Chap 1

2.3K 156 0
                                    

---------------

Adikku mencintai pacarku. Dan pacarku pun mencintainya.

Begitulah...

Aku hancur, remuk, berkeping-keping.
Merangkak, tertatih, aku mengumpulkan kembali kepingan-kepingan hati yang tercerai berai.
Meratap, aku berusaha menyembuhkan luka hati walau sedikit demi sedikit.

Dan aku merelakannya...

Tapi ketika aku telah mampu menata hatiku, ketika aku telah hampir melupakannya, kenapa lelaki itu harus kembali ke kehidupanku?

----------

Sosok lelaki bermata teduh itu duduk dengan tak nyaman di atas bangku kayu yang berada di depanku. Sementara aku sendiri duduk mematung di seberangnya.
Raut wajahnya tampak bingung. Seolah ia menyimpan banyak cerita yang ingin ia ungkapkan, tapi tak tahu harus mulai darimana.

"Jadi maksudmu, kau berpacaran denganku hanya karena kau kasihan padaku?" Akhirnya aku membuka suara setelah keadaan sempat hening beberapa saat.

Jungkook mendongak.
"Tzuyu, sebenarnya..." Ia menelan ludah, terlihat dari jakunnya yang bergerak. "Itu..." dan ia terdiam.
"Diam berarti iya," sergahku ketus.
Ia menunduk, meremas-remas jemari tangannya sendiri, nampak tak berdaya.

Jungkook.
Aku mengenalnya beberapa bulan yang lalu secara tak sengaja di depan toko stationery langgananku.
Waktu itu aku sedang kesulitan mengumpulkan barang-barang belanjaanku yang jatuh berserakan. Dan tiba-tiba saja dia muncul, lalu tanpa kuminta pun ia dengan senang hati membantu memunguti pensil warnaku yang berserakan di pinggir jalan.
Ia juga membantu mencarikan taksi sekaligus membantuku memasukkan barang-barang belanjaanku ke sana.

Beberapa hari kemudian aku kembali bertemu dengannya di tempat yang sama. Dan dengan raut muka malu-malu, ia menanyakan namaku sekaligus nomer ponselku. Dan kami mulai berkenalan, saling kontak.

Kami sering keluar bersama entah hanya untuk mengobrol, ataupun makan siang. Hingga akhirnya ia menyatakan cinta padaku, dan kami pun resmi berpacaran.

Jungkook jadi sering bermain ke rumahku. Ia memperlakukanku dengan manis. Ia juga begitu ramah pada ayah, ibu dan juga adik perempuanku satu-satunya, Eunha, yang umurnya hanya terpaut satu tahun denganku.

Terutama terhadap Eunha, ia bersikap begitu manis, perhatian, dan juga hangat. Mereka begitu cocok satu sama lain.
Ketika mereka sudah mengobrol, mereka terlihat begitu nyaman. Mereka bercanda, mereka bercengkerama, saling menggoda.
Awalnya aku mengira hubungan seperti itu wajar, hubungan antar seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Bagaimanapun juga, Eunha sosok perempuan yang cantik, ramah, mudah bergaul, lucu, dan sangat menyenangkan untuk dijadikan teman mengobrol.
Hingga akhirnya aku sadar, interaksi di antara mereka menunjukkan hubungan yang lebih dari sekedar hubungan adik kakak.

Aku tahu Jungkook menyayangiku. Aku bisa melihatnya ketika ia menatapku. Sorot matanya menunjukkan perhatian dan juga kehangatan. Tapi dengan Eunha, tatapan itu berbeda.
Lebih hangat, lebih intens dan berbinar.
Aku tak terlalu berpengalaman. Tapi aku tahu bahwa binar itu menunjukkan rasa ... cinta.

Di sebuah sore yang mendung, tepat ketika aku baru pulang dari bekerja, aku mendengar Eunha terisak.
Dengan tertatih aku berusaha mencari keberadaannya dan aku menemukan ia di ruang tengah, terisak dalam pelukan Jungkook. Perempuan yang biasa terlihat ceria itu sesenggukan.

Dan dari situ aku bisa mendengar apa yang ia katakan, dengan jelas.
Di tengah-tengah isak tangis ia berujar bahwa ia mencintai Jungkook, tapi ia merasa tak enak hati denganku. Sementara Jungkook hanya mampu menenangkannya dengan lembut, mengelus punggungnya, sembari mendaratkan ciuman di puncak kepalanya.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Where stories live. Discover now