Chap 5

756 115 2
                                    

Vote Dong:( Biar semangat Ngetik nya:))❤

--------------------

Aku sedang mengepak dua buah lukisan berukuran 35cm x 50cm ketika Eunha masuk ke kamarku.
Dua buah lukisan itu akan ku berikan kepada Taehyung dan ayahnya. Sebuah lukisan tentang landscape kota kami di senja hari, dan satu lagi sebuah lukisan hitam putih bergambar Taehyung.

Acara jalan-jalan kami beberapa waktu yang lalu lumayan terganggu karena insiden sepatu. Jadi aku berencana memberikan lukisan ini sambil mengatur ulang rencana jalan-jalan kami selanjutnya.

"Kak," panggil Eunha lirih.
"Hm?" aku menjawab tanpa melihat ke arahnya.
"Kakak sibuk?"
"Tidak."
"Aku ingin mengatakan sesuatu,"
"Katakanlah," jawabku.

Eunha tak segera menjawab.
"Ayah dan Ibu tak menyetujui hubunganku dengan Jungkook?"
"Lalu?" Aku bersuara ketus, lagi-lagi tanpa melihat ke arahnya.
"Aku ...," kalimatnya terhenti.

Karena lama tak menjawab jawaban, aku menghentikan gerakanku melipat kertas kado, lalu menoleh ke arah Eunha. Dan aku sempat kaget dengan ekspresinya. Sosok itu tampak lemah, bingung, dan terpukul. Beberapa kali ia menggigit bibir, sementara kedua tangannya sibuk saling meremas tak menentu.
"Err, aku ....," ia memberanikan menatapku, lalu nafasnya tertarik berat. "Sudahlah, Kak. Tidak jadi," dan ia berbalik, meninggalkan kamarku, meninggalkan diriku.

Sesaat setelah ia pergi, tiba-tiba saja aku membenci diriku sendiri. Ah, Eunha ingin bercerita sesuatu? Kenapa aku tak mau mendengarnya?
Ia tampak rapuh, kenapa aku tak merangkulnya?

Rasa kasihan padanya mulai berseliweran di benakku. Rasa menyesal karena telah mengabaikannya padahal ia hanya ingin bercerita. Harusnya aku berkata : kemarilah Eunha, berceritalah padaku.

Tapi karena egoku masih terlalu tinggi, lagi-lagi aku mengabaikannya.

***

Aku tersenyum bahagia ketika menyaksikan sosok yang sudah kunanti selama hampir 15 menit itu kini berdiri dengan tegak di depan toko tempatku bekerja. Tertatih, aku melangkah mendekatinya. "Kukira kau takkan ke sini," sapaku sambil menyunggingkan senyum padanya. Ngomong-ngomong, aku yang meminta padanya untuk datang ke sini. Aku mengiriminya pesan singkat. Meski aku tahu, Taehyung akan tetap muncul di hadapanku setiap aku selesai bekerja, walau aku tak memintanya.

"Aku tahu kau sering kemari. Tapi aku perlu memberitahumu secara khusus untuk datang ke sini, karena ada yang ingin kubicarakan," ucapku lagi. Taehyung menatapku dalam, lalu menunduk. Tampak tersenyum kaku.

"Ada sesuatu?" tanyaku cemas. Pemuda itu menggeleng.
"Lukisannya sudah kau terima? Tadi pagi aku meminta orang untuk mengantarkannya ke apartemenmu," ucapku.
Taehyung hanya mengangguk.
"Kau suka?" tanyaku.
Lagi-lagi ia hanya mengangguk.
"Salah satu temanku memberiku tiket untuk menonton pameran lukisannya. Mau pergi bersama?" tanyaku antusias.

Di luar dugaan, Taehyung menggeleng.
"Maaf, aku sangat sibuk sekali," jawabnya.
Merasa aneh dengan sikapnya yang tak biasa, aku berjalan mendekat dan menyentuh keningnya.
"Kau sakit?" tanyaku langsung. Dan aku sedikit terkejut ketika ia menepis tanganku dengan kasar.

"Taehyung?" desisku.
Taehyung menelan ludah lalu menjatuhkan pandangannya padaku.
"Jadi kau sudah tahu? Sejak kapan? Apa Boo yang memberitahumu?" tanyanya ketus.
Aku menatapnya bingung. "Apa?"
"Bahwa aku buta warna," jawabnya.

Aku tak segera menjawab. Hening sejenak.
"Lalu?" Aku berujar kemudian.
Kami kembali berpandangan.
"Tzuyu, apakah itu sebabnya? Tiba-tiba saja kau bersikap manis padaku, apakah karena kau tahu aku tak sempurna?" suaranya parau.
Aku menelan ludah. "Aku tak mengerti apa maksudmu?" ujarku.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Where stories live. Discover now