Enam

1.1K 251 91
                                    

Play MulMed🎵

☆☆☆

"Nasibmu tergantung dari doa orangtua-mu."
- RPWPCY -

Malam itu Dika masih di kamar Kaila--lebih tepatnya menemani sampai keadaan wanita itu stabil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu Dika masih di kamar Kaila--lebih tepatnya menemani sampai keadaan wanita itu stabil. Dika juga sudah memesan makanan melalui ojol untuk makan malam bersama.

"Mending kamu mandi deh, biar seger-an sedikit." Saran Dika yang menatap Kaila mencuci wajahnya dengan pelan di wastafel.

Kaila mengacuhkan perkataan Dika dan kembali ke ruang tengah dengan langkah tertatih sampai duduk di kursi meja makan. Ia melihat kemeja Dika basah di bagian bahu hingga dada.

"Maaf bikin baju kamu basah." Ucap bersalah Kaila sambil membuka kotak makanan di atas meja makan.

Dika menunduk melihat bajunya. Lengket sih, tapi Dika nggak masalah. "No problem," jedanya. "Masih sakit?" Sambung Dika mengingat ia sudah membantu mengoleskan krim pereda sakit pada memar Kaila sebelum mencuci wajah.

"Sudah mendingan," Kaila menjadi canggung dengan Dika setelah menangis hebat di pelukan pria itu.

Kaila belum mengatakan apapun mengenai alasan ia menangis beserta memar ini. Dika juga tidak bertanya lagi setelahnya.

"Delia di mana?"

"Di tempat Bibi Yuti, dia menginap di sana untuk malam ini." Dika mengangguk mengerti, agar Delia tidak khawatir melihat mamanya yang seperti ini.

"Kamu ke sini ada keperluan apa?"

"Oh iya," Dika merogoh saku kemejanya mengambil sesuatu dan menunjukannya pada Kaila. "Ini anting kamu 'bukan? Ketemu di mobil tadi, makanya aku ke sini."

Kaila memeriksa telinganya, dan ternyata benar antingnya hanya satu. Sebenarnya anting itu pemberian mantan mertuanya, hadiah karena Kaila setuju dengan perjodohan kala itu. Jika hilang keduanya pun Kaila tidak masalah.

Atau aku jual saja untuk menambah bayar hutang si brengsek?

Kaila kembali menghela nafas pilu mengingat hutang 200jt itu.

Saat Kaila ingin melepas anting satunya, Dika mendekatinya dan meraih seluruh rambutnya yang terurai untuk diikat menggunakan karet kotak makanan pesanan mereka. Ya walau tidak terlalu rapi, tapi berhasil membuat jantung Kaila berdegup kencang sampai Dika menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Dika pikir, Kaila ingin memasang antingnya.

"Nah, kalau begini kan enak pasangnya. Sini, biar aku pasangin." Dika duduk di sampingnya.

Sebelum benar-benar memasangnya, Dika menaikan lagi lengan kemejanya. Kaila hanya melihatnya dari samping, "aku bisa sendiri."

Dika langsung memasangnya dan hanya beberapa detik sudah selesai. Mata Dika tertuju pada lebam di pipi Kaila. "Aku kasih pereda sakit lagi, ya?" Ia benar-benar tidak tega melihat wajah Kaila seperti itu.

HimoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang