Love In Hospital - 1

20.9K 818 33
                                    

Selamat malam semua, aku kembali dengan cerita baru.

Ini ceritanya si Bagas, teman sableng nya Vena. Inginnya aku update setelah cerita Sekeping Hati selesai tapi kok ya gak tahan 😄😄

Semoga pada suka,.... 🙂🙂

Jangan lupa follow sebelum baca dan tinggalkan jejak setelah baca 😉🙏🙏

Selamat Membaca

🥀🥀🥀

Mapan dan tampan adalah dua kata pasti untuk menggambarkan diriku. Bukan aku sok pede bukan, tapi itu memang fakta. Di usiaku yang tahun ini menginjak angka 28 tahun aku sudah hampir memiliki semuanya. Rumah, mobil, pekerjaan yang tetap sebagai dokter dan penghasilan yang besar cukup besar. Apa lagi yang kurang coba?

Tiba -tiba HP ku berbunyi nyaring, nama Bunda terpampang jelas disana. Aku memarkirkan mobilku dulu baru mengangkat telfon wanita tercinta ku itu.

"Ada apa bun?"

"Waalaikum salam Gas,"aku terkekeh pelan mendengar teguran bunda.

"Assalamu'alaikum bun, maaf lupa"

"Kamu itu kebiasaan banget sih Gas"

"Maaf bun, bunda ada apa telfon pagi?"

"Bunda mau bilang minggu depan ada acara kumpul keluarga dirumah, kamu harus datang pokoknya"aku menghela nafas panjang. Kalau bunda sudah bilang ada acara keluarga pasti akan ada bencana buatku.

"Dan yang penting kamu harus bawa calon istri gas, kamu itu udah umur masak belum punya pacar sih. Teman-teman seangkatan kamu itu aja anaknya udah pada dua, saudara kamu yang umurnya lebih muda pada udah nikah. La kamu gandengan aja nggak punya boro-boro istri sama anak. Kok kalah sama truk yang suka lewat depan rumah." Sadis banget sih bun kalau ngomong. Benar kan aku bilang, kalau kanjeng mami telfon bilang ada pertemuan keluarga ujung-ujungnya bencana buatku. Omelan nya gara -gara calon istri akan lebih panjang dari pada gerbong kereta api. Sabar Gas, pagi-pagi sudah dapat tausiah dari kanjeng mami.

"Bun cari calon istri itu nggak gampang lo, kita mesti selektif" bela ku.

"Yo kamu kui yang terlalu pemilih, kamu ki pekerjaan mapan wajah lumayan tampan tapi kok yo tetap susah cari pasangan. Kamu masih normal kan le?"aku melotot mendengar kata-kata bunda. Ya Tuhan bunda anakmu ini pecinta lubang garis keras. Bunda aja yang gak tahu kalau anak semata wayangnya ini bukan hanya pintar teori tapi juga jago praktek.

"Ya nggak lah bun, bunda pikir aku belok terus suka batangan gitu?" sewot ku.

"Ya siapa tahu aja kan, soalnya bunda nggak pernah liat kamu dekat sama cewek. Dulu kamu dekat sama Vena, bunda kira kamu bakalan nikah sama dia, eh dia malah nikah sama orang lain" aku menghela nafas panjang. Vena memang dekat dengan keluarga ku, mereka menganggap Vena adalah pacarku. Tapi aku dan Vena murni sahabatan tanpa embel-embel cinta karena aku tahu dari dulu hati Vena sudah ada yang punya. Jadi aku nggak mau repot-repot jatuh cinta sama Vena kalau ujungnya patah hati. Lagi pula aku nggak tahu cinta itu seperti apa. Hubungan yang aku jalani selama ini hanya ketertarikan fisik semata yang sama-sama menguntungkan satu sama lain.

"Heh kamu masih dengerin bunda ngomong apa nggak to?"aku kaget ketika bunda berteriak dari seberang.

"Iya bun ini Bagas dengerin kok, bunda nggak usah teriak-teriak nanti tensi nya naik"

"Dasar anak sableng, kamu do'ain tensi bunda naik ya?"

"Ck gak gitu bun..."Kata-kata ku dipotong bunda.

LOVE IN HOSPITAL (END)Where stories live. Discover now