Chap 10

761 104 21
                                    

Jngan lupa vote❤
Dkit lgi end nih🙌

*°*

-------------

Merasa tak mendapat jawaban atas maksud kedatangan Jungkook ke rumah, aku masih ngambek pada Taehyung hingga waktu makan malam tiba. Aku hanya menjawab pendek manakala ia mengajakku membicarakan sesuatu. Aksi itu berlanjut hingga makan malam usai, hingga aku selesai membersihkan piring, dan ketika kami bersiap-siap untuk tidur.

Resah dengan aksiku, lelaki itu menghampiri diriku yang tengah duduk membisu di pinggir ranjang. Ia duduk di sampingku, meraih kedua tanganku, lalu menggenggamnya erat.

"Aku yang menelpon Jungkook dan memintanya datang kemari," ia membuka suara.
"Kenapa?" tanyaku langsung.
"Jujur, aku penasaran dengannya. Aku penasaran saja dengan lelaki yang pernah masuk ke kehidupanmu. Jadi ...," ia mengangkat bahu. "Aku mengundangnya untuk datang kemari untuk mengobrol. Hanya mengobrol saja. Aku bertanya padanya bagaimana ia mengenalmu, bagaimana kalian bisa bersama-sama, dan ... begitulah. Obrolan antar lelaki," lanjutnya.
“Hanya itu?” tanyaku lagi.
Ia mengangguk.

Aku menatap wajah Taehyung yang pucat pasi. Wajah tampannya terlihat begitu letih. Dan kejengkelanku seperti menghilang begitu saja. Aku membalas genggaman tangannya.

"Sudahlah, tak usah dibahas lagi." Akhirnya aku berkata. Taehyung terdiam sesaat, lalu mulai berujar lagi.
"Tzuyu... aku berencana menerima saran dokter untuk melakukan operasi."
Aku terbelalak mendengar maksud Taehyung yang begitu tiba-tiba.

Beberapa waktu yang lalu kami memang sudah berdiskusi dengan dokter, dan mereka memberikan pilihan untuk melakukan operasi. Hanya saja, resikonya terlalu besar. Kemungkinan keberhasilan itu hanya sekitar 5%. Dan Taehyung belum tentu bisa selamat di meja operasi.
Jadi, bisa saja operasi itu hanya akan mempercepat kematiannya.

Aku menggeleng cepat.
"Tidak," aku menolak. "Operasi itu terlalu beresiko. Dokter bahkan tidak bisa menjamin kau selamat. Tidak, aku tidak akan setuju," lanjutku.
"Tzuyu," Lelaki itu meremas bahuku. "Jika tidak dicoba, kita tidak akan tahu asalnya. Bisa saja operasi itu berhasil dan aku selamat,"
"Tapi ...," suaraku tercekat. Taehyung bohong. Aku tahu ia bohong.

Aku tahu bahwa operasi itu hanya akan mempercepat kematiannya.

"Jangan ...," aku mendesis. "Kumohon jangan," aku menunduk dan air mataku berjatuhan.

Taehyung tak berusaha mendebatku ataupun memberikan jawaban. Ia hanya beringsut, meraih tubuhku ke dekapannya, lalu memelukku.

Ia tak mengatakan apapun dan lebih memilih untuk membiarkan aku terisak.

°°

Dan aku nyaris putus asa.

Semakin hari, keadaan Taehyung terus memburuk. Pengobatan yang ia jalani seakan tak memberi efek apa-apa. Kemampuan motoriknya semakin berkurang, begitu pula dengan daya ingatnya. Seringkali ia tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Bahkan ketika kami sedang berbicara, terkadang ia hanya terdiam, seolah ia merasa hilang dan  jiwanya tersesat entah kemana. Aku tahu ia sempat tak mengenaliku, walau hanya sekian menit. Dan itu sudah cukup menyakitkan untukku.

Sungguh, terkadang aku tak sanggup melihat penderitaannya, melihat ia kesakitan.
Tapi, aku belum bisa merelakannya. Dan takkan pernah bisa.

Di suatu malam yang sepi, ketika hari sedang hujan, Taehyung tak sadarkan diri.

Di pelukanku.

°°

Dokter dan suster berlalu lalang di ruang perawatan Taehyung, mencoba menyelamatkan nyawanya.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora