Part 8

737 59 0
                                    

Setelah satu sekolah tahu akan ada dua siswi baru kini semua siswa membicarakan dua siswi itu. Bahkan tak jarang dari mereka yang berharap akan satu kelas dengan salah satu diantaranya atau kalau beruntung mungkin dua-duanya.

Aku berjalan di koridor. Hampir semua kelas menjadi ramai bahkan ada yang sampai ricuh karena saling berdebat. Tak jarang aku juga menemukan beberapa orang yang gak suka dengan dua siswi itu.

Ku akui dua siswi itu cantik apalagi yang bernama Siska kalau dugaanku benar dia pasti langsung ditarik oleh Dhira, ketua cheers supaya menjadi anggota tetapnya.

Kalau Sasa, kupikir dia gak berbeda jauh dari gue mengingat sama-sama dikucir kuda. Bohong jika aku tidak berharap salah satu mereka berada di kelasku. Selain itu masih ada satu bangku kosong tersisa.

Saat aku sampai di depan kelas aku mendengar langkah kaki. Aku menengok. Mataku melebar melihat ada salah sstu siswi baru disamping bu Iin. Aku tersenyum, sudah pasti kalau dia akan masuk di kelasku. Karna bu Iin adalah wali kelasku.

Aku langsung memasuki kelas lalu berteriak, "bu Iin dateng woy. Balik ke tempat duduk kalian."

Semua siswa langsung berlari untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Selamat siang anak-anak," sapa bu Iin saat memasuki ruang kelas.

"Siang bu,"

"Nah, ibu pikir kalian sudah tau kan kalau ada dua siswi baru di sekolah kita. Beruntung salah satunya akan menjadi teman kelas kalian. Ibu harap kalian bisa berteman dengan baik. Jangan karena dia anak baru maka kalian tidak mau berteman. Kalau gitu Sasa, silakan perkenalkan diri kamu," ujar bu Iin.

Dia melangkah maju lalu tersenyum. "Halo semuanya. Perkenalkan nama saya Salsabila. Kalian bisa panggil saya Sasa. Saya pindahan dari SMA Sanjaya. Saya harap kita bisa berteman dengan baik. Mohon bantuannya semua,"

"Baik kalau gitu Sasa, kamu bisa duduk di bangku yang kosong," Sasa menuju tempat yang dimaksud bu Iin yang kebetulan tepat di belakangku. "Kalau begitu ibu permisi. Selama guru mapel selanjutnya belum datang jangan ramai ya," pesan bu Iin sebelum keluar dari kelas.

Selepas bu Iin pergi, aku menghadap ke belakang. "Sasa," panggilku.

Dia menaikkan alisnya sambil menatapku. Aku mengulurkan tanganku. "Kenalin namaku Nida,"

Sasa menyambut uluran tanganku lalu tersenyum, "Sasa,"

"Kayaknya kamu murah senyum banget ya," ucapku.

"Masa?"

"Iya tuh buktinya kamu senyum terus. Dikit-dikit senyum, dikit-dikit senyum tiati loh banyak yang naksir ntar," candaku.

"Emm...lo-gue aja gimana? Gue agak gimana gitu kalau aku-kamu," ucapnya.

Aku mengangguk. "Oke. Boleh aja. Lagian gue juga biasanya lo-gue kok. Santai aja."

"Oh iya soal kata lo tadi senyum terus, sebenarnya sih itu cuma pencitraan. Biasalah murid baru biar kesannya wahh anak baik-baik ini," ujarnya.

"Padahal aslinya?"

Dia terkekeh, "aslinya mah gak kaya gitu. Oh iya lo masuk ekskul apa?" tanyanya.

"Gue masuk teater. Emang kenapa? Mau masuk juga?" tanyaku. "Kalau mau masuk aku bisa kok bilang ke Irma," tawarku.

"Boleh deh."

"Oke bentar ya." aku mencari ponselku untuk menghubungi Irma.

Irma kete

Kak. Ada yang mau masuk ekskul masih bisa kan?

Tepat setelah aku menghubungi Irma pak Anton, guru matematika datang. Aku memasukkan ponselku di dalam tas lagi. Lalu mengeluarkan buku matematika.

En Dröm [COMPLETE] Onde histórias criam vida. Descubra agora