04

2.1K 294 39
                                    

I'm not gay but I'm Chenle-sexual.

Jika bukan Chenle, aku tidak akan mencintainya.

Untuknya, aku selalu menyediakan diri. Akan merengkuhnya sedemikian erat untuk menyalurkan semua perasaan yg aku punya. Chenle, tetaplah menetap di hatiku. Sebab hidup akan jauh lebih baik jika aku menujumu.

Chenle adalah kehilangan yang selalu ingin aku temukan. Dia adalah potongan puzzle yang aku pegang. Chenle tetaplah puisi-puisi yang ingin aku tulis. Dia adalah sajak terindah yang aku punya.

Aku ingin menetap ke dalam dirinya. Menetap dan tidak ingin kemana-mana lagi. Chenle sudah menjatuhkanku pada hati terdalamnya. Chenle membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Chenle adalah gambaran dari segala musim. Ia teduh dan menenangkan. Chenle adalah obor di musim salju. Meski selalu d isini tapi aku tetap rindu Chenle. Sedetik saja aku sungguh tidak bisa jauh darinya.

"Jisungie, apapun yang terjadi, kita tidak boleh berpisah ya?" Chenle menatapku sayu.

"Jisungie, nanti kalau Jeno hyung, Jaemin hyung, Renjun hyung dan Haechan si ikan buntal itu graduate, kita pasti kesepian"

"Jisungie, aku tidak sabar dipanggil hyung"

"Jisungie, apa aku akan dilempar ke luar Korea? Maksudku anu, apa aku akan dibuatkan unit baru? Aku kan member asing"

"Jisungie!! Kau dengar aku tidak sih?!"

"Lebih baik aku pergi. Jisungie menyebalkan!"

"Hyung"

"Apalagi hah?"

"Ada yg tertinggal"

"Apa?"

"Jejak kakimu hahahhaa"

"Park jisongggggg paboya!!!!!!!!!!!!!"

Percakapan sederhana seperti ini menjadi istimewa karena Chenle yang mengatakannya.

"Jisungie" teriaknya

"Nde hyung. Apalagi?" Keluhku seraya mengusap peluh di pelipis ku.

"Pegang ini" Chenle menyerahkan dua kantung belanjaannya padaku.

"Kau ingin menyiksaku? Lihat ini" aku mengatungkan dua tanganku yang penuh belanjaannya.

"Payah" ejeknya sambil berlalu.

Aku dan Chenle saling mengejek sampai pemilik toko datang untuk melerai kami.

"Sudah sebesar ini apa tidak malu bertengkar di depan umum?" Tanya Chenle. Aku terkekeh. Padahal dia duluan yang berteriak dengan lengkingan lumba-lumbanya hingga kami jadi pusat perhatian pengunjung yang lain.

"Itu karena kau menyebalkan" katanya lagi. Sesaat kemudian ia tertawa menyadari kebodohannya.

Ada saat dimana aku merasa seperti tokoh bawang putih di mana aku selalu disiksa oleh bawang merah, siapa lagi jika bukan Chenle. Tapi di balik itu semua, Chenle dan aku masih saling mengasihi. Pertengkaran kecil seperti inilah yang membuat aku dan Chenle tidak terpisah. Meskipun menyebalkan, dia tetaplah Chenle-ku. Aku senang karena Chenle tidak merubah sifat aslinya.

Sebentar, aku ingin minum dulu.









Sudah









Aku hampir lupa menyapa kalian karena sibuk membahas Chenle. Sijeuni, apa kabar? Aku baik-baik saja karena Chenle menjagaku dengan baik. Semoga kalian juga baik-baik saja. Jangan lupakan waktu makan kalian ya! Aku tidak ingin seseorang mengeluh karena sakit.

Sebenarnya aku tidak ingin dewasa secepat ini. Rasanya baru kemarin aku menggoda Chenle dan sekarang sudah sejauh ini hubungan kami.

Berhenti sebentar, aku lelah.

Sijeuni, apa yg kalian lakukan sekarang? Apa kalian merindukanku? The Dream Show akan menyambangi Indonesia lagi, kalian datang kan? Jika tidak bisa, tolong jangan congkel ginjal atau usus kalian demi bertemu kami. Tidak apa Sijeuni, suatu saat nanti kalian pasti akan melihat kami. Kalian akan melihat Park Jisung yang mencintai Chenle.

Sudah cukup, mari bahas yang lain.

Apa yang ingin kalian tanyakan? Ini diaryku, kalian bebas bertanya padaku. Asal jangan tanya berapa ukuran celana dalam Jeno hyung, aku tidak tau!



















Sudah larut. Chenle sudah tidur di sampingku. Sepertinya aku harus menyusul Chenle ke alam mimpi.

Sijeuni, selamat malam. Mimpi indah nde.









 Mimpi indah nde

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Suara dari Jisung (Chenji)Where stories live. Discover now