Chap 6

766 117 6
                                    

Jangan lupa Vote❤

--------------------

Aku sudah sadarkan diri sesaat setelah dibawa ke Rumah Sakit. Aku bahkan sudah bisa berkomunikasi dengan baik ketika dua orang suster kembali memeriksaku di IGD.
Mereka bilang, aku tidak mengalami luka serius. Hanya sedikit syok dan mengalami luka benturan di kepala. Itupun bukan luka yang fatal.

"Kau yakin aku tak mengalami luka serius? Kakiku, tanganku, tak ada yang patah, kan?" tanyaku was-was. Suster itu menggeleng, lalu tersenyum lembut.
"Kau baik-baik saja, nona. Cobalah bangun dari tempat tidurmu, kau pasti baik-baik saja," jawabnya.
Dan segera aku mengikuti sarannya. Sempat merasa sedikit pening, tapi akhirnya aku mampu bangkit dan duduk dengan sempurna. Suster itu benar, aku baik-baik saja.

"Tongkatku?" tanyaku bingung ketika aku tak mendapati sahabat setiaku tersebut.
"Oh, ini." Salah satu suster bergerak, lalu mengambilkan tongkatku yang berada di sisi nakas.
"Bagaimana sang pengemudi? Apa dia baik-baik saja? Apa ia terluka parah?" tanyaku sambil menerima uluran tongkat tersebut. Aku mulai panik setelah ingat akan Jungkook.

Salah satu suster menjawab lembut, "Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Tapi dia belum diijinkan pulang karena ...,"
"Apa ia terluka parah? Apa ia gegar otak? Apa ada yang patah? Apa ia kritis? Amnesia?" potongku. Mendadak saja ketakutan luar biasa menghinggapiku.

Suster iku kembali tersenyum dan menggeleng.
"Tidak, nona. Tenanglah. Dia tidak mengalami gegar otak, tidak mengalami patah tulang, tidak juga mengalami luka fatal, atau bahkan amnesia. Hanya sedikit memar di tulang bahu dan juga beberapa jahitan di kepala. Mungkin dia hanya perlu tinggal di sini 2 hari saja. Tenanglah, dia tidak mengalami cidera serius."
"Boleh aku menemuinya?"
Dan suster itu mengangguk.

***

Aku tidak segera masuk ke kamar tempat Jungkook dirawat. Aku lebih memilih mengintip dari kaca pintu yang kebetulan tirainya tidak ditutup. Dan dari sana aku bisa menyaksikan Jungkook terbaring lemah dengan mata tertutup, belum sadarkan diri. Ada perban menempel di kepala, hanya itu. Selebihnya ia terlihat baik-baik saja.

Aku mengurungkan niatku untuk masuk ke sana dan lebih memilih untuk duduk-duduk di kursi tunggu yang berada tepat di depan kamar. Tadi dalam perjalanan dari IGD ke sini aku sudah menghubungi Eunha dan memberitahu tentang kecelakaan yang menimpa kami. Tak ada alasan khusus. Aku hanya merasa bahwa dia harus tahu - dan harus yang pertama kali tahu - tentang musibah ini. Selain itu, Jungkook pacarnya, kan? Walaupun...

Pengakuan Jungkook sebelum kecelakaan itu terjadi kembali terngingang.

Aku hanya tak mengerti, kenapa ia harus mengungkapkan segalanya di saat aku mulai merelakannya?
Kenapa dia harus mengatakan bahwa ia masih mencintaiku ketika aku sudah mulai berdamai dengan diriku sendiri?
Kenapa dia berusaha menggoyahkan kembali hatiku ketika Taehyung telah mulai mengalihkan duniaku?
Kenapa ...

"Kak!" Panggilan itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh untuk selanjutnya menyaksikan perempuan tinggi semampai tengah berjalan tergopoh-gopoh ke arahku. Eunha.

"Bagaimana keadaan Kakak? Apa Kakak baik-baik saja?" Itu yang pertama kali ia tanyakan ketika ia telah dekat denganku. Aku sempat tertegun. Tadinya aku mengira hal pertama yang akan ia tanyakan adalah keadaan Jungkook, tapi ternyata ia malah bertanya tentangku dulu. Ini sepele, tapi ... luar biasa menurutku. Sungguh.

"Aku baik-baik saja," jawabku kemudian.
"Kakak yakin?"
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan Jungkook?" tanyanya lagi.

Aku menunjuk ke arah kamar perawatan Jungkook dengan daguku.
"Dia di dalam sana, belum sadarkan diri," jawabku.
Eunha tampak makin syok.
"Belum sadarkan diri? Apa lukanya parah? Apa ada yang patah? Apa ia gegar otak? Apa ia akan ...,"
"Eunha," potongku. "Dia baik-baik saja. Jungkook hanya mengalami luka ringan. Ia akan segera sembuh, kau tak perlu cemas."

Black White Love [TaeTzuKook]✅Where stories live. Discover now