Fine, Thank You - If

1.2K 116 57
                                    

5 Years ago..

Yuri berjalan guntai sepeninggalannya dari pertemuan dengan Eomma Sehun di cafe.

"Seohyun?", gumamnya pelan sedikit linglung.

Tanpa sadar, ia sudah sampai di depan sebuah rumah mewah dengan taman indah di depannya. Ia menatap nanar rumah besar itu.

"Eomma..", Panggil Yuri melihat eommanya berjalan dari rumah itu.

"Kau sudah selesai bekerja? Di jam segini?", Tanya Yuri menghampiri eommanya namun tak ada jawaban yang bisa didapatkannya.

"Ada apa eomma?"

"Eoh? itu..", Eomma Yuri terlihat ragu untuk mengatakannya, ia pun menatap Yuri yang terlihat sedikit berantakan lalu menghela nafasnya.

"Mulai besok aku tidak bekerja disini lagi.", Ucapnya pasrah.

"Apa?! Kenapa?", Yuri sangat terkejut mendengar penuturan eommanya.

"Sepertinya mereka sudah menemukan pengurus rumah yang jauh lebih baik dariku.", balas eomma Yuri dengan senyum tulusnya.

"Yuri-ya.", panggil seorang wanita yang sebaya dengan eommanya dari ambang pintu.

"Ada yang perlu aku bicarakan denganmu. Bisa luangkan waktumu untukku?", Tanya wanita itu lembut.

Yuri mengangguk dan berjalan mengekor di belakang wanita itu dan duduk di depannya saat mereka berada di ruang tengah.

"Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku ingin putriku bahagia. Aku tahu hubungan dengan Sehun. Seohyun belum mengetahuinya."

Yuri menghela nafasnya lalu menggigit bibirnya pelan dan memberanikan diri menatap wanita itu lagi setelahnya.

"Ahjumma, aku akan memberikan Sehun untuk Seohyun tapi tidak bisakah kau mengembalikan pekerjaan eomma?", Pinta Yuri putus asa, matanya memerah dan air mata sudah menggenang disana.

"Maafkan aku Yuri-ya.."

"Ini semua perintah eomma Sehun ya?", Tanya Yuri lagi tapi eomma Seohyun sama sekali tidak menjawab, ia malah menundukan kepalanya tidak berani menatap Yuri.

"Pergilah dan bisakah kau tidak pernah muncul lagi di kehidupan Sehun agar ia bisa melupakanmu dan bisa menerima Seohyun?"

Bagaikan tersayat pisau tajam, hatinya terasa sangat perih mendengar permintaan itu dan membayangkan masa depan yang menantinya saat ini tanpa pemuda yang dicintainya. Dengan sangat terpaksa Yuri menganggukan kepalanya lalu berdiri meninggalkan eomma Seohyun.

"Pada akhirnya, aku tetaplah gadis miskin yang tak punya kuasa bahkan hanya untuk memperjuangkan cintaku dan orang-orang yang aku sayangi."

Bulir-bulir air mata itu turun menganak sungai di pipinya, sesekali ia menghapusnya paksa namun itu sia-sia karena ia terus menerus menangis tanpa bisa mengendalikan rasa sakit yang ia rasakan. Bagaimana cara menghilangkan rasa sakit itu disaat ia sama sekali tidak tahu menghadapi semua cobaan dalam hidupnya?

~

Eomma Yuri berlari keluar dari rumahnya dengan sepucuk surat di tangannya, sepucuk surat peninggalan terakhir Yuri yang berisikan ucapan maaf karena harus pergi karena tak pernah ada yang berjalan baik untuk orang disekitarnya hingga cap pembawa sial yang selalu mengikatnya dimanapun ia berada dan ucapan terima kasih karena sudah menghadirkannya di dunia ini.

"YURI-YA!", teriak eomma Yuri pada Yuri yang untungnya gadis itu belum sempat berjalan jauh.

Yuri sama sekali tidak menghiraukan panggilan eommanya itu, pikirannya kosong, semuanya hampa bahkan hatinya. Saat sampai di ujung jalan terdengar suara dentuman yang sangat keras disertai suara retakan kaca yang terdengar mengerikan.

Fine, Thank You (Completed)Where stories live. Discover now