Love In Hospital - 5

8.8K 651 7
                                    

Aku update ini dulu ya, Rena-Calief menyusul .....

Selamat Membaca
🥀🥀🥀

Hari ini aku bertugas di poli kandungan, sebab si nyonya besar Arvena sedang cuti dadakan karena honeymoon. Entah dibawa kemana dia sama suami posesifnya itu. Ya begitu enaknya Vena, cuti sesuka hati juga nggak akan dipecat la yang punya tempat ini lakinya dia. Padahal kalau pegawai biasa mau cuti itu rumitnya minta ampun. Tapi tidak apa-apa nanti kalau aku nikah aku kan bisa merepotkan Vena, untuk minta ijin cuti. Anggap saja simbiosis mutualisme.

Ini baru pukul 11 tapi pasien sudah sepi, ya karena hari ini hari Jum’at. Aku langsung menelfon Alana, dan menyuruhnya datang kesini. Seperti janjiku kemaren aku akan memeriksanya untuk mengetahui kondisi kehamilannya.

Tok tok

“Masuk”ucapku lantang biar yang ada diluar dengar.

“Dokter ada mbak Alana mau ketemu dokter”ucap Cita.

“suruh masuk Ta, dia mau konsultasi. Sudah tidak ada pasien lagi kan?”

“Tidak ada dok”

“siang dok”Setelah cita keluar Alana masuk, wanita itu menunduk setelah menyapaku.

“Kamu langsung tidur saja, kita lakukan USG”ucapku tegas. Aku menatap Alana yang tampak kurang nyaman. Aku memperhatikan penampilannya hari ini dia memakai celana dan blouse yang dilapisi snelli. Wanita ini tetap terlihat cantik dengan caranya.

“Buka bagian perut kamu Al”Dia memandang ku tidak yakin tapi akhirnya dia menuruti perintahku.

“Nggak usah malu, anggap aja kita pemanasan. Karena setelah menikah bukan hanya perut kamu yang bakalan aku lihat”ucapku untuk menggodanya tapi efeknya buat aku senyum sendiri. Pipi Alana merah seperti tomat, dia gugup. Aku segera memberi gel  dan menempelkan transduser diatas perutnya yang masih rata. Aku memperhatikan dengan seksama layar hitam putih didepanku.

“Ini bayi kamu Al, kalau lihat dari hasil USG usianya baru 4 minggu, kamu masih ingat kapan terakhir kamu haid?”tanyaku sambil tetap konsentrasi pada layar.

“bulan kemaren tanggal 4 dok”jawabnya lirih.

“kalau melihat dari hari terakhir haid kamu, seharusnya sudah 6 minggu Al. Kamu mengalamai morning sickness?”tanyaku sambil meletakkan transduser ditempatnya semula.

“Hanya kalau pagi dok. Jadi saya bisa mulai makan seperti biasa ketika sudah diatas jam 10”

“Oke, hari ini sudah makan?”

"Tadi sudah makan biskuit sama cracker" Aku mendengus.

“Kalau begitu ayo kita makan, sekalian nanti kita beli vitamin untuk kamu”ucapku tegas sambil membantunya bangun.

“Tapi dok jadwal saya. ...”

“Kamu dinas di ruangan mana?”tanyaku menyela kata-katanya.

“Ruang anak dok,”

“Saya akan meminta ijin langsung ke pembimbing kamu, pembimbing kamu dr. Regi?”Alana hanya memandangku sambil mengangguk.

“Ya sudah ayo keruang anak ambil barang kamu sekalian bilang Regi”aku menghentikan langkahku ketika ujung bawah snelli ku ditarik.

“Ada apa?”Alana memandangku gugup, dia seperti terlihat gelisah.

“Dok... Anu...”

“Anu apa Al, kalau bicara yang jelas”pintaku gemas.

“Apa tidak apa-apa kalau kita terlihat jalan bersama? Maksud saya pasti akan banyak orang yang akan membicarakan kita”aku menaikkan satu alisku.

“Kamu takut dinyinyirin orang karena calon suami kamu terpaut umur yang lumayan jauh sama kamu?”

“Bukan begitu dok, kalau saya tidak takut. Soalnya bulan depan juga masa Koas Saya habis.”

“Lalu?” tanyaku tidak mengerti.

“Saya takut kalau image dokter jelek dirumah sakit ini, dan kredibilitas dokter disangsikan ketika orang tahu dokter menikah dengan saya. Apalagi ketika mereka tahu kalau saya sedang hamil”lirihnya. Aku menarik kedua sudut bibirku mendengar dia menghawatirkanku.

“Kamu tenang ya, hal itu nggak akan terjadi. Lagi pula kredibilitas itu ditentukan oleh prestasi kita selama ini Al. Jadi nyinyiran para netizen yang maha benar anggap aja angin lalu.” Perlahan senyum Alana muncul.

“lagi pula kamu tenang aja, selagi pemilik rumah sakit ini masih suami Vena percaya deh calon suami kamu ini nggak akan di pecat kok”ucapku menggodanya. Aku mengulurka tangan ku kearahnya. Dia memandangku bingung.

“Tangan kamu sini,”dengan ragu dia mengulurkan tangannya kearahku, aku menggenggam tangannya erat. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan ini, aku menghentikan langkah dan menoleh kearahnya.

“Mulai saat ini kamu adalah calon istri saya, jadi jangan pernah malu untuk mengakuinya didepan orang banyak. Saya akan berusaha melindungi kamu dari siapapun, jadi jangan sungkan cerita apapun  yang menjadi beban kamu. Jadi calon nyonya Bagaskara apa kamu siap menghadapi kejamnya nyinyiran netizen?”Alana mengangguk yakin dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Benar saja sepanjang jalan kenangan ini dari mulai keluar pintu poli sampai parkiran, Orang-orang heboh saat melihat kami bergandengan tangan. Mungkin karena selama ini aku tidak pernah dekat khusus dengan wanita di area Rumah sakit ya kecuali Vena. Aku memang pecinta wanita, tapi aku juga tahu tempat. Bahkan Regi sampai tersedak minumannya ketika aku bilang mau minta ijin membawa calon istriku keluar. Tentu saja Regi tidak percaya awalnya, karena dia tahu kebiasaanku bagaimana.

Bagaimana mungkin seminggu yang lalu kamu masih singgle dan sekarang sudah mau menikah, siapapun pasti tidak percaya. Untungnya Vena sedang tidak ada jadi aku masih aman dari amukannya.

TBC

Terima kasih buat yang sudah membaca semoga terhibur

Jangan lupa tinggalkan jejak ya pembaca sayang 🙂

11 Maret 2020

LOVE IN HOSPITAL (END)Where stories live. Discover now