka, padahal dari semua cerita yang dia dengan Arvin adalah laki-laki brengsek yang berulang kali berselingkuh darinya.

Dia penasaran, tapi tidak mungkin untuk menanyakan langsung pada Arvin karena dia yakin laki-laki tidak mungkin bicara dengan mudah. Jika dia bertanya pada Mita yang keluar pasti hanya umpatan, Rubi tahu seberapa besar sahabatnya itu membenci Arvin.

"Yuta!" Tiba-tiba teringat sosok calon suami sahabatnya itu.

Setahu dia Yuta ada di geng yang sama dengan Arvin dulu. Dia yakin Yuta pasti tahu, setidaknya dia bisa memberinya sedikit informasi.

Rubi mulai mengotak-atik ponselnya, dia berharap masih menyimpan kontak Yuta. Ya, Rubi punya kebiasaan menghapus nomor orang-orang yang jarang dihubunginya.

"Ketemu!" gumamnya.

Dia langsung menelpon Yuta.

"Yuta ini aku Rubi!" ujarnya begitu teleponnya tersambung.

"Ada apa?"

"Aku mau tanya tentang Arvin."

"Mita kan sudah mengatakan semuanya."

"Itu semua hanya apa yang Mita lihat, aku ingin tahu apa yang Mita tidak lihat. Kamu kan sahabatnya pasti tau."

"Tidak ada, Mita bisa marah jika aku membahas Arvin."

"Tolong aku, sekali ini aja. Aku yang akan menanggungnya jika Mita marah."

"Dasar keras kepala! Baiklah aku akan ceritakan sedikit. Jam makan siang nanti temui aku di caffe De Luna."

"Dasar tidak sopan! Tapi lebih baik begini, berarti dia tidak ingin berbicara dengan wanita lain lama-lama!" ujar Rubi.

Yuta langsung memutus panggilan telepon itu setelah mengatakan itu. Laki-laki itu terkadang memang sangat dingin, terutama pada wanita. Itulah membuat Rubi tenang melepas sahabatnya menikah dengan Yuta. Yuta adalah tipikel laki-laki yang hanya melihat satu wanita dan wanita beruntung itu adalah Mita.

***

Sesuai yang sudah Yuta janjikan, dia datang menemui Rubi pada jam makan siang. Yuta pikir dia akan berhenti terlibat urusan Rubi dan Arvin setelah mereka putus tujuh tahun yang lalu, tapi sepertinya dia salah. Kisah Arvin dan Rubi berlanjut ke musim kedua.

"Akhirnya kau datang!" kata Rubi antusias saat melihat Yuta datang.

"Langsung saja ke intinya apa yang ingin kau ketahui?" tanya Yuta langsung pada intinya.

"Kenapa Arvin bilang aku yang pergi begitu saja, padahal kami putus karena dia berselingkuh 'kan?"

"Ya kau memang pergi begitu saja setelah kalian putus. Menghilang tanpa jejak, membuat Arvin seperti orang gila untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi."

Rubi terdiam mendengar penuturan Yuta, ada sedikit rasa kecewa. Rupanya dia berharap terlalu banyak dari ucapan Arvin waktu itu.  Dia memang bodoh karena telah berpikir jika selama ini Arvin menderita.

"Kamu kecewa dengan ceritaku?"

Rubi menghela napas lalu menggeleng. "Tidak, memangnya apa yang aku harapkan?"

Missing Between UsWhere stories live. Discover now