Flashdisk || 1. Makanan misterius

171 42 25
                                    

Rasanya Saziya ingin menangis saja sekarang. Sudah beberapa kali mengatakan kalau kemaren dia memang benar-benar sedang mengobrol dengan cowok di toilet itu. Tapi Karina tak kunjung percaya.

"Beneran, Rin. Kemaren tuh dia disana, kok."


"Mending Lo ke psikolog aja, deh. Jelas-jelas nggak ada siapa-siapa."

Saziya berdecak. "Jadi Lo nggak percaya sama gue?"

"Bukan nggak percaya, Zey. Kan emang nggak ada siapa-siapa." Karina berkata lebih pelan. "Oh, atau jangan-jangan Lo indigo, ya?"

Malah makin ngawur jawabannya. Sumpah. Harus bilang apa lagi, Saziya udah bingung ngejelasinnya. Sebenarnya Karina nggak perlu tau juga gak masalah. Berhubung Saziya itu cerewet, jadi ia memilih untuk menceritakan kejadian kemarin saja.

"Kalau emang beneran ada, siapa namanya?" tanya Karina.

Saziya membuka mulutnya. Tapi mendadak dia menutupnya kembali. "Gatau. Lupa."

Karina memutar bola matanya. "Nah kan, nama aja Lo lupa. Gimana mau buktiin ke gue?"

"Tapi beneran, Rin."

"Yaudah, deh. Terserah. Gue ke kelas dulu. Bye..."

Saziya manyun.

Akhirnya mereka berpisah, karena memang tidak sekelas. Saziya di IPA 5 dan Karina di IPA 1. Kumpulan anak-anak yang jago di olimpiade, dan Karina salah satunya. Saziya berjalan beberapa langkah lagi, hingga sampai di kelasnya yang seperti biasa. Sepi.

Teman-teman Saziya lebih memilih menghabiskan waktunya di kantin, berjalan-jalan, atau di parkiran sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Hanya ada satu orang yang selalu berada di dalam kelas, dengan buku tebal, dan kacamata bulat yang selalu bertengger di batang hidungnya. Itu Rani, teman sebangku Saziya.

"Pagi, Ran!" sapa Saziya disertai cengiran lebarnya.

Rani mendongak. Mengetahui kalau itu hanya Saziya, ia kembali melanjutkan aktifitas membacanya.

Saziya memilih duduk. Kedua tangannya kemudian meraba ke dalam laci, mencari kertas bekas kemarin untuk dibuang.

Bagus. Bersih seperti biasa.

KLAK!

Tak sengaja, tangan Saziya menyenggol sesuatu hingga terjatuh. Ia menengok ke bawah mejanya, menemukan sebuah benda berbentuk batang dan agak panjang. Saziya memungutnya dengan sedikit kesulitan.

Tadi ia kira ini cuma kayu. Tapi bukan, ini bukan kayu.

"Coklat?!" ucap Saziya kaget.

Ya, ini coklat. Siapa yang naruh coklat disini? Gak mungkin lah, temen sekelasnya ada yang so sweet ngasih coklat. Boro-boro coklat, air minum aja meditnya minta ampun. Kecuali kalau contekan, mereka bakal berbagi dengan sesuka hati.

Saziya menoleh ke kanan kiri. Hanya ada dirinya dan Rani disini, juga beberapa tas yang penghuninya tidak tau kemana. Ragu-ragu Saziya menolah Rani.

"Ran, punya lo?" Saziya mengacungkan coklat di genggamannya, yang dibalas gelengan pelan.

"Punya anak lain mungkin."

"Tapi jatuhnya di bawah bangku gue. Gak mungkin, lah. Kalau punya mereka, jatuhnya di bangku mereka."

"Di belakangnya ada tulisan tuh. Coba lo baca." Lalu Rani kembali berkutat dengan bukunya. Biasa, anak rajin bin cuek.

Saziya membalik coklat itu. Benar, ada sticky notes mini dan tulisan bertinta hitam yang tertera disitu.

FLASHDISK Where stories live. Discover now