Extra Part

11.8K 736 40
                                    

Hai... Masih ada yang baca nggak ya 🤣

Sorry update nya malam banget, tapi demi memenuhi janji aku yang bakalan update extra part Bagas aku bela-belain lembur nulis 😔😔

Semoga yang membaca senang dan terhibur

Jangan lupa Ramaikan, tapi please jangan minta extra lagi ya 🤣🤣🤣

Selamat Membaca
🥀🥀🥀

Cinta itu tidak ada yang tahu kemana muaranya, sama seperti kisahku dan mas Bagas. Siapa yang tahu kalau dokter yang aku minta membantu untuk melakukan aborsi padaku malah akan menjadi suamiku dan lelaki yang paling aku cintai. Aku sangat berterima kasih padanya yang telah secara impulsif melamar ku ketika aku sedang kalut karena hamil. Andai dia tidak nekat waktu itu kami tidak akan sampai pada titik ini.

Pernikahan kami sudah berjalan 6 tahun, dan setiap hari hanya kebahagiaan yang aku dapat darinya. Rayyan juga sudah besar dan sudah mulai bersekolah, usianya saat ini sudah 5 tahun. Dan sampai saat ini mas Bagas belum ingin  menambah momongan, aku tahu mungkin dia trauma melihat kondisi ku saat aku melahirkan Rayyan. Tapi sebagai seorang istri aku juga ingin dia bahagia, aku yakin dalam lubuk hatinya yang terdalam dia juga menginginkan anak yang berasal dari benihnya sendiri. Selama ini memang dia menyayangi Rayyan, seperti putranya sendiri. Bahkan Rayyan tidak tahu tentang ayah biologisnya, dan aku juga tidak berencana memberitahunya sampai kapan pun.

Maka dari itu aku mempunyai misi rahasia untuk memiliki anak darinya, meskipun dia tidak setuju. Dan untuk misi itu disinilah aku berada sekarang, di sebuah kafe untuk menunggu seseorang yang bisa membantuku melancarkan keinginanku.

“Sorry Al, aku telat” tiba-tiba kursi didepanku ditarik kasar dan wanita dewasa yang masih cantik ini, tersenyum sumringah didepanku.

“Nggak apa-apa mbak, aku juga belum terlalu lama. Aku tadi udah pesenin minum buat mbak, atau mbak mau pesan makan dulu?”tanyaku sopan.

No, aku nanti ada janji sama si kembar buat makan siang sama-sama. Jadi aku juga nggak  bisa terlalu lama. Jadi ada apa kamu minta ketemuan diluar?”dia dr. Arvena sahabat baik Mas Bagas sekaligus sudah aku anggap kakak ku sendiri.

“Sebenarnya mbak aku mau konsultasi masalah kehamilan” ucapku langsung, mbak Vena menatapku bingung.

“Lah kalau masalah itu kan kamu bisa konsultasi sama Bagas Al, aku rasa itu jauh lebih enak kan konsultasi sama suami sendiri”ucapnya.

“Ck... Mas Bagas itu nggak mau aku hamil lagi mbak. Makanya aku ingin konsultasi sama mbak Vena” ucapku menjelaskan

“Mengingat dulu gimana dia kalut waktu kamu koma, Wajar sih Al mungkin dia masih trauma.”

“Aku ngerti mbak, tapi sebagai seorang istri aku juga ingin ngasih dia seorang anak yang berasal dari darah dagingnya sendiri mbak”ucapku lirih. Mbak Vena menghela nafas panjang.

“Apa yang bisa aku bantu al?”akhirnya Tuhan, dokter cantik ini kasihan melihatku.

“Menurut mbak Vena sebagai seorang dokter yang menangani ku dulu, kalau aku hamil lagi bahaya atau nggak mbak?”

“Setiap ibu hamil itu punya resiko Al, dan memang karena riwayat kehamilan kamu yang terdahulu kamu masuk kelompok Resiko tinggi kalau hamil lagi. Tapi bukan berarti kamu nggak boleh hamil atau nggak mungkin hamil juga. Ada penanganan untuk setiap resikonya Al”

“Kalau begitu aku minta tolong mbak Vena buat lepasin alat kontrasepsi aku”ucapku dengan memohon.

“Untuk masalah alat kontrasepsi, harus dapat ijin dari suami kamu dulu Al.”ucapnya menjelaskan.

“Ayolah mbak please, bantuan aku”

“aku mau bantuin kamu, tapi masalahnya SOP rumah sakit kita butuh tanda tangan suami kamu, yang tidak lain si Bagas Al” ucapnya dengan nada lelah.

“Oh masalah itu, gampang aku pasti bisa dapetin tanda tangan mas Bagas. Nanti mbak kasih form nya ke aku” mbak Vena memicingkan matanya curiga.

“Kamu berniat minta tanda tangan Sembunyi-sembunyi?” ucapnya dengan syok. Aku hanya tersenyum lebar dan mengangguk semangat.

“Gila Al, Bagas nanti pasti ngamuk sama aku”ucapnya panik.

“Urusan mas Bagas, urusan aku mbak. Please mbak tolongin aku ya, please”ucapku memohon. Mbak Vena hanya diam, mungkin dia sedang berfikir. “Mbak please, aku janji nama mbak Vena nggak akan pernah aku sebutin. Aku mohon mbak bantu aku” mbak Vena menghela nafas panjang.

“Oke, tapi kalau sampai Bagas ngamuk aku nggak tanggung jawab ya”

“Oke mbak, Terima kasih banyak mbak” ucapku semangat dan spontan berdiri untuk memeluknya.

“Lepas Al, kita dilihatin banyak orang. Kamu kayak anak kecil baru dapat permen aja sih”Aku  hanya tersenyum lebar menanggapi gerutuan mbak Vena.

Terserah mbak vena mau bicara apa, yang penting dia mau menolongku.

🥀🥀🥀

Hari ini aku sengaja ketempat kerja mas Bagas, untuk menjemputnya karena aku mempunyai kejutan spesial untuknya.

Kebetulan besuk adalah hari ulang tahun mas Bagas jadi, aku ada alasan buat mengajak dia liburan. Bukan liburan jauh sih, aku hanya ingin mengajaknya liburan di puncak. Aku sengaja meminjam Villa punya mbak Vena untuk dua hari ini, sedangkan Rayyan aku titipkan ke Bunda. Tentu saja bunda malah sunang.

“Kita mau kemana sayang?”tanyanya ketika jalan yang kami lalui bukan menuju rumah. Saat ini aku yang menyetir mobil.

“Rahasia dong mas?”ucapku sambil tersenyum. “Kalau bisa tebak dong, nanti aku kasih hadiah”ucapku sambil menaik turunkan alisku.

“Hadiahnya terserah aku ya?”tanya nya menantang.

“Ya nggak bisa, yang namanya hadiah ya tergantung yang memberi hadiah mas” jawabku sambil masih tetap berkonsentrasi pada jalan. Untung ini bukan weekend atau hari libur jadi jalan kepuncak tidak terlalu ramai.

“Ya kalau begitu nggak asik lah,”ucapnya protes “Eh tunggu ini jalan ke puncak kan?”tanyanya sambil menoleh kearahku, aku hanya tersenyum tidak menanggapi kata-katanya.

Setelah mobil berhenti didepan sebuah Villa, mas Bagas menoleh kearahku dengan bingung.
“Kita ngapain ke villa nya Vena yang? Memang Vena ngadain acara di Villa ini ya?”aku tidak menjawabnya tapi langsung membuka pintu dan turun. Mas Bagas melakukan hal yang sama.

“Al, mas tanya ini kok dicuekin?” tanyanya dengan sebal.

“Disini memang bakalan ada acara, tapi acara kita bukan acara mbak Vena”ucapku sambil terus berjalan menuju pintu Villa.

“Kita? Acara apa sayang? Hei kenapa aku ditinggalin?”ucap mas Bagas dibelakangku yang tidak aku gubris sama sekali. Aku sibuk mengagumi Villa milik mbak Vena, villa ini sangat mewah dan besar dengan model Mediterania. Aku memang  pernah kesini waktu liburan bersama keluarga mbak Vena, tapi entah kenapa kekagumanku seolah tidak pernah habis ketika memasuki bangunan ini.

Aku langsung menuju ke kamar utama yang sudah di siapkan oleh penjaga Villa, aku tersenyum memandang kamar ini. Ah.. Sesuai pesananku.

“Sayang.... Wow kamar ini”suara protes mas Bagas teredam ketika melihat kamar yang akan kami tempati.

“Kamar kita”ucapku sambil mengalungkan tanganku di lehernya. “mas ingat besuk hari apa?”tanyaku sambil mengelus belakang lehernya, dia mulai memejamkan mata.

“Hari Rabu sayang,”ucapnya dengan suara serak. Aku berdecak sebal.

“Mas beneran nggak ingat?”ucapku sambil menghentikan aktifitasku di lehernya. Dia membuka matanya dan berfikir sejenak.

“Besuk ulang tahun kamu mas”ucapku dengan nada lelah ketika sampai 10 menit suamiku ini hanya diam membisu. “Makanya aku mau kasih kejutan ini sama kamu, itung-igung kita honeymoon. Selama kita menikah kita kan belum pernah quality time berdua “ucapku sambil cemberut. Aku melihat raut bersalah di wajahnya.

“Maaf... Mas kurang perhatian sama kamu”ucapnya penuh sesal. Aku menghela nafas panjang.

“Bukan itu maksudku, selama ini kita selalu pergi kemana-mana bertiga dengan Rayyan mas. Aku juga ingin sesekali quality time berdua sama kamu”dia tersenyum mendengar kata-kata ku.

“Ngomong-ngomong Rayyan sama siapa?”tanyanya khawatir. Bagaskara adalah tipikal papa yang penyayang, Rayyan adalah prioritasnya yang harus digantikan kenyamanan dan kebahagiaannya.

“Tenang, Rayyan aman sama Bunda. Jadi selama dua hari kita bisa bebas Berdua”ucapku sambil mengecup bibirnya sekilas.

“Lalu pekerjaanku?”tanyanya sambil mengecup bibirku balik.

“Aku sudah minta ijin sama Mbak Vena untuk dua hari ke depan”setelah itu tidak ada yang mengucapkan kata apapun karena kami sibuk berciuman. Namun ketika mas Bagas sudah mulai lost control aku menghentikannya.

“Kenapa?”protesnya ketika aku mulai menjauhkan wajahku.

“Simpan tenaga kamu untuk nanti malam sayang, karena aku masih punya kejutan lain buat kamu. Jadi sekarang mas Mandi trus siap-siap” dia mengerang.

Quickly bagaimana?”tanyanya memohon.

No, karena kamu pasti akan bohong dan acara kita yng sudah aku susun pasti batal”ucapku ketus. Dia hanya terkekeh senang.

“Oke nyonya kali ini aku akan menurut, tapi nanti malam giliran kamu ya yang harus nurut sama mas” aku hanya tertawa sambil mengangguk.

Aku memandang punggung nya yang tertelan daun pintu kamar mandi. Malam ini aku ingin mengajaknya makan malam dan sedikit merayakan ulang tahunnya berdua. Dan tentu saja malam ini aku ingin melancarkan aksi ku, agar segera bisa hamil. Aku hanya berdoa semoga malam ini berjalan dengan lancar.

🍁🍁🍁

Dua bulan setelah acara honeymoon itu, aku merasakan badanku tidak enak. Sering mual dan pusing. Mas Bagas sering memberikanku obat untuk diminum, tapi aku tidak pernah meminumnya sebelum memastikan kondisi ku sendiri.

Hari ini aku ingin memastikan sesuatu, makanya aku bangun pagi sekali. Aku membawa bungkusan yang aku beli dari apotek kemarin kekamar mandi.

Setelah melakukan prosedur sesuai petunjuk aku menunggu dengan cemas hasil dari pemeriksaan yang aku lakukan. Aku sengaja memakai lima alat yang berbeda merk supaya lebih akurat.

Tangisku langsung pecah ketika melihat 2 garis merah pada semua alat yang aku pakai.

Positif

Aku meraba perutku yang masih datar, Terima kasih Tuhan engkau beri anugerah lagi dalam keluarga kami.

Entah berapa lama aku menangis dikamar mandi, Tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka kasar dari luar dan suami ku masuk dengan wajah panik.

“kamu kenapa nangis pagi-pagi yang?”tanyanya panik sambil berjongkok didepanku yang duduk di closet. Aku hanya diam saja dan tetap menangis meluapkan buncahan bahagia yang ada si hati.

“Al ngomong sama aku, biar aku tahu.... Jangan bikin aku...”kata-katanya terhenti ketika aku menyodorkan satu  alat tes kehamilan dalam genggaman ku. Ketika melihatnya wajahnya pucat pasi, seperti aliran darah ke wajahnya berhenti seketika.

“Ini..... Tapi... Bagaimana.... Bisa?”tanyanya sambil terbata. Dia menatapku menyesel.

“Maafin mas, mungkin Alat kontrasepsi yang dipasang di tubuh kamu gagal. Tapi sayang jangan sedih ya?”Hei suamiku ini ngomong apa? Siapa yang sedih juga?

“Kalau kamu nggak mau sama anak ini, kita bisa....”aku langsung mencium bibir nya lembut untuk menghentikan segala prasangka tidak benar dari mulutnya.

“Aku bahagia” ucapku ketika bibir kami menjauh, tapi kening kami masih bersatu. “Tangis ini tangis kebahagiaan mas, apa kamu tidak bisa melihat itu?”tanyaku menatap matanya lembut.

“Tapi sayang mas takut...”aku mencium bibirnya lagi, agar dia tidak banyak protes.

“Setiap ibu hamil itu memiliki resiko mas baik rendah maupun tinggi. Dan setiap resiko ada penanganan nya. Karena suamiku seorang dokter kandungan jadi aku dan bayi kita tidak perlu khawatir kan?”tanyaku lembut. Aku ingin menghapus segala ketakutan dimata suamiku. Dia menghela nafas panjang.

“Mas pasti lakuin yang terbaik untuk kalian berdua”ucapnya pasrah. Aku tersenyum dan memeluknya erat.

“Terima kasih, karena nggak marah sama aku”

“Bagaimana bisa marah yang, kamu itu benar-benar memberikan kebahagian lengkap buat aku.”aku terkekeh pelan.

“Mas tokcer juga ya, nggak sia-sia aku konsultasi sama mbak Vena”ucapku keceplosan. Mas Bagas langsung meregangkan pelukan kami.

“Vena? Jangan bilang Vena ikut andil dalam hamilnya kamu?”ucapnya sambil memicingkan mata. Aku hanya terkekeh pelan karena salah tingkah.

“Aku mau jujur tapi mas jangan marah ya. Sebenar nya sejak 3 bulan lalu aku sudah melepas alat kontrasepsi ku sama mbak Vena dan sering konsultasi agar cepat dapat momongan lagi mas”aku menatap wajah suamiku dengan ragu. Dia hanya diam saja menatapku “Mas jangan marah sama mbak Vena, soalnya aku yang maksa dia buat bantuan aku”ucapku dengan memohon. Dia menghela nafas panjang.

“Kenapa nggak bilang sama aku dulu?”

“Karena mas pasti nolak keinginanku”ucapku sambil cemberut.

“Dan kamu tahu kan asalan aku nolak itu apa?”

“Aku tahu, tapi aku hanya ingin memberi sesuatu yang berarti buat mas Bagas. Selama ini kamu selalu mengutamakan kebahagian aku dan Rayyan mas. Sebagai seorang istri aku juga ingin memberi sesuatu yang bisa membuat kamu bahagia”ucapku sambil menangis. Hei hormon sialan

“Hei jangan menangis, kamu tahu sayang kehadiran kamu dan Rayyan itu adalah anugerah terindah yang buat aku bahagia.”ucapnya lembut, aku langsung memeluknya erat.

“Dan sekarang kamu buat mas jadi lelaki sempurna, dengan adanya titipan Tuhan diperut kamu. Terima kasih sayang”ucapnya lembut sambil membelai punggungku lembut.

Beginilah sifat Bagaskara, dia tidak akan bisa marah padaku. Lelaki yang sedang memelukku ini adalah lelaki yang sangat mencintaiku. Aku hanya berharap bahwa Tuhan selalu memberikan kebahagian kepada keluarga kecilku dan mas Bagas.

🥀🥀END🥀🥀

Buat Bagas extra partnya satu aja ya, 😁

Jangan protes please 🤭

Terima kasih sudah sudi baca ceritaku apalagi meninggalkan jejak 🙏🙏

18 April 2020

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LOVE IN HOSPITAL (END)Where stories live. Discover now