Flashdisk || 3. Si misterius lagi

163 39 20
                                    

Jadilah semalam Saziya diantar Aksa pulang jalan kaki. Karena nyatanya, lelaki itu tak membawa kendaraan. Saziya menyuruhnya mampir barang sebentar, tapi Aksa menolak karena kemalaman.

Syukurlah. Kan cuma basa-basi doang. Andai Aksa beneran mampir, gak masalah juga. Tapi ujung-ujungnya malam itu juga, Saziya pasti bakal ada di persidangan papa yang menatapnya tajam seolah ingin meleburkannya dengan sinar laser yang tiba-tiba keluar dari mata Alex. Mirip Power Rangers gitu.

Laknat banget bapak sendiri dikatain Power Rangers.

Gak papa. Jadi Power Rangers itu, rasanya seperti anda menjadi Iron Man. Abaikan!

Sebelum masuk kelas, Saziya lebih dulu menuju koridor tempat dimana loker para murid berjajar membentang. Ia ingin mengambil topi upacara, karena sekarang Hari Senin yang selalu rutin melakukan ritual pagi sebelum pelajaran.

Alisnya nyaris tertaut ketika mendapati benda asing di bawah topinya. Kotak makan plastik pink.

"WHAT?!"

Hampir semua pasang mata melihat Saziya yang tiba-tiba menjerit tak tau kondisi. Ia tersenyum canggung, menggaruk tengkuk yang tak gatal, mengangguk meminta maaf. Kemudian diambil dan dibukanya kotak itu perlahan, setelah kondisi di koridor normal kembali. Isinya sandwich dan susu coklat. Apa-apaan ini? Dan jangan lupakan juga sticky notes di balik tutup.

Di makan, biar lo gak pingsan pas upacara...

Saziya tak habis pikir dengan semua ini. Bagaimana bisa tau kalau Saziya belum sarapan, kalau ini lokernya, dan kenapa ini bisa ada di dalam? Kan kuncinya ia yang pegang.

Saziya menatap sekitar. Semua terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Trus, siapa yang ngasih dia beginian? Mendadak bulu kuduknya meremang.

Tak habis pikir. Maksud orang itu apa, sih? Kalau niat ngasih, ya kasih aja. Gak bakal Saziya tolak, kok. Ngapain nolak rezeki. Heran dah. Mana kotaknya warna pink. Dua kemungkinan yang Saziya pikirkan saat ini.

Kemungkinan pertama, kalau yang kasih ini cewek, maksudnya apa? Lesbi, kah? Hiyy... Amit-amit, dia masih normal kali. Kalau sesama jenis kan biasanya suka langsung ngasih.  Kedua, kalau cowok, apa otaknya belok? Ngasih pake kotak warna pink. Yang pasti dua-duanya nyeremin. Saziya tidak pernah merasa punya secret admirer.

"Mbak, ngapain masih disini?" Saziya berjingkat kaget. Tak lama tangannya terarah untuk menggeplak kepala Karina yang tiba-tiba muncul.

Ia mengacungkan kotak bekal itu di depan wajah Karina, yang memasang wajah tak mengerti.

"Gue dapet makanan misterius lagi. Kira-kira dari siapa, ya?"

"Ah masa, sih? Ada nama pengirimnya gak?"

"Ya nggak, lah. Kalau iya gue gak bakal nanya lo, bambank!"

"Yeu, sans kali gak usah ngegas."

Saziya meringis. "Kok gue malah takut, yah? Ini kali pertama dapat beginian. Berasa di teror."

Karina menjentikkan jarinya. "Laporin aja ke pihak yang berwajib."

"Lo kira apaan pake lapor polisi? Mau masuk hukum?"

Karina berdecak. "Maksud gue laporin aja ke BK kek, Osis gitu."

"Gak perlu, lah. Sepele doang."

"Jangan dimakan dulu, Zey." Karina menahan tangan sahabatnya yang hampir menggigit roti misterius itu.

FLASHDISK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang