Chap 7

748 109 3
                                    

Jngan lupa vote❤

--------------------

Taehyung berbaring di ranjang perawatan, dan akupun ikut berbaring di sisinya. Ia bahkan merelakan satu lengannya untuk ku jadikan sandaran kepalaku, sementara lengan yang satunya melingkupi tubuhku, memelukku erat dengan sikap posesif.

Sesekali aku merasakan ia mengelus punggungku, dan sesekali pula aku merasakan ia mendaratkan ciuman lembut di puncak kepalaku. Ia melakukannya berkali-kali, sesaat setelah kami sama-sama lelah menangis. Entah apa maksudnya melakukan itu. Mencoba menenangkanku, mungkin.

"Sejak kapan?" Suaraku yang serak karena terlampau banyak menangis memecah keheningan.
"Apanya? Mataku? Ataukah tumor otak di kepalaku?" Taehyung balas bertanya, suaranya sama seraknya dengan punyaku.
"Bukan ...," jawabku.
"Hm?" Lelaki itu berdehem lembut di dekat telingaku.
"Sejak kapan kau jatuh cinta padaku?" Lanjutku kemudian.

Dan kudengar ia tertawa lirih. "Apa kau begitu penasaran?"
"Ya."
Kurasakan ia kembali mengecup puncak kepalaku.
"Sepertinya aku sudah pernah menceritakannya padamu. Tapi lebih tepatnya, aku jatuh cinta padamu sejak kedua kalinya aku melihatmu. Tanpa sengaja aku satu bis denganmu ketika kau dalam perjalanan pulang dan aku melihatmu tertidur. Tidak, kau tidak mengorok ataupun ngiler. Waktu itu aku berbohong. Kau tertidur dengan begitu tenang, begitu damai. Dan aku langsung terpesona padamu. Kau terlihat luar biasa cantik ketika tertidur, dan aku tak bohong," jelasnya.

Aku mengulum senyum. Aku masih ingat kisah yang itu.
"Kalau kau? Sejak kapan kau jatuh cinta padaku?" ia balik bertanya.
"Sejak kau memperlakukanku dengan normal."
"Aku selalu memperlakukanmu dengan normal, Tzuyu," sergahnya.
"Berarti sejak saat itulah aku jatuh cinta padamu," ujarku.

Aku merasakan Taehyung kembali tertawa lirih seraya mempererat dekapannya.
"Apa kau buta warna sejak kecil?" tanyaku lagi.
"Begitulah," jawabnya langsung.
"Lalu sejak kapan kau merasakan sakit di kepalamu?"
"Aku sudah sering mengalami sakit kepala. Tapi nyeri terparah kualami beberapa waktu yang lalu, ketika kita pulang dari galeri lukisan. Aku pingsan di apartemenku dan ayah segera melarikanku ke Rumah Sakit. Dan setelah menjalani serangkaian test, dokter mengatakan bahwa ada tumor sebesar bola tenis di kepalaku dan ...," lelaki itu menelan ludah, seolah tak mampu melanjutkan kalimatnya.

Aku mendongak, menangkup wajahnya dengan kedua tanganku lalu menatap mata beningnya dengan lekat.
"Kau akan sembuh, pasti," bisikku. Dan aku yang berinisiatif untuk mengecup bibirnya, lembut dan ringan.

Taehyung sempat terlihat kaget dengan tindakanku. Dan aku tak ambil pusing dengan reaksinya.Ia menatapku dalam, seolah tengah memikirkan sesuatu.

Dan selanjutnya, ia merengkuh tubuhku lebih erat, lalu kali ini, ia yang mencium bibirku. Awalnya ciuman itu juga ringan, tapi selanjutnya berlanjut lebih intens. Ia melumat bibirku lembut, dan menyesapnya pelan. Dan aku membalasnya.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Ia berbisik di atas bibirku.
"Hm?" Aku hanya berdehem bingung.
"Biasanya sebentar lagi suster akan ke sini memeriksaku. Jika mereka memergoki kita seperti ini, maka aku akan bertanggung jawab," ucapnya lagi.
"Aku tak mengerti apa maksudmu?" balasku.

Taehyung menggigit bibirnya sebelum kembali berkata-kata. "Well, seperti yang kau lihat. Kau berbaring di ranjangku, berada dalam dekapanku, begitu ... intim, dan kita bahkan berciuman beberapa kali. Jadi, ku rasa aku akan menikahimu,"
Aku mendelik, "Eh?" kedua mataku membulat.
Sementara pemuda itu hanya terkikik.

Belum sempat aku mengatakan sesuatu, tiba-tiba pintu terbuka dan dua orang suster muncul dari sana. Aku dan Taehyung bangkit dengan tiba-tiba sementara dua orang suster itu menatap kami dengan raut muka malu-malu.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Where stories live. Discover now