Chap 4

766 112 1
                                    

--------------------

Taehyung menyelipkan rambutku yang berjuntaian ke belakang telinga.

"Jadi, apa yang terjadi denganmu? Apa kau kabur lagi dari rumah? Apa kau bertengkar dengan adikmu? Apa mantan pacarmu mengganggumu? Atau mungkin kau cekcok dengan ayahmu, ibu-mu?" ia bertanya beruntun.

Aku menatapnya pasrah. "Tidak bisakah kau bertanya satu persatu?"
"Tidak," ia menjawab cepat.
"Aku khawatir sekali padamu. Tiba-tiba saja kau datang menemuiku sambil menangis. Aku takut hal buruk menimpamu," lanjutnya.
"Kau mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja," ia tampak emosional.
Aku tersenyum, menatapnya dengan lembut.

"Maaf karena telah membuatmu khawatir. Aku hanya ...," kalimatku terhenti.
"Ah, sudahlah. Tak usah dibahas lagi. Sekarang aku sudah merasa lebih baik."

Taehyung menatapku penuh selidik. "Kau yakin?"
Aku mengangguk mantap.
"Tak apa-apa kalau kau ingin kabur dari rumah. Kau bisa menginap di apartemenku lagi," ceplosnya. Pemuda itu tersenyum lebar.

Aku tergelak. Lalu menggeleng.
"Suasana hatiku sudah membaik. Jadi ...," Kalimatku terhenti karena ponselku berbunyi.
Aku meminta waktu sebentar pada Taehyung untuk menerima telpon. Setelah melihat layar ponsel, aku sempat merasa enggan menerima telpon tersebut. Tapi toh akhirnya aku tetep mengetuk tanda 'ok'.

"Halo," sapaku.

"Aku ingin menjemputmu. Ada yang harus kita bicarakan. Penting. Soal Eunha," suara Jungkook terdengar dari seberang sana.

Aku terdiam sesaat. Mencoba mencari alasan untuk menolak. Tapi mendengar ia ingin membicarakan tentang Eunha, aku tak punya pilihan.
Akhirnya aku mendongak dan menatap sekelilingku, demi untuk memberi tahu Jungkook dimana ia bisa menjemputku.

"Baiklah, jemput aku di ...,"
Taehyung membantuku dengan menunjuk papan nama jalan berikut nama kafe yang berada di seberang kami.
Setelah itu, aku segera menutup pembicaraan di telpon.

"Siapa?" Taehyung bertanya dengan antusias.
"Jungkook," jawabku jujur.
Pemuda itu mengernyit.
"Mantan pacarku," ucapku lagi.

Kedua mata Taehyung membulat. "Kau berencana kabur dengannya?!" ia nyaris berteriak.
Aku kembali tergelak lalu cepat-cepat menggeleng.
"Tidak. Dia hanya akan menjemputku lalu mengantarkanku pulang,"
"Biar aku saja yang mengantarkanmu pulang," ia merengek.
"Tidak. Aku akan ikut dengannya. Ada yang harus kami bicarakan. Tentang adikku,"

Bibir Taehyung mengerut. Dia kelihatan kesal. Demi untuk menghilangkan kekesalan di wajahnya, aku mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasku lalu menyodorkan ke arahnya.
Pemuda itu sempat ternganga.

"Apa ini?" Ia menerima bungkusan itu dengan antusias. Astaga, ia lucu sekali seperti anak-anak.
Aku sempat tertawa dalam hati.

"Hadiah, untukmu. Anggap saja sebagai ungkapan terima kasih karena selama ini kau baik padaku," ucapku. Kekesalan di wajahnya menghilang seketika.
"Woa, kau memberiku hadiah? Aku terharu sekali" ia memeluk bungkusan itu dengan erat.

"Ngomong-ngomong, jangan lupakan acara besok," aku mengingatkan. Pemuda itu menyipitkan matanya, seolah lupa akan sesuatu. Dan ganti aku yang kesal.

"Yyak, Kim Taehyung! Kau sudah berjanji akan mengajakku menonton pameran lukisan," teriakku.
Taehyung mengulum senyum, ia beringsut mendekatiku, lalu mencubit pipiku dengan gemas.
"Aku ingat kok. Jangan khawatir. Besok aku akan mengajakmu ke sana," ucapnya.

Merasa dikerjai, cubitanku segera bersarang di pinggangnya.

***

Dan malam itu, semenjak aku putus dengan Jungkook, untuk pertama kalinya aku pulang dijemput olehnya.
Jujur, jika saja bisa aku lebih memilih diantarkan Taehyung seperti tawarannya tadi. Tapi karena Jungkook mengatakan ada hal penting yang ingin ia bicarakan, akhirnya aku menurutinya. Bukan karena aku ingin berkonflik lagi dengannya, ataupun dengan Eunha, justru aku sedang  menghindarinya.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Where stories live. Discover now