Chap 2

912 122 7
                                    

--------

Setelah membuat pengakuan cinta secara tiba-tiba, sekarang Taehyung sering mampir ke tempat kerjaku. Entah hanya untuk membeli sepotong roti, atau hanya sekedar menerobos masuk demi untuk menyapaku. Sungguh, terkadang tingkahnya menyebalkan, tapi sekaligus menggemaskan.

Lelaki tampan dengan senyum menawan itu juga kerap memberiku kejutan.
Di suatu hari tiba-tiba ia sudah muncul di hadapanku seraya memberiku seikat bunga. Dan di hari yang lain, tiba-tiba saja ia akan duduk manis di tokoku sembari menikmati secangkir kopi dan berpuluh-puluh potong roti. Ia dapat melakukan hal itu selama hampir seharian penuh. Sungguh.

"Apa kau tak punya pekerjaan?" tanyaku ketus ketika hari itu, pagi-pagi sekali aku sudah mendapatinya di depan toko roti. Toko itu bahkan baru akan dibuka sejam lagi.

"Punya," jawabnya enteng.
"Kalau begitu untuk apa kau terus menerus berkeliaran di dekatku?" Aku mengeram kesal.
Ia mengangkat bahu cuek. "Memang begitulah pekerjaanku. Berkeliaran di dekatmu, menguntitmu," ia menyeringai.

"Untuk apa kau melakukannya? Eoh?" Aku nyaris saja mengayunkan tongkat elbowku karena jengkel.
"Hei, Tzuyu. Kau ini bodoh atau apa? Ketika ada seorang lelaki jatuh cinta pada seorang perempuan, tentu saja ia akan mengikuti kemanapun kau pergi," ia membela diri.

"Oh iya, hari sabtu nanti kau ada acara? Aku punya dua tiket ke pameran seni. Ayo ke sana," dan tiba-tiba saja ia mengubah topik pembicaraan seperti biasanya. "Akan ada pameran lukisan berskala internasional di sana. Boo bilang kau hobi sekali melukis. Lukisan yang terpasang di toko Boo itu hasil karyamu, kan? Woah, ternyata kau hebat juga ya nona kasir," lanjutnya antusias.

Kedua matanya yang bening bergerak-gerak dengan indah. Dan ekspresi seperti itu benar-benar terlihat menggemaskan.
"Bisa ya? Please."

Aku terdiam, mencoba menimbang ajakan lelaki tersebut. Pergi ke pameran lukisan sepertinya menyenangkan.
"Baiklah, akan kuusahakan," jawabku kemudian. Taehyung nyaris bersorak.

"Oh iya, kau sudah sarapan? Ini," ia menyodorkan sebuah kotak makan yang sejak tadi ia tenteng. "Restoran ayahku sedang mencoba menu baru. Jadi aku meminta pada chef untuk membuatkannya untukmu," ia tersenyum bangga. Aku menerima kotak makan itu dengan bingung.

"Ayahmu punya usaha restoran? Lalu kenapa kau berkeliaran seperti ini? Harusnya kau ada di sana, membantunya," protesku.

Bibir Taehyung berdecih.
"Heol, apa kau tak tahu yang namanya pegawai? Restoranku sudah penuh dengan orang-orang kepercayaan. Tanpa aku ada di sanapun, tempat usaha itu tetap berjalan dengan baik. Aku hanya sesekali saja ke sana untuk berkunjung. Ayahku bahkan sering ke luar kota untuk mengurusi bisnisnya yang lain," kilahnya.

Aku mencibir.
"Whoa, daebak. Kau pasti tipe anak muda yang gemar berfoya-foya dengan uang orang tuanya. Ya 'kan?" sindirku.
Taehyung menggigit bibirnya dengan gemas.
"Kasir-nim, jangan salah ya. Aku juga bekerja, mencari uang. Kau lupa kalau aku punya band? Bandku lumayan terkenal. Setiap malam kami tampil di kafe-kafe dan pesta orang kaya. Honornya besar. Kalau hanya sekedar menghadiahimu bunga setiap hari dan mengajakmu kencan setiap malam minggu, aku masih mampu melakukannya," sanggahnya. "Beda lagi kalau kelak kita menikah dan punya tujuh anak, baru aku akan mengambil alih restoran ayahku," lanjutnya.

Aku mendelik. "Yyak! Kenapa kau membicarakan pernikahan dan anak-anak denganku?!" teriakku.

Taehyung terkikik.
"Ah sudahlah. Sarapan yang banyak ya kasir-nim yang manis," ia mencubit pipiku dengan gemas. "Astaga, pipimu benar-benar lucu dan menggemaskan. Aku benar-benar jatuh cinta padamu," lanjutnya.
Aku kembali berteriak kesal. Dan belum sempat cubitanku bersarang di pinggangnya, pemuda itu sudah terlebih dulu melarikan diriku.

Black White Love [TaeTzuKook]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang