KE TIGA - II

1.8K 212 228
                                    


Kevin melapaskan jas dan dasinya dengan tergesa-gesa. Sejak tadi dadanya terasa sesak.

Tanpa melepaskan kemejanya ia langsung masuk ke kamar mandi, menyalakan shower hingga membasahi seluruh tubuhnya.

Kembali Kevin menangis tergugu.

Jangan pikir selama lima tahun ini Kevin melupakan Jasminenya.

Dalam lima tahun ini juga begitu berat baginya, kebodohan yang ia buat lima tahun lalu menjadi penyiksaan dirinya selama ini.

Ia tahu semua yang dilakukannya begitu jahat dan ia sukses membuat dirinya sebagai bajingan.

Tidak hanya melukai satu wanita, tapi ia juga melukai wanita lain.

Lima tahun lalu dengan bodohnya ia mengajak Michelle hidup bersama, meskipun ia tahu keduanya tidak saling jatuh cinta.

Tapi bagi Michelle ia kembali teringat dengan janjinya untuk menjadi teman yang baik bagi pria itu. Maka ketika Kevin memintanya untuk jadi istrinya, ia setuju.

Keduanya pergi ke Manado dan menikah disana.

Satu tahun begitu berat bagi Kevin, setiap harinya ia mengatakan pada istrinya kalau dia merindukan Jasmine.

Michelle hanya bisa memeluknya dan memenangkan pria itu yang menangis di pundaknya.

Bagi Kevin dia hanya ingin jujur dengan perasannya, maka meskipun itu begitu jahat ia akan mengatakan apapun pada istrinya itu.

"Michelle aku kangen Jasmine"

"Gak apa-apa Sen" ujarnya sambil mengelus pundaknya.

"Tolong marahin aku...jangan bilang begitu, aku semakin bersalah" kembali Kevin akan menangis dipelukannya.

Tapi ada secercah kebahagiaan yang akan muncul di hari-hari berikutnya ketika Michelle mengatakan dirinya sedang mengandung. Setidaknya akan ada pelipur lara untuknya.

"Sen aku hamil"

Kala itu untuk pertama kalinya Kevin tersenyum haru sampai matanya berkaca-kaca. Ada debaran yang tidak bisa ia ungkapkan ketika mengetahui akan ada darahnya yang mengalir dalam nyawa lain.

Meskipun begitu Kevin masih menyakiti istrinya dengan kata yang selalu ia ucapkan. Kevin berhenti mengatakan kerinduan pada wanita lain ketika anaknya lahir, ia tidak ingin terus menyakiti semuanya. Maka dari itu diam-diam Kevin hanya menjerit dalam hatinya, tidak pernah lagi ia ungkapkan pada istrinya.

Pernah suatu hari Michelle tertawa karena anaknya itu. "Ih Sen ini mah harusnya anak Jasmine...liat, pipinya gembil trus semua kesukaannya sama kaya dia."

Saking seringnya Kevin menceritakan tentang Jasmine, Michelle seolah mengenalnya, maka ketika anaknya itu bertingkah ia langsung teringat Jasmine.

Hari itu Kevin jelas kaget dengan ucapan istrinya. Benar juga Kevin baru menyadari bahwa anaknya itu malah mirip dengan Jasmine.

Bagaimana bisa anaknya itu tidak menyukai timun, dan begitu mencintai warna orange dan kuning, persis seperti Jasmine.

Meskipun tidak saling mencintai tapi Kevin tahu keduanya saling menyayangi dan dilubuk hatinya, Michelle akan punya tempat tersendiri meskipun tidak sedalam Jasmine. Michelle akan tetap menjadi teman baiknya dan salah satuborang yang berpengaruh dihidupnya karena membawa sebuah harapan di masa depan.

Selama pernikahannya mereka tidak pernah bertengkar apalagi ada putri kecil yang harus mereka jaga dan sayangi sepenuh hati.

Tapi lagi-lagi Tuhan seperti menghukumnya tanpa henti, tujuh bulan lalu satu orang yang berpengaruh di hidupnya kembali direbut.

KENA ✔️Where stories live. Discover now