VI

1.6K 166 0
                                    

"Singkirkan tangan lo atau gue potong jadi perkedel daging." Ken mendengus mendengar ancaman Gea. Tapi tetap menuruti Gea dengan menyingkirkan tanganya yang mulai tenggelam di balik kaos kedodoran yang Gea kenakan.

Salahkan suasana mendung pagi ini. Ken memang sudah bangun sejak tadi. Ia sengaja mengeratkan pelukanya pada tubuh Gea. Tanpa sengaja tanganya bersentuhan dengan kulit perut Gea yang terbuka akibat kaos Gea yang tersingkap.

Tidak ada kelanjutan dari ciuman semalam. Gea menghentikanya dengan cara yang paling menyebalkan. "Lo nggak sensitif sama ludah gue?" kalimat itu sukses menyurutkan keinginan Ken pada hal-hal yang di inginkan.

"Salah sendiri pake baju nggak bener." Ken kembali menyurukan wajahnya pada ceruk leher Gea.

"Kenan, lo harus mandi sekarang atau lo akan terlambat ke kantor." ucap Gea yang masih memegang tangan Ken agar tak berjelajah kemana-mana.

"Duh Kamu ini, kaya istri yang sedang membujuk suami buat kerja deh Ge."

"Garing Ken, garing parah." ledek Gea dengan teriakan yang sukses membuat telinga berdengung.

"Hari ini izin yuk. Kita jalan-jalan berdua." ajak Ken spontan.

Gea langsung berbalik dan menatap wajah bangun tidur Ken yang sialanya tetap tampan. "Gue nggak bisa seenaknya izin Ken. Gue butuh uang gaji itu untuk hidup."

"Oke kalo gitu biar Aku yang izin sama mommy."

Gea tersenyum miring mendengar kalimat Ken. "Lo tahu." Gea sengaja mengambil jeda untuk memastikan Ken mendengarnya dengan baik. "Lo terlalu banyak mendapatkan kemudahan dalam hidup, Ken. Nggak seharusnya Lo tetap bersikap sesuka lo atas kemudahan yang sudah lo terima."

Ken mengutuk ucapanya. Gea pasti memasukan ini ke daftar minusnya.

©©©

Kejam.

Itu adalah gambaran apa yang Gea lakukan pada Ken.

"Dengar." tanganya menyerahkan roti dengan nuttela padaku. "Setelah ini, bersikaplah seperti Kenan yang tak kenal dengan Gea. Jangan sampai ada orang tahu bahwa gue kenal sama lo jauh sebelum ini."

"Kenapa harus gitu sih, Ge?" protes Ken sambil mengunyah roti miliknya.

"Karena gue nggak mau ada satu rencana dalam hidup gue lagi-lagi gagal, Ken." Gea menuang air putih. "Gue nggak suka ada hal yang seharusnya nggak ada dalam rencana datang ditengah rencana yang udah gue susun. Jadi tolong mengertilah."

Ken mendesah pelan. Ia menyodorkan ponselnya. "Setidaknya biarkan Aku tetap berteman denganmu. Aku nggak masalah kalau berteman denganmu harus dengan cara backstreet entah dari siapa."

"Aku akan menamai kontakmu dengan nama samaran kalo Kamu tetap takut 'kencan' Kita ketahuan. Atau Kamu bebas menamainya sesukamu."

Gea terkekeh mendengar kalimat Ken. Ah, Kenan-nya. Meski sudah bertransformasi menjadi pria dewasa, tetap saja memiliki sisi imut dan lugu yang sangat disukainya.

Gea meraih ponsel Ken. Mengetikan nomor telpon miliknya sebelum kembali menyerahkan ponsel pada pemiliknya.

Ken menaikan sebelah alisnya saat melihat nama kontak Gea. Sebuah senyum terbit diwajah tampanya.

"Kamu boleh menagihnya kapanpun jika Kamu mau."

Gea tersenyum mendengar janji Ken. Janji yang sama sejak 15 tahun yang lalu. Saat ini yang dilakukan Gea adalah sebuah kenekatan.

Hi, You! Again? (TAMAT) Where stories live. Discover now