Long Slow Distance 4

1.8K 276 20
                                    

Kama menatap Gunung Merapi di sebelah kirinya, dadanya sedikit sesak namun teriknya Matahari pagi ini berhasil menghangatkan tubuhnya.

Kama memilih duduk menyendiri diatas sebuah batu, pandangannya sesekali menerawang jauh. Dan ketika dia menengok kearah belakang, masih ditemuinya Ratih yang tengah tertawa bersama teman - temannya. Ratih yang duduk diantara Yunus dan Nabilla beberapa kali tergelak dan memukul lengan Yunus.

Kama merindukannya, merindukan sosok Ratih yang pernah menjadi miliknya. Kama memutuskan pandangannya ketika tiba - tiba Ratih menatapnya.

Kama memilih untuk kembali menatap awan - awan yang seakan berjalan beriringan menertawakan kesendirian Kama saat ini.

"Kak." suara Ratih tiba- tiba terdengar mengalun dari arah sebelah kanannya.

"Ini." Ratih menyodorkan secangkir energen coklat kepada Kama

"Makasih." Kama menerima cangkir itu

"Jaketnya dipakai Kak, walaupun Mataharinya udah keliatan tapi anginnya gedhe, hawanya tetep jadi kerasa dingin."

"Iya, nanti." Gumam Kama seraya mengetukkan jari telunjuk kirinya ke arah cangkir

"Ternyata pas ya ukurannya ?"

"Apanya ?"

"Kemeja kamu itu."

"Oh, Lo nggak ada niatan buat minta balik kemeja ini kan ?"

"Ya enggaklah Kak." jawab Ratih sambil terkekeh pelan.

Keduanya duduk berdampingan, namun menatap dua arah yang berbeda. Kama yang menatap jauh kearah hamparan awan - awan dan Ratih yang memilih menatap kearah dasar kawah.

Rombongan mereka telah tiba di atas bibir kawah atau Puncak 1 sekitar pukul 5 pagi. Mereka memilih untuk segera menunggu sunrise sambil duduk bersembunyi dibalik bebatuan besar, berlindung dari udara dan angin pagi yang berhembus kencang membawa hawa dingin.

"Gue kira lo bakalan minta gue buat balikin semua barang² hasil pemberian lo."

"hahahaha ya enggak lah kak, malah aku yang takut kalau kamu yang kayak gitu."

"Maksutnya ?"

"Takut kalau tiba² kamu minta seluruh barang yang udah kamu kasih ke aku. Kan sayang kak, hadiah dari kamu kan mahal - mahal."

"Ck, dasar."

"Ihh beneran kak, ntar kalau diminta lagi aku jadi gak punya tas, sepatu, sama jam tangan juga hehehe. Lagian aku juga udah sayang banget sama Kimi juga Kimo."

"Hah ?"

"Itu boneka sapi dari kamu, yang kecil namanya Kimi dan yang besar namanya Kimo. Aku udah sayang banget sama mereka berdua. Aku sempet takut kalau tetiba Kakak minta balik barang² itu."

" Apa ____ bener² udah gak ada kesempatan buat gue milikin lo lagi ?"

deg ...

Tatapan Ratih terkunci di sepasang mata hitam legam milik Kama. Sepasang bola mata berpayung bulu mata yang lumayan lentik tanpa kelopak mata ganda.

Tatapan Kama masih sama seperti saat dulu ia meminta Ratih untuk menjadi kekasihnya.

"Maaf Kak." jawab Ratih yang langsung menundukkan pandangannya

"Gue minta satu hal boleh ?"

"Apa ?"

"Selama lo belum memiliki dan dimiliki seseorang, dan selama elo nggak terikat ataupun tengah menjaga perasaan seseorang, masih bolehkah gue untuk ketemu sama lo tiap gue _____ kangen sama lo ?"

"Kangen nggak harus diobati dengan ketemu Kak."

"Gue masih orang yang sama, gue masih Kamajaya Rajendra yang lo kenal, meskipun gue sekarang cuman sekedar mantan buat lo. Tapi gue masih orang yang sama dengan orang yang dulunya setiap kangen sama lo bakalan selalu dateng ke hadapan lo."

Kama memang seperti itu, setelah dia melanjutkan kuliah di Jogja. Intensitas waktu ketemu mereka benar - benar berkurang, dari yang sebelumnya selalu berangkat dan pulang sekolah bareng. Sekarang hanya bisa bertemu setiap hari Jum'at sampai Minggu. Itupun kalau Kama tidak disibukkan dengan urusan HIMAnya.

Tapi kalau untuk urusan rindu, kama selalu menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah Ratih, menemui gadis itu. Bahkan tak jarang Kama datang jam tujuh malam dan kemudian kembali ke Jogja jam sembilan malam.

Seperti itulah cara Kama untuk mengurangi kerinduannya. Keinginannya untuk bersanding dan memiliki Ratih sangat besar karena jujur saja terpisah jarak  dengan Ratih sangat menyiksa Kama.

Namun ia sadar kalau dia belum punya modal dan pegangan untuk meminta Ratih secara resmi berada mendampinginya. Maka dari itu disamping dia menjalin hubungan dengan Ratih, dia juga berusaha untuk fokus dengan urusan kuliahnya dan kerja sampingannya juga supaya dia segera bisa membuktikan kalau dia mampu dan layak bersanding dengan Ratih serta mampu membanggakan kedua orang tuanya dengan prestasinya. Membuktikan kepada Papanya kalau dia bisa dan mampu berdiri diatas kakinya sendiri dan membayar semua kepercayaan yang Papanya berikan dengan wujud kesuksesannya nanti.

Dia juga pernah bercita - cita untuk menikah muda dengan ____ Ratih.

Namun sekarang, Ratih hilang dari genggamannya karena kesalahannya sendiri.

"kak." panggil Ratih sambil menggoyangkan lengan Kama karena cowok itu terlihat tengah melamun

"hmm." jawab Kama yang langsung menatap kerah Ratih

"ak _____ aku ketrima kuliah di Semarang lewat jalur PMDK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"ak _____ aku ketrima kuliah di Semarang lewat jalur PMDK."

"oh, sebenci itukah lo sama gue sampai² lo milih kuliah disana ? supaya apa ? supaya lo nggak perlu ketemu gue lagi ?" kama meneguk secangkir energen itu hingga tandas

"Ucapan gue yang tadi soal permintaan ketemu tiap gue kangen sama lo, lupain aja. Anggap gue nggak pernah minta itu sama lo. Lo nggak perlu pergi sejauh itu kalau cuman pengen ngindarin gue. Gue ____ gue bakal usahain buat nggak ganggu lo lagi atau muncul di hadapan lo.  Dan untuk pendakian ini, maaf kalau gue sengaja ikut Dito dengan alasan supaya gue bisa ketemu sama lo. Maaf."

Ratih membiarkan Kama berjalan meninggalkanya, menyisakan dia yang duduk sambil memeluk lututnya.

Setitik cairan bening itu tumpah tanpa mampu dibendung. Ratih tetap bergeming tanpa menghalau air matanya.

Sedangkan Kama, cowok itu memilih untuk segera memakai jaketnya dan duduk meringkuk disamping Dito.

"Nafas lo." ucap Dito

"Diem !!" jawab Kama tegas.

Kama memakai tudung jaketnya untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang tau kalau saat ini nafasnya mulai tersengal karena kedinginan.

-----------------------------------------------------------
author : gelutnya mau dibikin lama apa nggak nih kira - kira ??

#3 TA  ( Kama & Ratih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang