Long Slow Distance 12

1.9K 298 18
                                    

Ratih mengarahkan pandangannya menuju jejeran rumah di pinggiran seberang sungai yang menampakkan cahaya lampunya.

"Masih suka makan lele bakar ?" tanya Kama

"Masih." jawab Ratih yang kini memejamkan matanya menikmati semilir  angin yang menerpa wajahnya.

Ratih dan Kama memutuskan untuk makan di Lesehan Sayyidan. Letaknya tepat di samping jembatan namun jejeran meja tempat makan berada di bagian bawah, atau tepatnya di samping sungai,bawah jembatan.

"Masih suka udara dingin ?" tanya Kama lagi

"Ya."

"Masih suka es teh meskipun udaranya udah dingin ?"

"Iya."

"Masih suka sama gue ?"

"Iy____ ehh." Ratih membulatkan matanya dan menatap kesal kearah Kama yang tengah menunduk sambil terkekeh.

"Bapak, Ibuk sama Tio udah kasih kabar belum ?" tanya Kama berusaha mengabaikan wajah kesal Ratih

"Udah, tadi habis Maghrib." jawab Ratih yang kini mulai menggigiti ujung sedotannya.

Keduanya menghentikan obrolannya selama beberapa menit ketika pelayan membawakan pesanan mereka. Ratih langsung fokus menyantap lele bakarnya setelah mencuci tangan dengan bersih. Sehingga Kama berusaha menekan keinginannya untuk tetap mengobrol dengan Ratih.

"Iiiih  kok gak bisa ?" gumam Ratih yang tengah berusaha menyedot es teh manisnya

"Makanya ujungnya jangan digigiti biar gak mampet ." ucap Kama yang mengambil sedotan Ratih dengan tangan kirinya.

Kama meletakkan sedotan Ratih itu keatas meja,  mengambil sedotan dari gelas miliknya dan kemudian menaruhnya kedalam gelas Ratih.

"Pakai itu." ucap Kama yang langsung kembali menggigit paha ayam gorengnya.

Ratih tersenyum dan langsung meneguk es teh manisnya. Di Lesehan Sayyidan ini memang tidak disediakan keranjang  berisi sendok makan maupun sedotan tambahan di  atas meja tempat pelanggan makan.

Sendok, garpu, dan sedotan tambahan hanya ada di meja samping Kasir. Jadi kalau memang membutuhkan, setiap pelanggan diharuskan mengambilnya sendiri.

Karena konsep tempat makan ini adalah lesehan sehingga menu makan memang hanya menyediakan sejenis ikan maupun ayam. Jadi kebanyakan pelanggan akan makan dengan tangan, bukan sendok.

Kalau untuk sedotan, setiap pelanggan memesan minuman otomatis langsung diberi sedotan didalam gelasnya. Dan jika membutuhkan tambahan, maka harus mengambil sendiri di atas meja Kasir.

"Gimana rasanya ?" tanya Kama

"Apanya ?"

"Ciuman gak langsung ."

"Maksutnya."

"Sedotan lo itu, udah gue pakai tadi."

"Uhukkkkk."

Ratih langsung tersedak makanan dan segera meraih minumannya, dengan tergesa Ratih menyedot es teh manisnya hingga tandas. Hal ini membuat Kama tertawa terbahak - bahak.

"Kakak apaan sih ?" pekik Ratih setelah berhasil meredam perih di tenggorokannya akibat tersedak tadi.

"Nih, biar jadi tiga kali kita ciuman nggak langsung.Minuman lo abis kan ?" Kama menyodorkan segelas jeruk manis hangat miliknya

"Ha ?" Ratih membulatkan matanya lagi penuh keheranan.

Sedetik kemudian Ratih tersentak dan sadar, barusan ketika menghabiskan es teh manisnya Ratih menggunakan sedotan bekas Kama lagi.

Jadi ..

Total sudah dua kali Ratih minum dengan sedotan bekas Kama pakai.

"Atau mau ciuman langsung aja ?" goda Kama

"Ha ?"

"Nikah dulu tapi."

"Hah ?"

"Nanti ya tapi. Tunggu gue punya duit dulu."

"Duit ?"

"Iya, modal buat nikahin lo. Kalau gue punya duit, gue bisa punya modal hidup buat kita berdua."

"Ngelantur mulu sih ,Kak."

"Tapi lo mau kan nikah sama gue ?" tanya Kama dengan sorot mata yang menampilkan keseriusan.

-----------------------------------------------------------
author : ihhh kama ngegas dehh, kemarin galau mau nyerah, sekarang main gas aja.







#3 TA  ( Kama & Ratih)Where stories live. Discover now